Demi menjalankan misinya mencari tahu mengenai pelaku pembantaian massal keluarga Anthony, dengan rela Tuan Vigor menikahkan putri tunggalnya dengan seorang mafia yang merupakan putra sahabatnya untuk melancarkan misinya dan mendapatkan harta yang ia inginkan. namun lain halnya dengan si mafia, yang mempunyai tujuan lain dengan adanya ia masuk kedalam keluarga elit itu untuk bisa menguasai dan mengendalikan keluarga itu lewat Calon istrinya yang saat ini mendapat julukan Bloody Queen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vionnaclareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
500 KM
Waktu berjalan begitu cepat tanpa terasa kini sudah menunjukan hampir pukul 5 sore, setelah menyelesaikan semua tujuannya disana, akhirnya pasangan kekasih itupun memutuskan untuk pulang.
"Luca letakan saja koper itu di mobilmu." Pinta Leo yang sedari tadi sibuk membalas pesan di handphone miliknya.
"Iya tuan." Jawabnya singkat sementara Yoona hanya diam menatap pria yang sedari tadi berdiri didepannya yang sangat sibuk dengan dunianya.
"Kita langsung pulang bukan?" Tanya Yoona sebab ia tahu pria itu bukan tipe pria yang kelakuannya mudah di tebak.
Leo mengangguk sembari memasukan handphone miliknya kedalam kantong celana nya. "Tentu saja kita langsung pulang, apa kau ingin mampir ke suatu tempat hmm?" Tanyanya namun Yoona hanya menggeleng diam dan langsung masuk begitu saja ke dalam mobil milik Leo.
"Saya sudah membereskan semuanya Tuan." Ucap nya setelah berhasil memasukan koper tuannya itu kedalam bagasi mobilnya.
Leo mengangguk "pastikan lagi tidak ada yang tertinggal Luca." Ucapnya yang ikut menyusul Yoona masuk masuk kedalam mobil.
Leo duduk di kursi kemudinya sembari memakai sabuk pengamannya, sementara Yoona duduk diam sembari memainkan ponselnya.
"Kita langsung pulang bukan?" Tanyanya sebab ia tahu bahwa pemikiran pria yang ada di sampingnya itu sama sekali tidak bisa di tebak.
Leo menatap sekilas ke arah Yoona yang saat ini sama sekali tidak menatap ke arahnya. "Tentu saja, apa kau mau mampir ke suatu tempat?" Tanyanya balik namun Yoona hanya merespon nya dengan gelengan kepala.
Leo mengangguk singkat sembari menyalakan mesin mobil miliknya. Mobil hitam milik Leo pun mulai melaju meninggalkan tempat itu di ikuti oleh mobil Luca yang memantau nya dari belakang.
Kini Yoona yang bosan dengan mainannya pun kembali diam sembari menatap ke arah luar jendela yang hanya menyajikan deretan pohon pinus yang terjejer rapi di pinggir jalan.
"Apa kau lapar?" Tanya Leo sebab kini jam sudah menunjukan pukul 7 malam dan memasuki waktu makan malam.
"Aku tidak akan mati jika hanya telat makan sekali, jangan sok peduli dengan ku." Jawabnya, Leo yang memang sudah terbiasa dengan sikap negatif Yoona itu hanya bisa diam. Suasana mobil itu kembali sunyi seperti sebelumnya, tidak ada di antara mereka yang memulai pembicaraan.
Leo menggeledah paper bag yang ada di kursi belakang dan mengambil sebuah roti berukuran besar yang ada disana.
"Makanlah kalau kau merasa bosan." Ucapnya sembari meletakan sebungkus roti itu di atas pangkuan Yoona, namun Yoona hanya melirik ke arah roti itu tanpa mengatakan sepatah kata ataupun menyentuh dengan tangannya.
Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang melewati panjangnya jalanan malam, namun lama kelamaan entah kenapa Yoona mulai merasa tidak asing dengan jalanan yang ia lewati dan lihat saat ini.
