Reno, adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Papanya memiliki jabatan yang tinggi di suatu instansi pemerintah dan mamanya seorang pengacara terkenal, kakanya jebolan sekolah kedinasan yang melahirkan Intel negara. Sementara dia anak tengah yang selalu dibanding-bandingkan dengan kesuksesan sang Kaka, berprofesi sebagai TNI berpangkat Bintara. Tapi Reno adalah anak yang penurut dan paling berbakti pada kedua orangtuanya.
Keinginannya menjadi seorang TNI karena kejadian luar biasa yang mempertemukan dirinya dengan sosok yang sangat dia kagumi, sosok idola yang merubah hidup dan cara pandangnya.
Hingga pada suatu hari takdir mempertemukan Reno dengan Kanaya yang membantu cita-citanya menjadi seorang TNI terwujud.
Kanaya menemani Reno dari nol karena Reno tidak mendapatkan dukungan dari kedua orangtuanya.
Apakah cinta kasih Reno dan Kanaya akan berlanjut ke pelaminan, atau Kanaya hanya dimanfaatkan Reno saja untuk mencapai cita-citanya?
Yuks ikuti kisah Reno di Cinta Bintara Rema
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 : Anak tidak bertuan
Seorang perempuan muda berdiri dengan bimbang di tengah keramaian stasiun dengan mengendong travel bag. Dia terdiam diantara langkah sibuk yang berlalu lalang, ada dingin yang tajam diam-diam menyelusup ke tulang, memendam nestapa di dada yang kelelahan.
Dia mendesah, pasrah ...
Tubuhnya yang ringkih melangkah dengan ragu di dunia yang ramai, kini hanya satu tujuan hidupnya; memberikan 'rumah yang utuh' pada janin yang ada dalam rahimnya sebelum bayi itu lahir ke dunia.
Seperti yang dia rasakan saat bersama mama dan papa Sandi, lelaki yang bersedia memberikan kasih sayang penuh padanya.
Ibarat melempar dadu, keputusannya meminta dinikahi Fajar sebagai pertanggung jawaban atas kehamilannya, bagai masuk dalam arena perjudian. Tapi saat ini yang terpikirkan olehnya hanya jalan itu satu-satunya.
Hari sudah beranjak malam saat Taksi online yang dia tumpangi sudah memasuki area mess abdi negara' di salah satu kesatuan, gerakan tangannya terhenti saat hendak membuka handle pintu mobil. Dari dalam mobil dia melihat Fajar masuk ke dalam mobil sport mewah yang terparkir di sana.
"Pak, ikuti mobil di depan." pintanya saat mobil sport mewah itu meluncur ke jalan raya.
Mobil yang ditumpangi Fajar memasuki sebuah club mewah di pusat kota. Dengan jantung yang berdegup kencang dan pikiran yang berlarian mencari cara bagaimana jika nanti dia berhasil menemui Fajar di tempat itu, apa yang harus dia katakan.
Dari mobil Bugatti keluar dua orang pemuda dengan penampilan Casual Smart mendukung wajah mereka yang handsome. Kanaya mengikuti dari kejauhan, namun sayangnya club yang mereka datangi tidak bisa sembarang orang masuk, mereka yang masuk harus memiliki kartu member.
Kanaya hanya bisa mengamatinya dari kejauhan, hingga seorang security menegurnya.
"Mau cari siapa mba?" tanyanya dengan wajah garang
"Mmhh ... Tadi saya lihat Kaka saya masuk ke sana Pak, aku mau minta kunci rumah. Boleh saya menemui Kakak saya di sana pak?" dusta Naya
Pria kekar itu tidak begitu saja percaya, dia mengamati Kanaya dari atas hingga ke bawah. "Kamu tahu ini tempat apa?" tanyanya pelan
Kanaya menggelengkan kepalanya dengan wajah polos.
"Pergi dari sini, kamu bisa kena masalah jika berlama-lama di sini." usirnya dengan nada datar, tidak semenyeramkan tadi.
"Tapi saya harus meminta kunci rumah padanya, pak." pinta Naya dengan memelas.
"Aku tahu tujuan kamu ke sini. Kamu mengikuti tuan Jo, kan?" cecarnya
"Jo? Jo siapa?" tanya Kanaya bingung.
"Tuan Jo orang berpengaruh di sini, dia tidak akan tinggal diam jika kamu mengganggu kekasihnya. Pergi sekarang, sebelum lehermu—Kreekk!" Security itu memperagakan leher yang terpenggal.
"Ke-kekasih? Maksudnya siapa pak! Kakak saya laki-laki dan saya tidak mengenal tuan Jo!" sanggah Kanaya
"Ahh! Sudah!! kamu itu dibilangin ngeyel!" security itu memaksa Kanaya menjauh dari club dan menariknya ke arah parkiran.
"Pak! Tolong jangan dorong-dorong!!" pekik Kanaya saat tubuhnya terhuyung akibat di dorong
Kanaya mengusap wajahnya dengan kasar, kesempatan bertemu dengan Fajar hanya hari ini, sebelum pulang ke rumah dia harus memastikan dulu, apa keputusan Fajar tentang janin yang dia kandung saat ini.
