Berawal perkemahan yang diadakan oleh sekolah membuat anak-anak terpilih memiliki kekuatan aneh.
Saat perkemahan berlangsung mereka tersesat karena disebabkan oleh kejahilan seseorang dan hal itu membuat mereka menjadi masuk ke sebuah gua hanya untuk berteduh. Rasa penasaran mereka yang tinggi membuat mereka memasuki gua hingga bagian terdalam dan menemukan sebuah danau tersembunyi di dalam gua.
Karena sesuatu, mereka tak sengaja masuk ke danau dan secara tiba-tiba membuat mereka memiliki kekuatan
Mampukah mereka mengendalikan kekuatan itu? Atau malah sebaliknya, hal itu menjadi bumerang bagi mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
Rasya, yang baru saja sampai di rumahnya masih terdiam di halaman rumahnya. Dirinya merasa tidak siap untuk masuk ke dalam rumah.
Melihat rumah yang begitu megahnya, namun di dalamnya begitu menyiksa. Di luar, keluarga ini terlihat harmonis namun saat di dalam terlihat seperti penyiksaan secara perlahan
Perlahan-lahan Rasya masuk ke dalam rumah
"Assalamualaikum, Rasya pulang"
"Aden udah pulang, Ya ampun den, wajah aden kenapa?" tanya Bibi Sumi.
"Tadi Rasya nolong ibu-ibu, tapi malah dikeroyok. Untung ada yang nolongin bi" jelas Rasya
"Luka aden udah diobatin belum. Kalau belum bibi obatin ya, den"
"Nggak usah bi. Ini udah diobatin juga ko tadi. Jadi bibi tenang aja ya"
"Ya udah, mau bibi siapin makan siang den?"
"Nggak usah bi, saya sudah makan di luar tadi. Mama mana ya bi?" tanya Rasya yang melihat rumah terasa sepi
"Nyonya keluar den, tadi di jemput teman arisannya" jelasnya
"Ya udah, Rasya ke kamar dulu ya"
Rasya pergi ke atas menuju kamarnya. Saat di dalam kamar, Rasya mengingat peristiwa yang baru saja di alaminya.
"Airin ya namanya ... cantik" gumam Rasya
Rasya terus terbayang wajah Airin saat mengobatinya tadi. Wajah Airin yang begitu dekat dengannya, dapat dilihatnya mata indah Airin.
"Gue pengen tau banyak tentang dia" Rasya memainkan ponselnya dan mencoba mencari media sosial milik Airin dan juga Aaron.
Saat menemukan media sosial milik si kembar, Rasya melihat-lihat media sosial milik Airin. Melihat foto yang terunggah di media sosial miliknya membuat Rasya terpana
"Cantik" gumamnya
"Tapi apa aku boleh merasakan perasaan ini" Rasya merasa rendah diri saat melihat kebersamaan Airin dengan keluarganya yang terlihat harmonis. Hal itu berbanding terbalik dengan dirinya.
"Mungkin perasaan ini hanya sebatas kagum karena kejadian tadi" Rasya tidak ingin larut dengan pemikirannya
TOK... TOK... TOK...
"Den, ini Bi Sumi. Ini bibi bawain minuman untuk aden" ujar Bi Sumi
Rasya yang mendengar itu langsung membukakan pintu kamarnya
"Bi, nggak perlu. Nanti kalau Rasya mau, Rasya ambil sendiri bi"
"Gapapa den, nih di ambil. Bibi mau beres-beres dulu"
"Iya bi, sekali lagi makasih ya"
Bi sumi hanya mengangguk, kemudian pergi kembali mengerjakan tugasnya yang belum selesai.
...****************...
"Kak, Arin mau bicara sama kakak" ujar Airin yang secara tiba-tiba masuk ke dalam kamar Aaron
"Bicara apa?"
