Dealova William gadis cantik mahasiswi seni rupa yang akan mengadakan pameran lukisan. Dia bersikeras akan ikut memamerkan lukisan almarhum Nenek Buyut nya. Namun Sang Mama melarangnya dan terjadilah saling rebut lukisan itu.. lukisan itu pun terjatuh dan menimpa tubuh Dealova menyebabkan dia tidak sadarkan diri..
Akan tetapi di saat Dealova membuka kedua matanya dia melihat tempat dan orang orang yang sangat asing baginya.. Dia pun juga sangat asing dengan tubuhnya sendiri.. jiwa Dealova terperangkap masuk ke dalam tubuh kurus petani perempuan yang punya tiga orang anak dan suami yang kasar.
Bagaimana kisah Dealova apakah dia bisa bertahan dari kehidupan mewah nya menjadi petani miskin yang tertindas? Apa Dealova bisa mengubah takdir perempuan miskin itu? Dan apa ada hubungannya dengan lukisan Nenek Buyut dengan fenomena kejadian yang dialami Dealova ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 27.
“Iya.. iya.. kamu lebih baik cali CIM agal aman kalau di jalan desa ga pa pa ga pakai CIM tapi kalau di kecamatan kamu halus pakai CIM.. kamu minta tolong Pak Kades pinjam uang buat ulus ulus CIM.. “ ucap laki laki keturunan Tionghoa itu sambil melihat angka di timbangan jagung, lalu memencet mencet tuts kalkulator besar nya.
“Tapi kalau kamu mau beli alat palut yang becal itu, kamu bica aku hubungkan dengan sodala ku di kota kabupaten yang jual alat palut itu. Bica kledit dan balang diantal ke tempat mu.” Ucap laki laki keturunan Tionghoa itu..
“Wah.. mau banget aku Koh, tolong ditelpon kan Koh.” Ucap Dealova penuh semangat.. jika sangat senang jika barang bisa diantar apalagi bisa kredit jadi uang nya bisa untuk beli alat alat dan modal lainnya.
“Iya.. iya.. aku itung total uang yang halus aku bayal ke kamu dan uang yang ditlanfel ke lekening Pak Kades dulu..” ucap laki laki keturunan Tionghoa itu sambil tangannya mencatat catat..
“Kamu kalau bayal cicilan alat palut bica ke cini, tidak ucah ke bank kalau tidak punya lekening, nanti aku yang tlanfel ke lekening sodala ku.. dia juga olang jujul. Olang dagang itu halus jujul kalau mau lancal dan langgeng..” ucap laki laki keturunan Tionghoa itu lagi sambil membuka laci uangnya.
Setelah memberikan sejumlah uang pada Dealova dan sudah mentransfer bagian Pak Kades dengan mobil banking nya, laki laki keturunan Tionghoa itu menghubungi saudara nya di kota kabupaten yang jual alat alat, mesin mesin..
Dan akhirnya deal, Dealova membeli mesin parut serba guna dengan bahan bakar bensin berkapasitas 20 - 100 kg bahan per jam. Dengan harga 2 juta dibayar kredit, selama enam bulan.
“Terima kasih Koh.” Ucap Dealova sambil mengulurkan hand phone milik laki laki keturunan Tionghoa itu.
“Cama cama, cemoga cukces.” Ucap laki laki keturunan Tionghoa itu dengan tulus.
Dealova pun segera pamit. Sambil tersenyum lebar dia melangkah menuju ke mobilnya..
“Ma.. Ma.. dia orang gede kok omong nya masih celat ya? Aku yang anak kecil saja tidak celat..” suara imut Anjel saat masuk ke dalam mobil.. dia sejak tadi memperhatikan laki laki keturunan Tionghoa itu berbicara.
“Hust.. mungkin lidah dia bermasalah ada beberapa orang besar celat.. atau sudah terbiasa omong seperti itu sejak kecil. Besok kamu tanyakan ke Dokter Anthony saja.. he.. he...” ucap Dealova sambil menaruh tubuh mungil Jendro di samping Anjel.
“Ma.. Ma.. wang.. wang.. “ celoteh Jendro sambil mengangguk anggukkan kepala nya menatap Sang Mama, yang sudah membawa lagi banyak uang..
“Iya kita parkir mobil di dekat pintu masuk pasar. Aku mau beli alat alat lagi.” Ucap Dealova lalu menyalakan mesin mobilnya dan menjalankan mobil pelan pelan menuju ke pintu masuk pasar.
Sambil masih menggendong Jendro dan menggandeng tangan mungil Anjel. Dealova melangkah masuk ke dalam pasar. Dia belanja banyak alat alat.. ada nyiru besar besar dari anyaman bambu, ember ember besar, waskom waskom, dandang besar, tutup dan tatakan gelas, plastik bening meteran, kain putih dan tentu saja belanja bahan makanan buat mereka. Dealova meminta tolong kuli pasar membawakan barang barang belanjaan nya yang sangat banyak itu ke mobil.