Kanaya terduduk di pembatas jalan trotoar, dia memutuskan menunggu Fajar keluar dari club menuju parkiran agar dia bisa menemuinya langsung.
Di dalam kebisingan pikirannya, Kanaya terus berharap malam ini menemukan jalan keluar. Hingga sebuah suara membuyarkan doa-doa yang baru saja dia panjatkan.
"Masih penasaran apa yang mereka lakukan di dalam sana? Atau kamu mencoba peruntungan agar dia bisa mencintaimu seperti layaknya cinta sepasang kekasih laki dan perempuan?" tanya seseorang yang keluar dari mobil Mercedes Benz keluaran terbaru.
Kanaya menoleh ke kiri dan kanan, memastikan siapa yang pria itu ajak bicara. Pria handsome blasteran Eropa dengan bulu-bulu tipis menghias rahang tegasnya, bulu mata yang lentik dan manik mata berwarna biru kehitaman, menatap Kanaya penuh arti.
"Aku?" tanyanya bingung.
"Ya, kamu! Kamu kekasih Fajar?" tanyanya, Kanaya mengernyitkan keningnya. Dia tidak ingin menjawab pertanyaan ambigu lelaki yang ada di depannya.
"Mereka sepasang kekasih. Jangan harap Fajar akan memberikan cinta padamu, nona!"
"M-maksud anda—" Kanaya tersentak dengan pikirannya sendiri yang baru saja terlintas di benaknya.
"Ya! Mereka sepasang kekasih. Coba kamu nilai penampilanku, nona. Apa kurangnya aku? Aku juga memiliki cinta yang besar untuk Jo. Tapi aku pun dicampakkan setelah Jo mengenal Fajar. Dia tergila-gila dengan Fajar, kali ini dia mendapatkan cinta sejatinya, mereka saling mencintai, hingga aku ditinggalkan saat di altar pernikahan." ucapnya dengan nada kesedihan yang mendalam.
Kondisi pencahayaan yang remang di sekitar parkiran, namun Kanaya masih bisa melihat wajah tampan lelaki di sampingnya menitikkan airmata.
Udara dingin semakin menusuk kulitnya, bukan karena angin bertiup kencang, akan tetapi kenyataan yang baru saja dia dengar membuatnya menggigil ketakutan, hatinya hancur dan patah. Tubuh ringkihnya tidak kuat menerima kenyataan.
"Ka-kamu bohong, kan ... " lirihnya dengan tatapan mata yang tak terbaca.
"Aku juga berharap ini hanya mimpi, Nona. Tapi aku rasakan sakitnya sangat menyiksa." lelaki itu terisak dengan wajah frustasi.
"A-aku tidak percaya jika belum melihatnya." sanggah Kanaya.
Kedua orang yang berbeda jenis itu sama-sama terpukul dan hancur, karena pengkhianatan. Bukan karena Kanaya merasa dicampakkan oleh Fajar, seperti lelaki itu yang dicampakkan oleh Jo. Jelas permasalahan mereka berbeda.
Tapi Kanaya tidak percaya jika Fajar yang sering merayu dan mendekatinya dengan agresif memiliki kelainan sexual. Beberapa kali Kanaya menggelengkan kepala seakan tidak mempercayainya.
"Kamu bisa lihat foto dan video ini, nona! Jika kamu masih tidak mempercayainya." lelaki itu menyodorkan ponsel mahalnya.
Sebuah video diputar, menampilkan pergumulan mereka di sebuah kamar yang di desain dengan interior mewah, lalu lelaki itu pun memutar video saat mereka bercinta di mobil sport mewahnya.
Mata Kanaya terbelalak, tiba-tiba saja isi perutnya bergejolak, dia tidak sanggup lagi melihat adegan dewasa yang tidak lazim itu.
"Oweekk ... Owwekk ... " Kanaya memuntahkan isi perutnya di sebuah selokan.
Keringat dingin membanjiri kening, punggung dan tubuhnya bergetar kian hebat. Dia terus menggelengkan kepalanya, masih sulit mempercayainya. Dia tidak mau anaknya diasuh oleh seorang ayah yang memiliki orientasi seks yang berbeda.
Tujuannya adalah membangun rumah aman dan tenang untuk buah hatinya, bukan rumah tangga yang tidak memiliki masa depan. Keputusannya meminta tanggung jawab pada Fajar adalah sebuah kesalahan.
Kanaya terus menerus mengucap syukur pada sang Ilahi, karena diberikan petunjuk sebelum melangkah ke jenjang pernikahan.
"Nona apa kamu baik-baik saja?" tanyanya khawatir
"Aku baik." Kanaya melangkah menjauhi lelaki tampan itu.
"Nona biar aku antar, di sini tidak ada taksi atau angkutan umum." bujuknya, Kanaya menaikan kelapak tangannya menandakan dia ingin sendiri.
Kanaya berjalan terhuyung di atas trotoar, cukup lama Kanaya berjalan hingga kakinya semakin lemah namun dia terus paksakan berjalan hingga dia menemukan sebuah halte dan memesan taksi online di sana.