"Aku mau bicarain soal Rasya, kak. Kakak tau tadi aku nggak sengaja lihat luka di bagian leher dan luka itu seperti cambukan. " tanya Aaron
"Iya kak. Tadi ya, waktu aku obatin dia aku nggak sengaja lihat luka kak di lengan atas nya. Itu luka pukul" jelas Airin
"Mungkin itu luka karena preman itu mukul dia dek" Aaron menghiraukan penjelasan dari Airin
"Tapi preman itu nggak bawa senjata kak. Tapi luka itu jelas banget kalau luka pukul pakai senjata tumpul kak" kekeh Airin
"Kamu yakin dek?"
"Iya kak, aku yakin banget. Lukanya terlihat ada yang baru ada yang lama" Airin merasa prihatin dengan Rasya
"Itu urusan dia dek, lagian kita kan baru kenal. Kita belum tau bagaimana dia, keluarganya seperti apa. Jadi kamu nggak perlu khawatir, oke" jelas Aaron. Aaron mencoba untuk menenangkan adiknya yang memang memiliki simpati yang tinggi
"Ya juga sih, ya udah Arin balik lagi ke kamar Arin ya. Dadah kakak" Airin berlari keluar kamar Aaron
"Dasar Arin, ada-ada aja" Aaron terheran-heran dengan sikap adiknya yang terkadang dingin namun terkadang lucu seperti ini.
...****************...
TOK ... TOK ...
"Den, ini Bi Siti"
Aaron yang mendengar itu pergi membukakan pintu untuk melihat apa yang ingin dilakukan oleh Bi Siti
"Ada apa bi?"
"Itu den, aden sama non Airin dipanggil sama tuan di ruang kerjanya den" ujar Bi Siti
"Ya udah, makasih ya bi. Nanti biar saya yang kasih tau ke Arin" ujar Aaron
" Baik den. Kalau begitu saya kembali kerja dulu ya, den" Kemudian Bi Siti pergi untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
Melihat Bi siti yang sudah pergi, Aaron segera pergi ke kamar Airin.
TOK ... TOK ...
"Adek, adek masih bangun kan?" tanya Aaron
"Iya kak, ini Arin masih bersih-bersih barang-barang Arin" teriak Arin dari dalam kamar
"Dek, kita dipanggil papa ke ruang kerjanya" ujar Aaron
"Kakak duluan aja. Ini tinggal dikit lagi selesai ko, kak" teriak Airin lagi
"Ya udah, kakak duluan ya. Tapi adik segera nyusul ya, takut papa marah nanti"
"Iya kak"
Setelah memberitahukan itu, Aaron segera pergi ke ruang kerja ayahnya yang terletak di lantai 2. Saat akan memasuki ruang kerja papanya, Aaron merasa gugup.
"Loh, kakak belum masuk ruang kerja papa" ujar Airin yang baru saja datang. Dirinya bingung melihat kakak kembarnya yang diam berdiri di depan pintu ruangan kerja papanya.
"Kakak baru saja akan masuk ruangan papa ko, dek" ujar Aaron
"Kalian yang diluar, kenapa belum masuk juga" ujar Papa dari dalam ruangan
"Iya pa" ujar si kembar bersamaan dan buru-buru masuk ke dalam ruangan kerja papanya
"Kenapa kalian lama sekali ke ruang papa" tanya papa yang penasaran atas keterlambatan anak kembarnya
"Itu pa, adik tadi beresin barang-barang adik dulu. Tinggal sedikit, nanggung kalau tinggal pergi" jelas Airin
"Anu pa, tadi Aron udah ada di depan. Tapi tadi tiba-tiba gugup. Jadi, ya berhenti sebentar. Terus mau ketok pintu, tapi di kaget sama kedatangan Arin yang tiba-tiba di belakang Aron" jelas Aaron
"Ya sudah, kalau begitu papa mau berikan kabar untuk kalian..."
