setelah tiga tahun menjalani rumah tangga bersama dengan Amran, Zahira tetap tidak bisa membuat lelaki itu mencintainya. Amran selalu memperlakukan Zahira dengan sangat kejam. Seakan Zahira adalah barang yang tidak berguna.
sebaik apapun hal yang sudah Zahira lakukan, selalu saja tidak bernilai dan kurang di mata Amran.
" aku ingin bercerai!" ucap Zahira dengan lugas. meskipun tanganya mengepal kuat, namun semua itu adalah refleksi dirinya agar kuat dan tidak goyah dengan rayuan Amran.
" memangnya kau bisa apa setelah bercerai dariku?" Amran selalu bisa menghina Zahira dan melukai harga diri wanita itu.
Amran membuang wanita itu dan Zahira bertekad untuk tidak memberikan kesempatan bagi Amran. Lelaki yang tidak bisa lepas dari hutang budinya pada wanita lain, tidak akan Zahira pikirkan lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lafratabassum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Setelah menyelesaikan ritual mandinya, Amran keluar dengan memakai jubah mandinya. Sudut matanya melihat jika posisi kopernya tidak berubah sama sekali membuat Amran perlu mengajak Zahira berbicara.
“ aku sudah meminta sekertaris Erisa untuk mengganti dokter agar Arfan mendapatkan penanganan terbaik..”
Zahira mendengarnya, namun tidak bereaksi.
Zahira masih focus menata barang-barang di meja riasnya, dia sengaja menyibukkan diri. Amran menatap punggung Zahira yang terlihat ramping dari belakang. Perlahan mendekati istrinya.
Amra tidak memungkiri jika Zahira memang mudah sekali membuatnya terangsang.
“ sekertaris Erisa sudah salah paham dan aku memberinya peringatan..” lanjut Amran dengan kasar memeluk Zahira berusaha menghirup aroma tubuh Zahira yang begitu memabukkannya.
Zahira dengan tegas menampik tangan itu dan berbalik badan. Lalu dengan lugas berkata “ aku bisa menangani adikku dengan baik, Amran. Kau tidak perlu mencampurinya”
Amran terkekeh, seakan ucapan Zahira adalah lelucon.
“ apa kau masih marah? hemm,,,“
Lalu dengan kuat menarik lengan Zahira dan melilitkan tangan satunya di pinggang ramping Zahira. Tubuh mereka benar-benar menempel.
Zahira seketika menjadi panik, dia tidak sedang ingin bersentuhan dengan Amran.
“ Amran, ada yang ingin aku katakan padamu..” sembari kedua tangannya menahan tubuh Amran agar tidak semakin dekat.
“ katakan itu nanti..”
Sesaat setelahnya Amran menggendong tubuh Zahira dan melemparkannya di ranjang. Zahira tidak memiliki waktu untuk menyadari jika saat ini Amran sudah berada di atas tubuhnya.
Dia harus segera bertindak sebelum Amran semakin jauh, Zahira sangat tau apa yang lelaki itu inginkan malam ini “ Amran… aku ingin kita bercerai!”
Sejenak Amran terdiam dan menatap wajah Zahira dengan serius. Beranggapan jika ucapan itu termasuk dalam kemarahan atas tindakannya beberapa hari yang lalu, Amran tidak menggubris.
“ kau semakin menyulutku”
Amran sama sekali tidak berniat mengurungkan niatnya untuk meminta haknya.
“ aku sudah tidak meminum pil..”
Amran memang tidak terlalu percaya dengan permintaan Zahira, namun otaknya masih jalan.
Seketika Amran menghentikan aksinya, menatap Zahira dengan tatapan marah, hasratnya tiba-tiba surut. Dia memang sejak awal tidak menginginkan anak dari Zahira, jadi meminta Zahira untuk rutin mengonsumsi pil pencegah kehamilan.
“ kau ingin bercerai?! Memangnya kau bisa apa Zahira? Ck ck ck, selama ini kau tidak pernah hidup susah. Apa uang yang ku berikan masih belum cukup?”
Amran berdiri di samping ranjang sambil mengamati Zahira yang berusaha duduk dan membenarkan pakaiannya yang tersingkap.
“ aku akan bekerja” Zahira terlihat tidak yakin dengan jawabannya.
Amran kembali terkekeh. Jawaban Zahira sungguh tidak masuk akal baginya. Amran berfikir jika saat ini Zahira hanya sedang merajuk, jadi dia tidak bersungguh-sungguh percaya “ kau pikir gaji seorang pendongeng dan pemain biola seperti mu bisa mengalahkan uang dariku? Itu sama sekali tidak sebanding, kau harus bekerja selama beberapa tahun hanya untuk menyamai jumlah uang bulanan dariku” cela Amran.
Zahira berfikir begitu. Tetapi dia tetap tidak mau mundur.
Merasa terhina, Zahira beranjak berdiri dan menatap Amran dengan serius. Zahira menyahut dengan nada dingin “ uang bulanan apa yang kau maksud? Apa uang yang kau kirim ke rekening dimana aku harus meminta persetujuan jika ingin mengambilnya? ”
Amran melihat goresan kecewa dalam mata Zahira, darimana semua keberanian istrinya ini. bukankah selama ini tidak ada masalah.
Jadi istrinya bersungguh-sungguh dengan permintaanya.
“ sejak awal bukan ini masalahnya, Zahira ”
Mereka menikah sudah hampi 3 tahun, semua mekanisme ini tidak pernah membuat Zahira marah.
Amran berfikir alasan Zahira sangat mengada-ngada dan di buat-buat. Tidak mungkin Zahira tiba-tiba berubah seperti ini.
“ jangan mencari alasan” lanjut Amran dengan masih menganggap jika istrinya sedang merajuk.
Membuat Amran sekali lagi mendekati Zahira.
Zahira menjaga jarak, wanita itu membuat pertahanan diri sambil menyahut “ aku bersungguh-sungguh ingin cerai, Amran. Mau apapun alasannya itu tidak penting”
Di mata Amran kalimat ini sungguh tidak cocok dengan karakter Zahira selama ini. malah membuat Amran menjadi gemas sendiri.
Amran dengan mudah menerobos pertahanan istrinya dan kembali mendorong tubuh ramping Zahira ke atas ranjang.
Zahira melakukan segala cara agar Amran tidak bisa menguasai tubuhnya.
“ aku tidak suka kau menjadi seperti ini Zahira”