"Lupakan tentang kejadian di Paris. Anggap saja tidak terjadi apa-apa. Tubuhmu sama sekali tidak menarik. Aku tidak akan pernah sudi menyentuhmu lagi! Apalagi aku sudah punya kekasih."
Itulah yang diucapkan oleh Devano kepada Evelyn.
Devano sangat membenci Evelyn karena Evelyn adalah anak dari ibu tirinya.
"Kamu pikir aku mau melakukannya lagi? Aku juga tidak sudi disentuh lagi olehmu!"
Evelyn tak mau kalah, dia tidak ingin ditindas oleh kakak tirinya yang sangat arogan itu.
Tapi bagaimana kalau ternyata setelah kejadian malam itu, Devano malah terus terbayang-bayang bagaimana indahnya tubuh Evelyn? Membuatnya tidak bisa melupakan kejadian malam yang indah itu di kota Paris
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Sementara itu salah satu perumahan mewah di kota Paris. Terlihat Evelyn yang sangat kaget, dia tiba-tiba terbangun saat merasakan geli pada area dada dan intinya.
Evelyn yang kesadarannya belum seratus persen, dia merasa kaget dan kebingungan. Apakah saat ini dia sedang bermimpi atau memang benar Devano sedang berada diatas tubuhnya?
Tapi apa yang Devano lakukan pada tubuhnya serasa begitu nyata. Jemari Devano sedang bergerak-gerak mengocok miliknya.
"Jangan kak... mmhhh..." Evelyn ingin menolak, tapi gerakan jemari Devano dibawah sana membuatnya menggila.
Mulut Devano langsung melahap payu-dara Evelyn yang sangat dekat dengan wajahnya. Menghisap dan memainkan lidah pada puti-ngnya yang mengeras. Tak menghiraukan penolakan Evelyn. Karena dia tahu gadis itu sebenarnya sangat berhasrat.
Evelyn mencoba untuk menarik tangan Devano yang sedang memainkan miliknya. Tapi sentuhan itu malah membuat tubuhnya meremang. Seakan Devano sedang membawanya terbang melayang di atas awan.
"Kak... lepashhhh... mmhhh"
Bukan suara penolakan yang Devano dengar, melainkan suara indah Evelyn yang sangat menggoda, diiringi suara des-ahan yang masih berusaha untuk ditahan.
Tubuh Evelyn seakan sedang mengkhianati dirinya sendiri. Mulut berkata tidak. Tapi tubuhnya seakan terlena dengan apa yang Devano lakukan saat ini.
Laki-laki itu tiba-tiba datang dengan menawarkan sejuta kenikmatan yang belum selesai pernah Evelyn rasakan sebelumnya. Mungkin karena malam sebelumnya Evelyn sedang dalam keadaan mabuk, jadi dia tidak ingat dan tidak tahu bagaimana rasanya saat Devano memberikan banyak sentuhan panas pada tubuhnya.
Devano begitu pintar memancing gairah Evelyn. Sehingga pemberontakan yang Evelyn lakukan semakin melemah. Membuat Devano semakin leluasa melakukan apapun yang dia inginkan pada tubuh Evelyn.
Put-ing Evelyn sangat nikmat kala dia hisap berkali-kali, bahkan sesekali dia menjilatinya. Membuat celananya semakin sesak. Desakan gairahnya semakin melesak naik.
"Kak... hhh..."
Nafas Evelyn tersengal-sengal. Gerakan jemari Devano di bawah sana sangat membuatnya gila. Apalagi mulut Devano yang tiada henti menyesap puti-ngnya. Di tambah gerakan lidah yang menari-nari disana.
"Stop... ahhh..."
Suara des-ahan lolos begitu saja dari mulut Evelyn. Membuat Evelyn sangat muak. Tapi tubuhnya sudah tidak mampu melakukan perlawanan. Dia malah terhanyut dengan semua sentuhan yang Devano lakukan pada tubuhnya.
Evelyn merasakan tubuhnya bergerak gelisah dan tidak bisa diam. Suara nafasnya terdengar semakin berat. Evelyn merasakan ada sesuatu yang akan segera tumpah dibawah sana, sehingga dia memekik histeris.
Tapi tiba-tiba pada saat Evelyn akan mencapai puncak kenikmatannya dan sebentar lagi dia akan basah, Devano malah menghentikan gerakan jemarinya dan mulutnya melepaskan pu-ting Evelyn yang sedari tadi dia hisap.
Membuat Evelyn kebingungan. Dia yang meminta Devano untuk segera berhenti. Tapi dia merasakan ada sesuatu yang menganjal, sesuatu yang sebentar lagi akan dia lepaskan di bawah perutnya menjadi tertahan.
Sial! Devano benar-benar ingin mempermainkannya.
"Kenapa? Kamu menginginkannya juga kan?" tanya Devano dengan tersenyum penuh kemenangan, memperhatikan raut wajah Evelyn yang sangat menggemaskan.
Evelyn akui ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Bahasa tubuhnya seakan mengatakan jangan berhenti. Seakan meminta Devano untuk melakukannya lebih dari ini. Tapi dia terus berusaha untuk berpikir waras. "Ti-tidak. Kita jangan melakukannya lagi!"
Mumpung Devano melepaskan tubuhnya, Evelyn ingin mendorong dada Devano, dia harus segera bangkit. Tapi Devano menahan tubuhnya. Lalu membuka lebar-lebar kedua paha Evelyn dan membungkukan badannya.
"Kak, apa yang kamu lak... mmhhh..."
Evelyn ingin protes, tapi seketika dia dibuat menganga saat Devano menjulurkan lidahnya mengenai milik Evelyn.
"Ahh... kak!" Evelyn terpekik kalah indera perasa yang sangat teramat lembut itu masuk lebih dalam lagi, menusuk lubang miliknya.
Lidah Devano menari-nari menjilati titik sensitifnya, lalu menghisapnya dengan kuat. Membuat erangan Evelyn semakin parau.
Devano akui, dia sangat menginginkan Evelyn malam ini. Mungkin hanya untuk malam ini saja. Dia pastikan malam-malam berikutnya dia akan melupakan apa yang terjadi pada malam ini. Tapi dia tidak ingin melakukannya dengan cara paksaan, dia ingin memancing gairah Evelyn, agar mereka melakukannya karena keinginan mereka berdua.
skrg kok aku mlh dukung Evelyn dgn Devano, aku merasa was was dan harus menghindari Gio tuh Evelyn. ada sesuatu yg sulit untuk dijelaskan 🫢