"Papa sudah mendaftarkan sekolah untuk kalian. Papa mendaftar kalian di SMA Bintang Permata"
Airin dan Aaron saling memandang satu sama lain. Mereka berpikir bahwa papa belum mendaftarkan sekolah untuk mereka dan akan memberitahu mengenai sekolah yang mereka inginkan. Namun, sekolah yang mereka inginkan secara kebetulan adalah sekolah yang didaftarkan papanya untuk mereka
"Dan untuk seragam dan keperluan lainnya sudah papa siapkan"
"Ohh, jadi seragam yang ada di gantungan itu untuk kita pa. Wahh makasih papa" Airin dengan segera memeluk papanya, dan hal itu diikuti oleh Aaron.
...****************...
"Pagi yang cerah untuk hari pertama sekolah di sekolah baru" ujar Airin sambil bercermin dan melihat penampilannya dengan seragam barunya
"Oke, sudah siap. Saatnya turun dan sarapan" Airin mengambil tas sekolahnya dan keluar kamarnya untuk sarapan bersama
Melihat semua anggota keluarganya yang sudah berkumpul di ruang makan, membuat Airin tersenyum senang. Namun ada yang mengganjal di hatinya, dirinya rindu dengan mama dan seseorang yang seharusnya ikut hadir di ruang itu dan bercanda tawa bersamanya. Itu hanya masa lalu, mama dan kakak keduanya sudah tenang di alamnya.
Aaron yang tak sengaja melihat adik kembarnya yang terdiam di anak tangga dengan tatapan sendu pun tau apa yang sedang dipikirkan oleh adiknya itu. Dirinya juga rindu dengan suasana rumah dulu saat ada mama dan kakak keduanya, namun itu hanyalah kenangan indah dan sekarang kita harus tetap maju ke depan.
"Selamat pagi" sapa Airin. Kemudian mencari keberadaan papanya
"Pagi, adik cantik." ujar Aaron dan Adit bersamaan
"Adik kalau mencari papa, papa sudah berangkat tadi pagi." ujar Adit.
"Nah sekarang lebih baik kalian sarapan dan segera berangkat. Papa udah nyiapin kendaraan untuk kalian" ujar Adit
Mendengar instruksi itu, Airin langsung duduk di tempatnya dan mulai memakan sarapannya.
Setelah selesai sarapan, Adit memberikan sebuah kunci kepada Aaron.
"Apa ini?"
"Hadiah dari papa. Mobil baru untuk kalian. Mobilnya ada di bagasi. Papa bilang itu mobil khusus untuk sekolah, mobil atau motor masih dalam perjalanan. Mungkin besok baru sampai"
Aaron dan Airin yang mendengar bahwa mereka mendapatkan mobil baru merasa sangat senang. Mereka tak lupa mengucapkan terima kasih pada sang kakak dan nantinya kepada sang papa.
"Ya udah sana berangkat. Ingat hati-hati ya saat berkendara"
"Siap bos. Kalau begitu kami berangkat, Assalamualaikum"
"Waalikumsalam"
...****************...
Selama di perjalanan, Airin bertanya-tanya bagaimana suasana di sekolah barunya nanti. Apakah para murid di sana semuanya baik atau malah sebaliknya.
"Kamu mikirin apa dek?"
"Nggak ada. Lebih baik kakak fokus aja nyetirnya"
"Aduh" teriak Airin karena tidak sengaja keningnya terbentur dasboard mobil
"Kakak apa-apaan sih, kenapa ngerem mendadak sih" kesal Airin
"Lihat di depan" tunjuk Aaron dengan dagunya. Aaron melihat kejadian yang ada di depannya dengan datar.
Airin yang melihat ekspresi saudara kembarnya merasa penasaran. Setelah melihat apa yang dilihat saudaranya ekspresi wajah Airin langsung ikut berubah
"Ohh, wow. Sekolah yang menyenangkan. Kak, kita bantu dia ya" ujar Airin dengan datar kemudian menatap ke arah kakaknya
"Kamu yakin dek?"
"Yakin. Kita bantu dia aja kak. Klakson mobil kak"
Aaron melakukan apa yang diinginkan oleh adiknya. Melaju masuk ke area sekolah dan membunyikan klakson dengan kencang.
TIN .... TIN ..... TIN ....
