NovelToon NovelToon
Dalam Pelukan Pernikahan

Dalam Pelukan Pernikahan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Lari dari Pernikahan / Cinta setelah menikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Paksa / Terpaksa Menikahi Suami Cacat
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ni R

Ana terpaksa menikah dengan seorang pria lumpuh atas desakan ibu dan kakaknya demi mahar uang yang tak seberapa. Pria itu bernama Dave, ia juga terpaksa menikahi Ana sebab ibu tiri dan adiknya tidak sanggup lagi merawat dan mengurus Dave yang tidak bisa berjalan.

Meskipun terpaksa menjalani pernikahan, tapi Ana tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri dengan ikhlas dan sabar. Namun, apa yang didapat Ana setelah Dave sembuh? Pria itu justru mengabaikannya sebagai seorang istri hanya untuk mengejar kembali mantan kekasihnya yang sudah tega membatalkan pernikahan dengannya. Bagaimana hubungan pernikahan Ana dan Dave selanjutnya? Apakah Dave akan menyesal dan mencintai Ana? atau, Ana akan meninggalkan Dave?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Beraninya Kau!

Siang itu, Dave sedang duduk di ruang kerjanya, membaca beberapa laporan keuangan ketika Andre, asistennya, masuk ke dalam ruangan.

"Ada sesuatu yang perlu kau tahu," kata Andre dengan nada serius.

Dave meletakkan dokumen yang sedang ia baca dan menatap Andre dengan ekspresi datar. "Apa itu?"

Andre menarik napas sebelum berbicara, "Nyonya Lusi sedang berlibur ke luar negeri bersama Joni."

Mata Dave sedikit menyipit. "Joni?"

"Ya, pria yang sekarang menjadi kekasih barunya."

Dave tidak langsung merespons, tapi sorot matanya menjadi lebih tajam. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi, jari-jarinya mengetuk meja dengan ritme pelan.

"Dan bukan hanya itu," lanjut Andre, "Lisa juga pergi liburan bersama kekasihnya, Reon."

Dave mendengus pelan. "Jadi, mereka menghabiskan uangku untuk bersenang-senang dengan pria-pria itu?"

Andre tidak menjawab, tapi dari sikapnya, jelas bahwa dugaan Dave tidak salah.

Dave menekan pelipisnya, menahan rasa muak. "Berapa banyak yang mereka habiskan sejauh ini?"

"Aku sudah memeriksa transaksi terakhir mereka," kata Andre, menyerahkan sebuah tablet kepada Dave. "Lisa baru saja membeli beberapa barang mewah, sementara Lusi menghabiskan uang untuk hotel bintang lima dan perjalanan first-class."

Dave membaca laporan itu sekilas sebelum meletakkan tablet dengan kasar di atas meja. "Blokir semua kartu kredit mereka."

Andre mengangguk. "Baik, aku akan mengurusnya segera."

"Dan pastikan mereka tidak bisa mengakses dana mana pun yang berasal dari perusahaan," tambah Dave. "Aku ingin melihat bagaimana mereka bertahan tanpa uangku."

Andre tersenyum tipis. "Tentu, Dave."

Dave menyandarkan tubuhnya ke kursi, ekspresinya tetap dingin.

Selama ini, Lusi dan Lisa menikmati kemewahan yang sebenarnya bukan milik mereka. Dan sekarang, ia akan memastikan bahwa mereka merasakan bagaimana rasanya hidup tanpa semua kenyamanan yang mereka anggap sebagai hak mereka.

Ana yang diam-diam menguping mulai merasa penasaran berapa jumlah harta kekayaan Dave sampai ibu tiri dan adik tirinya pergi liburan keluar negeri.

"Ana, jangan suka menguping. kalau Dave tahu, dia akan marah besar," tegur Andre yang baru saja keluar dari ruangan.

Segara Ana menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku tidak menguping. Aku hanya ingin mengantar obat untuk Dave."

Andre melirik segelas air dan obat yang ada di tangan Ana. "Masuklah!"

Ana menjawab dengan anggukan kemudian ia masuk ke dalam ruangan. Apapun yang Ana kerjakan bukan terlihat seperti tugas seorang istri melainkan seorang perawat.

"Dave, minum obatmu!" seru Ana sembari meletakan segelas air minum dan beberapa butir obat.

Dave hanya melirik kemudian langsung meminum obat tersebut.

"Keluar sekarang!" usir Dave.

"Belajarlah mengucapkan kata terima kasih walaupun untuk hal kecil. Kau terlihat seperti orang yang kurang berpendidikan!" kesal Ana.

"Beraninya kau!" sentak Dave yang tidak terima.

Ana tidak menanggapi, gadis itu memutuskan untuk keluar dari ruangan. Dave benar-benar merasa jengkel pada sikap Ana yang ia anggap tidak sopan.

___

Beberapa jam setelah perintah Dave dijalankan, Andre kembali ke ruang kerja dengan laporan terbaru.