'tunggu sepertinya aku tidak asing dengan jalanan ini.' batin Yoona yang terus menatap ke arah luar jendela, sementara Leo perlahan mulai meningkatkan kecepatan mobilnya.
Kedua bola mata Yoona tidak bisa berpaling dari arah luar, wajahnya terus terpaku dan terpana dengan jalanan sepi dan gelap itu, ia terus merasakan debaran jantung yang begitu kuat dalam dirinya, sebuah potongan potongan ingatan yang tidak ia ketahui mulai bermunculan di dalam benaknya, hingga pada akhirnya terlihat sebuah papan jalan yang bertuliskan angka 500 km di sebuah batang besi yang sudah berkarat.
"Hentikan Mobilnya." Satu kata tiba tiba terlontar dari mulut.
Leo yang mendengar hal itu seketika menatap wajah Yoona yang saat ini terus mengeluarkan keringat dingin nya sembari terus menatap ke arah jalanan luar.
"Kenapa?"
"AKU BILANG HENTIKAN MOBILNYA LEO!!!" Bentaknya sembari menatap tajam wajah pria yang ada di sampingnya.
Mendengar hal itu membuat Leo semakin mempercepat laju mobilnya hingga kecepatan tinggi tanpa menghiraukan ucapan dari gadis yang ada di sampingnya itu.
"Apa yang kau lakukan ohh, hentikan Mobilnya!!!" Teriaknya namun Leo sama sekali tidak menghiraukan nya dan tetap pada pendiriannya.
Sebuah bayangan dan peristiwa yang mengerikan terus mengelilingi otaknya, kepalanya begitu terasa sakit saat satu persatu ingatan dan jeritan terus menerus terngiang ngiang di kepalanya.
"Arghhh ingatan apa ini" lirihnya ketika merasakan sakit yang begitu luar biasa di kepalanya hingga membuat kedua pandangan mulai buram sebab tak bisa menahan rasa sakit nya itu.
Sementara itu Leo yang tadi nya perlahan mulai menurunkan kecepatan mobilnya kini tiba tiba kembali menginjak pedal gasnya hingga kecepatan tinggi. Yoona yang merasakan hal itu kembali membuka kedua matanya lalu menatap ke luar jendela dan melihat sebuah papan peringatan jalan yang jauh disana.
"Tidak!!" Ucapnya yang langsung mendekat ke Leo lalu mengambil alih kemudinya dan langsung membanting arah mobil itu agar tidak berjalan mendekati ataupun melewati papan peringatan itu.
"YOONA HENTIKAN APA YANG KAU LAKUKAN!!!" Bentaknya yang terkejut dengan tindakan nya itu dan langsung menstabilkan arah mobilnya lalu menginjak pedal rem nya hingga tidak sampai menabrak pohon besar yang ada di depannya.
Mobil Leo yang tadinya melaju dengan kecepatan tinggi tiba tiba berhenti begitu saja hingga sontak membuat kedua kepala mereka terbentur alat kemudi mobil dengan begitu keras.
"Yoona! Apa yang kau lakukan tadi ohh, kau sudah gila! Apa kau tahu apa akibat dari perbuatanmu tadi, kau hampir saja membuat ku mati konyol disini!" Marahnya sembari melepaskan sabuk pengamannya, namun Yoona sama sekali tidak menghiraukan nya dan tetap meredupkan wajahnya sembari memegang erat kemudi mobil itu.
Tubuh gadis itu bergetar hebat seakan akan ia begitu ketakutan sehingga ia terus menutup kedua matanya dan menulikan kedua telinganya, tubuhnya membeku di tempat keringat dingin terus menerus keluar dari celah jari tangan nya.
"Hentikan Mobilnya, kumohon hentikan Mobilnya." Sebuah kata yang terus menerus terlontar dari mulutnya.
"Yoona kau baik baik saja?" Tanya Leo sementara Yoona sama sekali tidak merespon nya, gadis itu terus mengucapkan kalimat yang sama dengan tangan yang sedari tadi mencengkram erat kemudi mobil dan tubuh yang masih tertahan oleh sabuk pengaman yang melilit nya dengan begitu erat.
