NovelToon NovelToon
Obsession For Mrs.Seaggel

Obsession For Mrs.Seaggel

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Duniahiburan / Identitas Tersembunyi
Popularitas:687
Nilai: 5
Nama Author: venn075

menceritakan tentang seorang gadis mantan penari ballet yang mencari tahu penyebab kematian sang sahabat soo young artis papan atas korea selatan. Hingga suatu ketika ia malah terjebak rumor kencan dengan idol ternama. bagaimana kisah mereka, yukkk langsung baca saja

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon venn075, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Suasana belakang panggung masih dipenuhi kesibukan para kru yang membereskan sisa-sisa kemeriahan konser. Namun di lorong sepi di balik panggung utama, Jihoon berdiri sendiri — diam, membiarkan dirinya terlepas dari euforia sorakan penonton yang masih terngiang di telinga.

Seorang staf mendekat dengan raut wajah canggung. "Jihoon-ssi… ada seseorang yang ingin bertemu secara pribadi. Dia meminta waktu sebentar."

Jihoon menoleh perlahan. "Siapa?"

Staf itu ragu sejenak sebelum menjawab lirih, "Cassi-ssi."

Jihoon terdiam. Nama itu seketika menggetarkan ruang hening di sekitarnya. Sesosok perempuan yang diam-diam telah mencuri perhatiannya sejak hari paling kelam dalam hidupnya — pemakaman Soo Young. Saat itu, di antara hujan dan isak tangis, Cassi berdiri dengan gaun hitam sederhana, rambut cokelatnya tergerai lembut di bawah payung hitam, dan sorot mata hijaunya tampak teduh namun menyimpan duka yang dalam. Sejak hari itu, tanpa disadari, Jihoon mulai memperhatikan perempuan itu — diam-diam, dari jauh.

Tak lama, Cassi muncul dari balik lorong. Meski malam ini ia mengenakan pakaian tertutup serba gelap dan sederhana, keanggunannya tetap sulit disembunyikan. Rambut cokelatnya tergerai lembut di bawah kerudung tipis yang menutupi sebagian wajahnya, sementara sorot mata hijaunya menatap Jihoon tenang, tanpa gentar.

"Cassi…" Jihoon menyapa lirih, nyaris hanya terdengar oleh mereka berdua.

Cassi berhenti beberapa langkah di depannya, menjaga jarak. "Maaf jika kedatanganku mendadak. Aku tidak ingin mengganggu… hanya ingin menyampaikan sesuatu sebelum aku pergi."

Jihoon mengangguk pelan. "Silakan."

Cassi menarik napas sejenak, lalu berkata dengan suara tenang namun tegas, "Selamat atas konser malam ini… dan seluruh rangkaian world tour-mu. Aku tahu ini tidak mudah, tapi kau berhasil melewati semuanya dengan baik."

Tatapan Jihoon melembut, ada kekaguman yang sulit ia sembunyikan. "Terima kasih… Aku tidak menyangka kau benar-benar datang."

Cassi tersenyum tipis. "Aku hanya ingin melihatnya sekali. Bukan karena alasan yang mungkin orang lain pikirkan." Ia terdiam sejenak, lalu menunduk sopan. "Namun bukan malam ini aku ingin bicara. Ada hal lain yang ingin kusampaikan, tapi akan lebih baik jika kita bicara di lain waktu… ketika semuanya lebih tenang."

Jihoon mengangguk perlahan, memahami maksudnya. "Baik. Aku akan menunggu."

Cassi kembali menatapnya — mata hijaunya tampak tenang, namun menyimpan banyak hal yang belum terucap. "Sekali lagi… selamat, Jihoon. Semoga kau selalu baik-baik saja, apa pun yang akan terjadi setelah ini."

Setelah membungkuk sopan, Cassi perlahan berbalik dan melangkah pergi, membiarkan Jihoon berdiri mematung di tempatnya.

Untuk sesaat, dunia terasa senyap di tengah hiruk-pikuk panggung. Jihoon menghela napas panjang. Sosok itu… tetap memikat, sama seperti pertama kali ia melihatnya di hari pemakaman Soo Young — hari di mana tanpa disadari, benih perasaan itu mulai tumbuh dalam dirinya.

Tanpa sadar, seseorang memotret pertemuan mereka dan bisa di pastikan berita lain akan muncul setelah malam ini, besok atau lusa media akan kembali meledak dengan pemberitaan keduanya.

----

Jihoon menatap layar ponselnya dalam diam. Deretan artikel dengan judul provokatif memenuhi beranda berita — semuanya mengaitkan namanya dengan mendiang Soo Young dan Cassi.

"Kehadiran Cassi di Konser Jihoon Picu Spekulasi Lama: Benarkah Jihoon Pernah Menjalin Hubungan dengan Mendiang Soo Young?"

"Jejak Masa Lalu Jihoon dan Soo Young Kembali Terungkap, Cassi Diduga Mengisi Kekosongan Itu"

Matanya menajam. Rahangnya mengeras. Jihoon menarik napas panjang, berusaha menahan amarah yang mulai memenuhi dadanya.

Manajernya memasuki ruangan dengan wajah cemas. "Jihoon… sepertinya kita harus segera membicarakan ini. Berita-berita yang beredar sudah semakin keterlaluan. Mereka mulai menyeret nama mendiang Soo Young."

Jihoon menoleh perlahan, tatapannya tajam dan dingin. "Saya sudah membaca semuanya," jawabnya singkat.