"Semuanya sudah selesai," lapor Andre. "Semua kartu kredit atas nama Nyonya Lusi dan Lisa sudah diblokir, dan akses mereka ke dana perusahaan juga sudah dihentikan."

Dave mengangguk tanpa ekspresi. "Bagus."

Andre melirik jam tangannya. "Seharusnya, mereka sudah mulai menyadarinya sekarang."

Dave menyeringai tipis. "Aku ingin tahu, siapa yang akan mereka hubungi lebih dulu—aku atau kau?"

Seakan menjawab ucapan Dave, ponsel Andre tiba-tiba bergetar. Ia mengeluarkannya dari saku dan melihat nama yang tertera di layar.

"Lisa," kata Andre.

Dave tertawa kecil, tapi matanya tetap dingin. "Angkat dan buat dia panik lebih lama."

Andre menekan tombol jawab, lalu menyalakan speaker.

"Andre! Apa yang terjadi? Aku tidak bisa menggunakan kartuku! Aku sedang belanja dan tiba-tiba pembayaran ditolak!" Lisa langsung mengomel tanpa memberi kesempatan Andre untuk bicara.

Andre menahan senyum. "Itu perintah langsung dari Tuan Dave."

"Apa?!" Lisa terdengar semakin panik. "Kenapa?!"

"Karena kau menghabiskan uang yang bukan milikmu," jawab Andre santai.

"Tapi itu uang keluarga!" Lisa membantah.

Dave akhirnya bersuara, suaranya dingin dan penuh otoritas. "Tidak, Lisa. Itu uangku. Dan kau tidak punya hak untuk menggunakannya sesuka hati."

"Dave?! Astaga! Kau serius melakukan ini?"

"Sangat serius," jawab Dave datar. "Aku ingin melihat seberapa jauh kau bisa menikmati hidup tanpa menggantungkan diri pada uangku."

"Tapi aku butuh uang untuk liburan ini!"

"Kalau begitu, minta pada kekasihmu," balas Dave tanpa belas kasihan.

Lisa terdiam beberapa detik sebelum akhirnya membentak, "Kau benar-benar kejam, Dave!"

Dave terkekeh. "Dan kau benar-benar bodoh jika mengira aku akan terus membiayai gaya hidupmu."

Sebelum Lisa bisa membalas, Dave memberi isyarat pada Andre untuk memutus panggilan.

"Bagaimana dengan Lusi?" tanya Dave setelah panggilan berakhir.

Andre melirik layar ponselnya. "Belum ada panggilan dari Nyonya Lusi."

Dave menyeringai. "Dia pasti masih mencoba berbagai cara untuk mengakses dananya."

Andre mengangguk. "Kemungkinan besar."

"Biarkan dia panik lebih lama," kata Dave santai. "Aku ingin melihat berapa lama dia bisa bertahan sebelum akhirnya menghubungiku dengan nada memohon."

Andre tersenyum. "Aku akan menunggu kabar berikutnya, Tuan."

Dave mengangguk, kembali menyandarkan tubuhnya ke kursi. Ini baru permulaan. Jika Lusi dan Lisa berpikir mereka bisa terus menikmati kemewahan tanpa konsekuensi, maka mereka akan segera belajar bahwa dunia tidak bekerja seperti itu—setidaknya, tidak di bawah kendali Dave.

"Uang keluarga katanya, bahkan dia bukan adikku. Heran, kenapa di dunia ini ada saja manusia yang membuang rasa malu hanya untuk uang?" ujar Dave yang merasa heran. "Contohnya perempuan yang mau menikah denganku!"

"Dave, sepertinya kau harus menjaga sedikit lisanmu. Yang menawarkan pernikahan adalah Lusi, bukan Ana. Kalau boleh aku berpendapat, Ana hanya korban keserakahan ibunya. Seharusnya kau tidak berkata seperti itu, dia dijual oleh ibunya kepadamu dengan mengatasnamakan berbakti kepada orang tua."

Dave terdiam, pada kenyataannya pria ini tidak bisa mengontrol mulutnya yang kejam. Untung saja Ana tidak mendengar perkataan Dave jahat.

___

Sementara itu di tempat yang berbeda, Ratna berjalan cepat di gang sempit menuju rumahnya, tangannya gemetar dan napasnya memburu. Jantungnya berdebar kencang sejak tadi siang ketika rentenir kembali menghubunginya, menagih hutang yang seharusnya sudah lunas jika uang dari Nyonya Lusi tidak dihamburkan begitu saja.

Begitu ia sampai di depan rumahnya, langkahnya terhenti saat melihat tiga pria bertubuh kekar berdiri di dekat pintu. Salah satu dari mereka, seorang pria dengan bekas luka di pelipisnya, menatapnya dengan tatapan dingin.

"Bu Ratna," sapa pria itu dengan nada seram.

Ratna menelan ludah. "Tolong beri aku waktu sedikit lagi..." katanya lirih, mencoba menghindari konfrontasi.