Melihat hal itu membuat Leo langsung mendekat ke arahnya lalu melepaskan sabuk pengaman pada Yoona dan berusaha menegakkan tubuh istrinya yang benar benar kaku ketakutan.
Leo berusaha melepaskan cengkraman tangan Yoona dari kemudi mobil nya dan meraih dua pundak gadis itu agar tidak terjatuh.
"Yoona, Yoona sudah hentikan, mobilnya sudah berhenti, Yoona." Elamnya sembari menepuk pelan pipi gadis yang saat ini benar benar terlihat sangat pucat.
Gadis itu kini benar benar seperti mayat hidup, rubuhnya begitu kaku dan dingin, wajahnya begitu pucat dan terus melontarkan kalimat yang sama seakan akan sedang kerasukan.
Leo terus berusaha untuk menyadarkan istrinya itu, hingga beberapa saat kemudian pintu mobilnya tiba tiba terbuka oleh seseorang.
"Tuan, apa tuan baik baik saja, apa yang terjadi." Ucap Luca yang panik saat melihat mobil tuannya yang terparkir tidak jelas di tepi jalan.
"Aku baik baik saja Luca, tolong bantu aku memindahkan Yoona ke belakang Luca."
Jawabnya yang membuat luca langsung beranjak pergi dan membuka pintu mobil sebelah kiri.
Leo menggendong tubuh Yoona dan memindahkan nya ke kursi belakang dengan maksud agar istrinya itu bisa cepat tenang.
"Yoona, ada apa denganmu Yoona, semuanya sudah berakhir tenanglah." Ucapnya pada gadis yang ada di sampingnya itu, sementara itu Luca menyodorkan sebuah handuk kecil yang sempat Leo minta tadi.
Leo perlahan menyeka kening dan telapak tangan Yoona yang basah akibat keringat nya sendiri. "Sepertinya Noona mengalami gangguan panik yang serius tuan" ucapnya ketika melihat tangan Yoona yang masih gemetar ketakutan.
"Yoona,,, tenanglah sayang maafkan aku,,,Luca lalu apa yang harus ku lakukan ohh." Marahnya namun Luca hanya diam tidak tahu apa yang harus ia katakan pada tuannya itu.
"Yoona sadarlah hmm, YOONA KAU JANGAN MEMBUAT KU TAKUT OHH, Tenanglah,,,,"
bentaknya sembari terus menepuk pipi Yoona hingga beberapa saat kemudian kedua mata gadis itu tiba tiba terbuka dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Yoona,,,,"
"Leo,,,,"
"Aku disini Yoona tenanglah,,," elamnya.
"Leo,,," ucapnya sekali lagi dan langsung kembali menutup kedua matanya dan tubuhnya seketika melemas pingsan tidak sadarkan diri tepat diatas bidang dada suaminya itu.
"Yoona, Yoona,,," panggilnya namun hasil tetap seperti sebelumnya tidak ada respon apapun darinya.
"Luca kemudikan mobilnya, aku akan menelfon orang untuk menjemput mobilmu." Lanjutnya.
"Baik tuan, tolong tunggu sebentar." Jawabnya yang langsung berlari menuju mobil miliknya dan mengambil beberapa barang berharga yang ada di sana termasuk koper milik tuannya itu.
Luca memasukan semua barang berharga nya itu kedalam bagasi mobil milik Leo, sementara Leo kini sibuk menghubungi seseorang di dalam ponselnya.
Luca menutup semua pintu mobil yang sempat ia buka tadi, kemudian masuk dan mulai mengemudikan mobil itu untuk pulang ke rumah.
"Kemana saya harus pergi tuan, ke kediaman keluarga William atau,,,"
"Pulang kerumah Luca." Potong Leo.
"Ohh baik tuan." Jawab Luca yang mengerti dengan maksud tuannya itu.