Diharapkan bijak dalam memilih bacaaan
Rosaline Malorie adalah seorang wanita sederhana, tidak suka pakaian terbuka, cantik, rendah hati, tapi selalu diabaikan oleh kedua orang tuanya. Dalam hidupnya tidak sekalipun mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya dan kakak satu- satunya, bahkan dijadikan jaminan untuk mempertahankan perusahaan ayah yang tidak mengangapnya.
Tapi semua penderitaan Rosaline berubah, ketika dia secara tak sengaja bertemu dengan seorang CEO dari perusahaan terkenal di Spanyol dan termasuk jajaran orang terkaya di Eropa. Pria itu mengklaim bahwa Rosaline adalah wanitanya.
Rhadika Browns adalah seorang CEO berkedok Mafia. Jarang orang yang mengetahui wajah dari ketua Black Sky ini.
Bagaimana kisah pertemuan mereka?
Apakah Rosaline besedia menjadi milik Rhadika, dan menjalani takdir yang mempermainkannya ketika masa lalu pria itu muncul kembali?
Apa alasan Adijaya selalu mengabaikan Rosaline?
So,Yuk kita baca selanjutnya di cerita Mafia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon The Winner Purba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ghost Lion
Hening tidak ada jawaban dari wanita yang masih sedikit terisak dilpelukannya.
Pria itu menghela napas pelan, disaat hatinya dengan berani mengungkapkan siapa dirinya, istri kecilnya tertidur.
Dia membawa istrinya ke tempat tidur, mencium kening istrinya dan mengusap pelan rambutnya. "Tidurlah baby," Dika beranjak keluar dari kamar bernuansa megah itu.
Dia sudah tidak sabar ingin menghabisi pria yang berani menargetkan istrinya. Sebenarnya siapa mereka? Tidak banyak yang mengetahui siapa identitas aslinya sebenarnya. Jika ada penghianat, siapa? Musuh yang mengetahui siapa dirinya hanya satu.
Musuh yang membunuh ayahnya didepan matanya sendiri. Klan Ghost Lion, itupun ketuanya sudah dibasmi olehnya. Tapi sampai sekarang klan itu tidak tau kemana. Apakah dibangun kembali oleh keluarga musuhnya dan menargetkan istrinya?
Dika tidak menemukan jawabannya, karena dengan tangannya sendirilah dia menembak jantung pria itu.
Dia turun kebawah, berbelok ke arah belakang mansion. Disana terlihat begitu indah dengan pohon yang ditanami dan juga bunga-bunga langka dengan harga fantastis.
Bunga Juliet Rose adalah bunga dominan disana. Bunga ini dibanderol dengan harga £3 Juta atau setara dengan Rp57 Miliar. Bunga ini dibudidayakan dan dikembang dalam jangka waktu 15 tahun.
Dibalik indahnya bunga itu ada salah satu pintu rahasia untuk menuju ruang bawah tanah. Jika hanya pendatang baru maka tempat ini hanya dianggap sebagai tempat memanjakan mata. Tapi tidak tau yang sebenarnya.
Dika masuk keruangan itu dan melihat penembak jitu yang sudah babak belur. Dika duduk di kursi kebesaran penyiksaan miliknya.
"Siapa yang menyuruhmu?" tanya Dika to the point. Penembak itu bungkam dan menatap sinis pria itu.
"Cih, kamu tau, cepat atau lambat kamu akan menderita karena akan kehilangan istrimu," pria itu terbahak-bahak meskipun dia tau kematian sudah dekat dengannya.
"Ambilkan besi panas yang sudah dipanaskan!" Seorang pengawal datang membawa besi panas sebesar paku kecil dengan panjang 40 cm.
"Tusuk bagian tangannya. Tangannya terlalu lancang menekan senapan itu," titah Rhadika dengan senyum miringnya. Pengawal menusuk hingga seperempat dari panjang besi panas itu. Penembak tetap bungkam tidak mau buka suara. Dia masih bisa menahan rasa sakit dari besi panas.
"Ambil belati kesayanganku!" Pengawal segera melakukan yang diperintahkan tuannya. Dika berjalan kearah pria yang disekap disana.
"Nyalimu besar juga, baiklah kita mulai permainannya." Dika mengupas bagian lengan sebelah kiri pria itu. Siksaan seperti ini siapa yang tahan. Pria itu meraung kesakitan.
"Sampai matipun aku tidak akan memberitahumu tentang tuanku!" Dika tersenyum disana. "Mana yang kau pilih, perasan asam atau alkohol kadar tinggi?" Dika selalu memberikan penawaran untuk korbannya. Bukan kemudahan melainkan pilihan siksaan untuk mereka.
Pria disana melotot tak percaya. "Dasar iblis, kau memang pantas disebut sebagai iblis." "Siram lukanya dengan alkohol kadar tinggi!"
Suara raungan kesakitan kembali terdengar ditempat penyiksaan itu. "Gelar yang bagus. Aku menyukainya." Dika tersenyum, "Bagaimana apakah tuanmu lebih penting dari hidupmu? Dia saja tidak datang menolongnya," Dika mengejek tawanannya.
Tawanan itu meludah kearah Dika. Meskipun tidak mengenai ketua Black Sky itu, tapi itu adalah kesalahan besar yang dilakukan seorang tawanan.