"Apakah Anda ingin kami merilis klarifikasi resmi? Atau... setidaknya membuat pernyataan agar isu ini tidak semakin melebar?" tanya sang manajer hati-hati.

Sesaat Jihoon terdiam, sebelum akhirnya berbicara dengan nada datar, dingin, namun terukur. "Saya lelah dengan semua ini. Sejak dulu, hubungan saya dengan Soo Young hanya sebatas rekan dan teman. Tidak pernah ada hubungan lain di antara kami, apalagi sebagaimana yang mereka spekulasikan."

Matanya menatap lurus, penuh ketegasan. "Saya diam selama ini bukan berarti membenarkan semua tulisan mereka. Namun kali ini, mereka sudah melewati batas. Soo Young telah tiada. Nama dan kehormatannya tidak seharusnya dijadikan komoditas murahan untuk menaikkan angka pembaca."

Manajernya mengangguk pelan. "Kami mengerti. Jika begitu, apakah Anda menginginkan kami membuat pernyataan tegas?"

"Ya," jawab Jihoon tanpa ragu. "Buat pernyataan resmi. Katakan dengan jelas bahwa semua pemberitaan yang mengaitkan saya secara pribadi dengan mendiang Soo Young adalah tidak benar. Kami hanya sebatas teman dan rekan kerja. Dan saya tidak akan tinggal diam jika media terus menyeret nama orang yang sudah tiada demi kepentingan mereka."

Ia menunduk sejenak, menatap ponsel yang tergeletak di atas meja. Suaranya kemudian melembut, meski tetap dingin. "Soo Young layak dikenang karena karyanya, bukan karena gosip tidak berdasar seperti ini."

Manajernya menatap Jihoon sejenak, lalu mengangguk tegas. "Baik, kami akan segera menyiapkannya."

Malam itu, Jihoon memantapkan diri. Ia tahu, membiarkan berita itu terus bergulir hanya akan merusak nama baik semua orang — termasuk Cassi yang kini terseret dalam pusaran yang seharusnya tidak pernah ada.

-----

Malam telah larut. Di dalam kamar bernuansa hangat dengan cahaya lampu tidur yang temaram, Cassi duduk termenung di tepi ranjangnya. Hanya keheningan yang menemani, sesekali terdengar deru angin dari celah jendela yang sedikit terbuka.

Matanya menerawang kosong ke arah gelap di seberang ruangan. Namun pikirannya jauh melayang, kembali ke masa lalu — kepada sosok yang selama ini selalu ia rindukan dalam diam. Soo Young.

Kenangan itu datang perlahan, seperti potongan-potongan gambar yang tak pernah benar-benar pudar dari ingatannya. Cassi masih ingat dengan jelas bagaimana sahabatnya itu dulu sering membicarakan Jihoon dengan mata yang berbinar — kekaguman yang tulus, jauh dari kesan fana seorang penggemar pada idolanya.

"Cassi… kau tahu? Jihoon itu… pria yang paling layak dijadikan pasangan hidup."

Soo Young tertawa kecil kala itu, sembari menatap langit senja. "Dia pekerja keras, punya prinsip… dan tahu bagaimana memperlakukan orang lain dengan baik. Aku bahkan takut… karena di dunia ini, terlalu sedikit pria seperti dia."

Cassi mengatupkan bibirnya rapat. Hatinya terasa sesak mengingat kata-kata itu. Soo Young tidak pernah benar-benar mengungkapkan perasaannya pada Jihoon — setidaknya tidak di depan siapa pun. Namun Cassi tahu, jauh di lubuk hatinya, sahabatnya itu benar-benar mengagumi Jihoon… bukan hanya sebagai seorang idol, tetapi sebagai sosok pria yang diimpikannya.

Dan Cassi… ia juga masih mengingat jelas percakapan terakhir mereka — yang kini terus terngiang, seolah menyisakan pesan tersembunyi yang baru kini perlahan ia mengerti.

"Kalau aku sudah nggak ada, Cassi… janji ya, jangan terlalu jauh dari Jihoon."

"Aku cuma… aku cuma ingin ada seseorang yang bisa jagain dia… yang ngerti dia. Dan aku percaya… cuma kamu yang bisa."

Waktu itu, Cassi tertawa, menganggapnya lelucon aneh di tengah perbincangan ringan mereka. Namun kini, kata-kata itu menghantamnya keras, menembus dadanya yang rapuh.

"Apa itu permintaanmu, Younga…?" bisik Cassi lirih, suaranya nyaris tak terdengar di tengah sunyi malam.

Ia mengusap sudut matanya yang mulai basah. Antara rasa bersalah, kehilangan, dan sesuatu yang tidak berani ia sebut sebagai perasaan lain — semua bercampur menjadi satu.

Cassi memejamkan mata, menarik napas panjang. "Aku bahkan tidak tahu… apakah aku bisa memenuhi pesanmu itu."

Di sudut meja kayu kamarnya, sebuah amplop berwarna gading tergeletak — usang dimakan waktu, namun masih utuh seperti pertama kali Cassi menerimanya. Dengan tangan gemetar, ia kembali meraih surat itu, menatapnya lama seolah berharap keberanian muncul dari secarik kertas yang diam tak bersuara itu.

Nama Jihoon tertera jelas di bagian depan, ditulis dengan tangan halus yang sangat Cassi kenali — milik Soo Young.

Surat itu adalah titipan terakhir, yang diserahkan Soo Young kepadanya beberapa hari sebelum kepergiannya. Hingga kini, Cassi belum sanggup menyerahkannya… cassi juga tak ingin membukanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!