“Ma, kok beli macam macam dan banyak banget. Nanti uang Mama habis. Koh tadi berpesan ke Mama agar uang ditabung Ma.” Suara imut Anjel yang khawatir uang Mama nya habis.
“Barang barang yang aku beli ini untuk cari uang Njel.. sudah yuk.. kita ke mobil.. terus pulang.” Ucap Dealova saat melihat kuli pasar sudah mengangkut barang-barang belanja an nya..
“Ma.. Ma.. es.. es...” celoteh Jendro saat melihat ada pedagang es campur yang tampak sangat segar menggoda. Dealova pun akhirnya membelikan empat bungkus es campur untuk dibawa pulang.
Waktu pun terus berlalu, siang hari di kebun Pak Kades. Dealova dan ketiga anak kecil itu sedang beristirahat sehabis makan siang dengan sayur sop brokoli wortel dan lauk tempe goreng.
Dealova duduk di anak tangga sambil menatap view air terjun di kejauhan..
“Kenapa aku bisa terdampar di alam lukisan Nenek buyut ya? Apa Nenek buyut dulu melukis nya di sini.. apa arwah ku diajak arwah Nenek buyut jalan jalan ya.. semoga saja aku bisa membantu Regina Jelita dan ketiga anak nya dan setelah nya aku damai di surga...” gumam Dealova di dalam hati yang teringat lagi akan lukisan Nenek Buyut nya.
Akan tetapi tiba tiba telinga nya mendengar suara klakson mobil dari arah depan. Guk guk yang sudah makan pun saling menggonggong dan berlari an ke arah depan.
“Ma ada mobil di depan.” Ucap Antony yang beristirahat di kolong rumah bersama kedua adik nya
“Itu mungkin alat parut sudah datang, Ayo kita ke sana.” Ucap Dealova segera turun dari anak tangga.
Mereka segera melangkah menuju ke pintu pagar dan benar ada mobil box mengantar alat parut besar pesanan Dealova.
Mobil pun masuk ke dalam kebun untuk membawa alat itu sampai di rumah..
“Wooowww Mama beli alat keren..” ucap Antony dengan bola mata membulat berbinar binar bibir nya tersenyum senang..
“Bu, ini ada buku panduan nya dan kartu garansi. Ini juga mendapatkan bonus bensin sudah diisi full. Saya coba operasikan mesin ini Bu.” Ucap pegawai toko kota kabupaten setelah menaruh mesin alat parut di kolong rumah panggung.
“Oo iya iya Pak. Itu singkong yang akan saya parut. Saya ambilkan pisau dulu buat ngupas kulit nya.” Ucap Dealova segera naik ke atas rumah panggung untuk mengambil pisau, ember untuk tempat mencuci dan waskom besar. Tidak lupa mengambil uang untuk uang muka.
“Ibu mau buat usaha apa dengan mesin ini?” tanya pegawai toko saat Dealova sudah turun. Kakak Antony pun dengan cepat membantu mengupas ketela ketela pohon itu.
“Wah dengan mesin ini bisa usaha macam macam dengan hasil kebun kami Pak. Singkong diparut bisa dibuat kue kue nanti bisa dititip di sekolah. Bisa juga dibuat tepung itu singkong nya.. bisa dibuat kerupuk juga, bisa tahan lama dan harga juga jadi lebih tinggi.. pokoknya saya punya banyak rencana .. entah nanti yang jalan yang mana..” ucap Dealova sambil tersenyum lebat..
“Wah Mama keren..” ucap Antony sambil menatap Sang Mama dengan bangga..
“Bagus Bu, semoga sukses ya..” ucap pegawai toko mesin itu sambil memasukkan singkong singkong ke dalam alat proses.
Dan saat mesin bisa sukses beroperasi ketiga anak itu melonjak lonjak sambil bertepuk tangan riang gembira..
“Hore.. “ teriak Anjel dan Antony..
“Oleee.....” teriak Jendro yang juga ikut melonjak lonjak dan bertepuk tangan.
Akan tetapi tiba tiba dari arah depan terdengar bunyi klakson mobil lagi..
DIN
DIN
DIN
Guk guk pun mulai lagi menggonggong dan berlari an menuju ke pintu pagar..
“Siapa Kak?” tanya Dealova sambil menatap Kakak Antony yang masih kegirangan.
yahhhh miga aja agak jera lah si yudas nya
dannn kenapa sih rajin sekali mendalak me delik kiiii hadehhh opo g wedi lak motone glinding opo yoooo🤔
Wkwkwk makanan dipesta habis ya stef kasian😁
ayoo kk thor lakukan sesuatu gitu
suruh si guguk gigit kek atau kasih gandol di celana akhirnya celananya ketarik dan buahahaaaaaaa.... 🤔🤔🤔🤔
tp ngaruh g tuhhhh nnti
liat aja apa yg di lakuiin sm otornya kira2 🤔
yaaa mgkin ada jalan rahisa khusus badan m3lebar kali
hahahaaaa
Ayo pak pol.Tangkap mereka.Jaring mereka pake jaring ikan saja biar ndak lari & berulah mereka 🤭