Klakson mobil terdengar begitu nyaring hingga orang-orang di depan yang menghalangi jalan masuk berhamburan pergi. Setelah semua orang pergi, Aaron pun segera melajukan mobilnya ke area parkiran sekolah.
Setelah berhenti, Airin segera memandang ke arah kakaknya. Melihat gaya kakaknya yang terlihat keren membuat Airin tersenyum.
"Kita harus terlihat keren kak, ini hari pertama kita." ujar Airin
Aaron hanya diam saja melihat tingkah adiknya.
"Ayo keluar"
Mereka keluar dengan begitu bergaya. Kacamata hitam bertengger di mata mereka membuat kesan keren pada diri mereka.
"Woy, bisa nyetir nggak sih" teriak seseorang yang tadi akan ditabrak oleh Aaron
"Bisa, saya bisa menyetir dengan baik. Memangnya kenapa?" tanya Aaron dengan santainya
"Lo masih nanya kenapa? Ha?" kesal orang itu pada Aaron hingga menunjuk-nunjuk Aaron
"Santai dong, jangan tunjuk-tunjuk ke saudara saya. Masalahnya, tadi anda menggunakan jalan sembarangan. Ah.. lebih tepatnya memblokir jalan ..." jelas Airin sambil menghentikan tingkah orang yang ada di depannya
"Berarti bukan salah kita, ya kan brother?" ujar Airin dengan santai sambil menyender ke bagian belakang mobil
"Tenang Fero, nggak perlu buang-buang tenaga buat anak sok seperti mereka berdua" ujar seseorang yang baru saja datang dengan gaya sok cool nya
"Wah datang lagi nih. Tadi yang datang si pemarah sekarang si sok cool" sindir Airin
Aaron yang melihat tingkah adiknya hanya diam. Dia membiarkan apa yang adiknya lakukan, namun jika mereka bertindak keterlaluan maka dirinya yang akan bertindak.
"Beb, what are you doing" tanya seorang gadis yang tiba-tiba datang bersama gerombolan 3 gadis dan merangkul lengan laki-laki yang sok cool itu
"Siapa mereka, beb?" lanjutnya
"Nggak tau, mereka tadi ganggu kita buat kerjain si culun Edi tadi" balasnya
"Ya udah sih beb, mending kita masuk aja. Daripada ada guru datang dan kita yang kena nantinya"
"Ya, kamu bener beb. Daripada aku ngurusin mereka yang anak baru ga jelas ini. Mending kita masuk. Yuk beb?" Kemudian mereka pergi dan masuk ke dalam sekolah bersama antek-anteknya
Airin dan Aaron hanya memandang datar kepergian mereka. Setelah melihat kepergian mereka, Airin dan Aaron melihat kearah anak yang tadi dirundung. Si kembar menghampiri anak itu melihat keadaannya
"Are you okay?" tanya Airin dan membantunya merapikan barang-barang yang berserakan. Begitupun dengan Aaron yang ikut membantu membereskan barang-barangnya
"Saya gapapa, tapi seharusnya kalian tidak melawan mereka"
"Kenapa emang?" tanya Airin yang penasaran
"Mereka dari keluarga yang berada, mereka anak-anak orang kaya" jelasnya
"Ohh, nggak masalah ko. Kamu santai saja. Kalau mereka menganggu kami, ya tinggal di lawan" ujar Aaron dengan santai
"Terserah kalian, tapi aku udah peringatin kalian ya" ujarnya
Mereka memandang kepergian Edi dengan aneh. Namun mereka tidak terlalu memikirkan hal itu.
"Sudahlah, lebih baik kita masuk dan pergi ke ruang kepala sekolah" ajak Aaron dan langsung menggenggam tangan adiknya
Tanpa di sadari, sejak mobil si kembar masuk area sekolah hingga pertengkaran di area parkiran sekolah telah diperhatikan oleh seseorang.
"Kita bertemu kembali, Arin" ujarnya sambil memperhatikan kepergian Aaron dan Airin