Pria itu menyeringai. "Waktu? Kau sudah melewati batas waktu sejak minggu lalu."

"Benar," sambung salah satu pria di belakangnya. "Bos kami mulai kehilangan kesabaran, Bu Ratna. Kami disuruh datang untuk menagih dengan cara lebih... meyakinkan."

Ratna mundur selangkah, merasa ketakutan. "Aku—aku benar-benar tidak punya uang sekarang. Tapi aku akan membayarnya! Aku hanya butuh beberapa hari lagi!"

Pria berbekas luka itu mendekat, menatapnya dari atas ke bawah. "Kami tidak mau mendengar alasan. Kau tahu aturannya, kan? Kalau tidak bisa membayar, ada konsekuensinya."

Salah satu anak buahnya meraih lengan Ratna dengan kasar. "Atau mungkin kau punya sesuatu yang bisa kau jual?"

Ratna tersentak dan mencoba menarik lengannya. "T-tidak! Aku benar-benar akan membayarnya! Aku hanya butuh waktu!"

"Kalau begitu, cari uang secepatnya," desis pria itu, lalu menepuk pipi Ratna dengan kasar. "Atau kami akan kembali. Dan percayalah, kunjungan berikutnya tidak akan sesantai ini."

Setelah mengancam, mereka pergi begitu saja, meninggalkan Ratna yang terduduk di depan rumahnya dengan tubuh gemetar.

Ia tahu satu hal—mereka tidak main-main. Jika ia tidak segera membayar hutangnya, nyawanya mungkin dalam bahaya.

Ratna menggigit bibir, otaknya berputar mencari cara. Dan hanya ada satu orang yang bisa ia datangi untuk meminta bantuan lagi.

Ana.

Dengan tangan gemetar, ia mengambil ponselnya dan mulai mengetik pesan. Jika Ana tetap menolak, maka ia akan memaksanya. Karena kali ini, ia benar-benar kepepet.

1
🌷💚SITI.R💚🌷
kasian ana
🌷💚SITI.R💚🌷
lanjuiit
🌷💚SITI.R💚🌷
jangan smp kamu mau di tipu sm ibu sm kaka mu lg ua ana..
🌷💚SITI.R💚🌷
bagus ana kamu hrs lbh kuat buat kewarasan lamu
🌷💚SITI.R💚🌷
lanjuut ana jangan nyerah
🌷💚SITI.R💚🌷
ga tau malu bu ratna
Kymclalu Cintanya Adijeq
adu penderitaan...!!! tetap ana pemenangnya
R Ni: benar sekali😁😁
total 1 replies
Kymclalu Cintanya Adijeq
kemana aja. kau dave...!! baru. sadar??!!! cepat hukum para manusia biadab itu..
Kymclalu Cintanya Adijeq: itu yang aku harapin😌😌
R Ni: patahkan kakinya balik🤣🤣
total 4 replies
Nania
ngapain juga nurut sama ibu yg gak bener kelakuan e 🤦🏻‍♀️
Nania: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
R Ni: semacam yg viral di medsos😁😁
total 2 replies
Nania
ini keras vs keras 😂
Nania: aku juga ingat 😂
R Ni: jadi ingat sesuatu😎
total 2 replies
Jenaa
jek mampir
R Ni: halo jek
total 1 replies
Nania
semoga saja Andre tak pernah berubah pikiran 😁
Nania: kejauhan 😂😂😂😂
R Ni: kalau dia berubah, jitak kepalanya
total 2 replies
Anya
dih sok ngatur lu dave. selain donatur dilarang ngatur wek....
R Ni: Dave butuh di getok kepalanya 👯
total 1 replies
Anya
ingin ku berkata kasar. hah.... sudahlah ntar kena sensor lagi😆
R Ni: bahaya ya kan😁😁
total 1 replies
Anya
lah, ana aja gak kerja dan gak diberi nafkah gimana bisa punya uang.
eh.... ada lagi kak othor, dave kan lumpuh kenapa tiba² jalan😭
R Ni: aku typo sepertinya kadang suka lupa kalau Dave itu lumpuh😭😭
total 1 replies
Anya
dih,,, tidak bertanggungjawab sekali tidak mau nafkahin, sini dave gw tampol ma sendal swalow😏
R Ni: sandal favorit ku loh👯👯
total 1 replies
Anya
lebih ke mencari perawat halal ya😅
kalo aku jadi ana, pasti aku akan minta uang bulanan. taat boleh tapi kesejahteraan diri harus prioritas🤭🤣
R Ni: Dave sedikit licik 👯👯
total 1 replies
Anya
hidup memang se realistis itu. apalagi di jaman sekarang well....
R Ni: iya weeeelll👯👯
total 1 replies
Mom Yara
apa dave sydah bisa jalan, ya
R Ni: aku kadang lupa kalau Dave itu lumpuh 👯😭😭
total 1 replies
Nania
awas ntar jadi bucin kalian ya 😂
R Ni: mana tahu hati seseorang ya kan🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!