Levi dan Max yang melihat itu merutuki tawanan itu. Sudah diambang kematian masih mencari masalah kepada seorang Rhadika Browns. Jalan yang sulit untuk menuju kematian, itulah kalimat didalam hati mereka.
"Buka pintu Mocha, biarkan mereka bersaing disana!" Para pengawal membuka ikatan tali tawanan dan melemparkan kearah binatang buas itu.
Mocha adalah hewan buas si raja hutan, peliharaan Rhadika khusus di mansion bawah tanah. Mocha adalah seekor singa bertubuh besar melebihi ukuran biasanya. Bagaiman tidak, ada khusus penjaga untuk merawat dan memantau perkembangan Mocha.
Mocha hanya jinak pada Max, Rhaadika terutama Levi. Levi adalah kesayangan Mocha, karena Levilah yang merawatnya sedari kecil.
Rhadika melemperkan sebilah pisau ke tawanan yang diambang kematian itu. "Aku memberimu kesempatan untuk hidup."
Mocha yang melihat ada mangsa didepannya, langsung bangkit berdiri. Dia melihat darah mangsanya menetes semakin meningkatkan rasa haus akan mangsanya.
Tawanan itu berusaha bangkit. Dia adalah seorang anggota mafia, tapi belum pernah mengalami hal sekeji ini. Tubuh penuh luka oleh besi bakar, luka sayatan yang disiram dengan alkohol kadar tinggi. Dia sudah pasrah akan mati, tapi dia tidak akan mempermalukan nama tuannya.
Mocha melompat kearah tawanan itu. Tawanaan mengarahkan belati kearah perut Mocha, namun bisa dihindari si raja hutan. Permainan semakin panas ketika tawanan itu bisa merobek tipis kaki depan Mocha.
Mocha marah, melompat kecil kiri dan berguling kearah tawanan. Kaki tawanan adalah sasaran empuk Mocha. Tepat sasaran, Mocha mengigit kaki tawanan, menyeret dan melempar keras tubuh mangsanya ke ding-ding kandang Mocha.
Tawanan itu batuk darah. Saat Mocha ingin menyerang kembali, Dika bergerak kearah kandang itu. "Enough Mocha," seru Dika dan benar saja Mocha berhenti. Dilihat dari raut wajah Mocha hewan itu belum puas.
Melihat Dika mengangkat tangannya pertanda Mocha berhenti. Hewan itu meninggalkan mangsanya dan pergi kesudut untuk tidur kembali. Hewan jinak itu memang sudah terlatih untuk mencabik-cabik setiap manusia yang dilemparkan ke kandangnya. Dia sangat patuh terhadap tiga tuannya.
Tawanan itu sudah bersimbah darah, kakinya sudah tidak berbentuk, daging wajahnya sudah bertebaran entah dimana, tangannya sudah berlubang. Penderitaan itu tidak sebanding dengan kesetiaannya.
Namun bagaimana jika kelauarga yang diancam? Pengawal, Levi, dan Max mereka tetap memasang wajah datar. Tapi, lain dihati lain diwajah, hati mereka sudah seperti melihat sikopat yang haus akan darah.
"Max, tunjukkan vidionya," perintah Rhadika. Max mendekat membawa sebuah ponsel yang dilayarnya ada sebuah vidio. Vidio itu menampilkan seorang anak dan istri sedang menyeberangi jalan. "Menarik bukan," senyum tipis yang menandakan peringatan dilihat tawanan itu.
"S*ialan jangan menyentuh istri dan anakku. Bukankah kamu berurusan denganku. Maka bunuh saja aku!" seru tawanan itu yang mulai mengeluarkan air mata.
"Tidak semudah itu, jika diawal kau tidak bungkam, mungkin penderitaan mu tidak senikmat ini. But it's your own choice." (Tapi itu pilihanmu sendiri.
"Baiklah, aku akan memberitahumu! Tapi kau harus berjanji tidak menyakiti mereka!" seru tawanan dengan wajah kesakitannya.
"Kamu pikir istrimu akan aman setelah tuanmu mengetahui kamu telah berada dikandangku? Aku akan menjaga mereka."
"Baiklah. Aku tidak mengetahui wajah dari pemimpin klan kami. Dia selalu memakai topeng jika bertemu denganku. Saat aku ingin menargetkan istrimu, ada seorang pria paruh baya yang memberikan aba-aba padaku. Hanya itu, hanya itu yang kuketahui," teriaknya.
"Terlalu mudah, apa kamu pikir aku sebodoh itu?" Dika mulai mendekat dan memegang kuat rahang tawanan yang berada diambang kematian itu. "Jelaskan dengan detail, apa nama klanmu? Dimana posisinya?" Dika ingin mengetahui detail misi pembunuhan ini.
"Aku tidak tau, mataku selalu ditutup jika pergi ke markas," jelas tawanan itu. Dika bisa melihat kejujuran pria itu. Pria itu sudah mulai kehabisan darah. "Nama klannya?" Dika tetap tidak memperdulikan raut kesakitan pria itu.
"Ghost Lion. Itu nama klan kami. Dan satu lagi, ingat meskipun kau sudah membunuhku, satu mati tumbuh seribu," pria itu masih sempat tertawa melihat raut wajah khwatir Dika.
DOR
Dika menembak tepat dikepala pria itu.
BRUK
Seseorang dipintu sana terjatuh. Semua orang menatap kesana.
Quotes untukmu
"Be quite but notice everything!" 😊😊