Di dalam taksi dia menumpahkan semua emosi dan amarahnya. Dia berteriak sekencangnya, bersyukur sang pengemudi tidak melarang atau memarahinya.
"Teriak lah nona, jika itu bisa membuat hatimu lega." ucapnya menenangkan.
Lelaki yang terlihat sudah berumur itu melirik Kanaya dari kaca spion, dari tatapan matanya terlihat dia ikut bersedih mendengar ratapan Kanaya.
"Nona, bapak tidak mengenal siapa kamu, dan tidak tahu apa masalahmu. Tapi percayalah, Nona. Kita semua adalah tamu terhormat di muka bumi ini, Tuhan menciptakan kita dengan Nur yang bersinar indah. Jangan menangis seperti pengemis, hanya karena secuil masalah dunia. Tuhan memilihmu karena Kamu kuat, kamu bisa menjalani semua ini." ucapnya dengan bijaksana.
"Terima kasih, pak." lirihnya. Kanaya sempat berpikir, Tuhan masih sayang padanya, dengan mengirim supir taksi baik yang memberikan perhatian tanpa bertanya.
Setelah itu keheningan menemani perjalanan mereka ke kediaman mantan pejabat Bintang dua, Sucipto, di sebuah perumahan kawasan elite.
"Kembaliannya ambil saja buat bapak." Kanaya tersenyum tipis serasa melangkah memasuki gerbang rumahnya.
"Non Naya ... Eyang lagi marah-marah. Non, lewat pintu samping aja non." bisik Wiwin salah satu ART di rumah Cipto
"Ada apa mba Win?" jawab Naya sambil berbisik.
"Embuh, Non. Mba juga gak tahu, dari semalam orang rumah ribut terus, nyebut nama almarhum mama non Naya."
"Mba Win, aku nitip tas travelku dulu. Aku mau langsung ke rumah sakit saja kalau begitu, aku tidur di mess IGD." bisik Naya sambil berjalan mengendap melalui pintu belakang.
"Naya !!" suara Cipto menggelegar dari arah belakang memanggil cucu kandung satu-satunya.
Tubuh Kanaya terpaku, kakinya berhenti melangkah dan dengan perlahan dia berbalik menatap sosok yang sangat dia takuti.
"E-eyang ... " gugupnya pelan
"Mau kemana lagi kamu, Masuk!!" perintahnya dengan tatapan tajam dengan tangan mengepal.
Seketika Kanaya di seretnya masuk ke dalam rumah. Dengan tatapan mengerikan eyang Cipto memerintahkan menutup semua pintu hingga tidak ada seorangpun bisa mendengar apa yang akan dibicarakan lelaki tua itu di ruang keluarga.
Di ruang keluarga itu sudah berkumpul Eyang putri (istri kedua Cipto), keluarga Widuri (anak tiri Cipto dari istri keduanya) yang selalu berperan menjadi provokator di setiap ada masalah yang datang di rumah tersebut.
Kanaya menatap satu persatu wajah orang yang hadir di sana. Wajah-wajah sinis yang siap memuntahkan kata-kata toxic untuk dipaksanya menelan.
Plaakk!!
Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus Kanaya, gadis itu memegang pipi kanannya sambil meringis. Sesuatu dilemparkan ke wajahnya dengan kasar, mata Kanaya terbelalak melihat salah satu alat testpack yang baru saja dilempar tepat mengenai wajahnya.
"Jelaskan apa ini!!" teriak Eyang Cipto
Tubuh Kanaya sontak luruh, dia bersimpuh di kaki Eyang Cipto dengan perasaan takut, tubuhnya bereaksi dengan cepat akan ketakutannya, dia gemetar seiring dengan suasana ruangan yang semakin mencekam. Rahasia yang dia tutup rapat akhirnya ketahuan
"Huh! Ibu dan anak kelakuannya sama, hamil diluar nikah. Memalukan! Perempuan murahan, enggak bisa jaga nama baik keluarga! aku yang bukan anak kandung Papa saja selalu menjaga nama baik keluarga. Kalia—!"
"Wid! lebih baik kamu diam." bentak Handoko, suami Widuri.
"Bicara, Naya!" perintah Cipto
"Eyang ... I-ini tidak seperti yang kalian pikirkan. Aku dinodai ... Hiikss hiikss" isak Naya, dia bersujud di kaki Eyangnya.
Sucipto memejamkan matanya, dengan rahang mengeras"Siapa yang melakukannya!" Teriaknya
"A-akuu ... Tidak tahu siapa pelakunya." lirihnya dengan suara bergetar.
"Lagi-lagi anak tidak bertuan! Usir saja, Pah! Bikin malu!" provokasi Widuri dan ibunya.
"Keluar kamu dari sini, aku terima kamu di sini malah kamu mengotori wajahku! Dasar anak pembunuh! Keluaaar!!" usir Sucipto sambil menendang tubuh ringkih Kanaya.
"E—yang ... " isaknya sambil beringsut berdiri dan menjauhi ruang keluarga.
...☘️☘️☘️☘️☘️...
Gaess ... Kasih like, komennya dong! Terima kasih 🩷🩷