Aditiya Iskandar, seorang Menteri Pertahanan berusia 60 tahun, memiliki satu obsesi rahasia—game MMORPG di HP berjudul CLO. Selama enam bulan terakhir, ia mencuri waktu di sela-sela tugas kenegaraannya untuk bermain, bahkan sampai begadang demi event-item langka.
Namun, saat ia terbangun setelah membeli item di game, ia mendapati dirinya bukan lagi seorang pejabat tinggi, melainkan Nijar Nielson, seorang Bocil 13 tahun yang merupakan NPC pedagang toko kelontong di dunia game yang ia mainkan!
dalam tubuh boci
Bisakah Aditiya menemukan cara untuk kembali ke dunia nyata, atau harus menerima nasibnya sebagai penjual potion selamanya?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rodiat_Df, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perubahan Raja
Di dalam kamar raja, cahaya remang-remang dari lilin menerangi ruangan. Seorang pria misterius berdiri di balik jendela, bayangannya samar.
Pria Misterius: "Hasilnya nihil. Tidak ada kemajuan."
Raja (menghela napas, suaranya dingin): "Berarti aku harus menundanya lagi..."
Hening sejenak, hanya suara angin malam yang berhembus.
Aula Kerajaan, suasana tegang menyelimuti ruangan. Para bangsawan Kemiren menahan diri, sementara Pangeran Demian Ross berdiri di hadapan Raja yang tampak acuh dan penuh kesombongan. Para bangsawan Kekaisaran juga tampak tidak nyaman dengan sikap Raja. Lalu, salah satu bangsawan Kekaisaran melangkah ke depan, berbicara dengan penuh kesopanan.
Bangsawan Kekaisaran: “Yang Mulia Raja Kemiren, saya, Marquis Leopold, mewakili Kekaisaran ingin menyampaikan rasa hormat kami atas sambutan yang telah diberikan. Kami memahami bahwa perjalanan panjang ini tidak mudah, dan tentunya, kami juga menghormati kondisi kesehatan Yang Mulia yang saat ini perlu lebih banyak beristirahat.”
Marquis berhenti sejenak, menatap sang Raja yang tetap bersandar di kursinya dengan ekspresi dingin.
Marquis: “Hari ini, kami baru saja tiba di Kemiren, dan sesuai dengan adat serta tata krama diplomasi antara kedua negara kita, kami berencana untuk beristirahat terlebih dahulu sebelum membahas tujuan utama kedatangan kami. Besok pagi, kami akan datang kembali untuk mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan hubungan antara Kekaisaran dan Kerajaan Kemiren.”
Suasana di aula masih tegang. Beberapa bangsawan Kemiren tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi tetap diam. Pangeran Demian mengangkat dagunya sedikit, menunggu respons dari Raja. Namun, Raja tetap tidak menunjukkan ekspresi berarti.
Marquis (melanjutkan dengan suara tenang): “Selain itu, izinkan kami juga menyampaikan doa dan harapan terbaik bagi kesehatan Yang Mulia. Kami di Kekaisaran sangat menghormati pemerintahan Raja Kemiren dan ingin memastikan bahwa hubungan antara kita tetap harmonis dan penuh rasa saling menghormati.”
Marquis menundukkan kepalanya dengan hormat. Beberapa bangsawan Kekaisaran lainnya mengikuti gerakan tersebut, menunjukkan sikap hormat mereka terhadap Raja. Namun, Pangeran Demian hanya menyeringai tipis, tidak menyembunyikan rasa ketidaksukaannya terhadap sikap dingin sang Raja.
Para bangsawan Kemiren seperti Darius, Roman Aegir, dan Bruno Erling mencermati situasi ini dengan penuh perhatian. Mereka menyadari ada ketegangan terselubung di balik kata-kata diplomatis tersebut.
Raja Kemiren (dengan suara rendah, tetapi tajam): “Hmph… Besok, ya?”
Marquis menegakkan tubuhnya, tetap menjaga ekspresi sopan.
Leopold: “Ya, Yang Mulia. Kami tidak ingin mengganggu istirahat Anda lebih lama lagi.”
Suasana hening sejenak. Lalu, Raja Kemiren hanya melambaikan tangannya, seolah mengusir mereka tanpa banyak bicara.
Raja Kemiren: “Lakukan sesukamu.”
Marquis kembali menunduk sedikit, lalu berbalik menuju Pangeran Demian, memberi isyarat bahwa mereka harus pergi. Pangeran Demian mendengus pelan sebelum berbalik dan berjalan keluar aula, diikuti oleh para bangsawan Kekaisaran lainnya. Saat mereka keluar, para bangsawan Kemiren akhirnya bisa menarik napas lega, tetapi di dalam hati, mereka bertanya-tanya: Apa yang sebenarnya terjadi dengan Raja?
Di luar istana, Pangeran Demian Ross melangkah dengan wajah penuh amarah, diikuti para pengawalnya.
Demian (menggeram): "Raja itu! Berani-beraninya dia memperlakukan aku seperti ini. Tidak berdiri, tidak menunjukkan rasa hormat… seolah-olah aku ini bukan siapa-siapa!"
Marquis Kekaisaran (tenang, mencoba menenangkan): "Pangeran, mungkin ini hanya karena usianya. Dia semakin tua dan sakit-sakitan."
Demian (menatap tajam): "Jangan bodoh. Itu bukan hanya karena usia. Dia sengaja menghina kita. Kekaisaran tidak akan melupakan ini."
Keesokan harinya di kediaman raja
Di dalam ruang makan megah kerajaan, cahaya lilin berpendar di atas meja makan panjang yang dipenuhi hidangan mewah. Para bangsawan dari Kerajaan Kemiren dan Kekaisaran duduk berhadapan, suasana lebih santai dibanding sebelumnya. Raja, yang kini terlihat lebih bijaksana dan ramah, duduk di ujung meja.
Raja: (tersenyum bijak, mengangkat cangkir anggurnya)
"Para tamu terhormat, aku ingin mengucapkan permintaan maaf atas sikapku kemarin. Aku sadar mungkin telah menimbulkan ketidaknyamanan, terutama bagi Pangeran Demian dan rombongan Kekaisaran. Pertemuan ini kuadakan di meja makan sebagai tanda itikad baik. Mari kita anggap ini sebagai awal yang baru dalam pembicaraan kita."
Pangeran Demian: (menyilangkan tangan, matanya menyelidik, tetapi tetap tersenyum tipis)
"Permintaan maaf dari seorang raja adalah sesuatu yang berharga. Namun, jujur saja, aku cukup terkejut melihat perubahan sikap Yang Mulia dalam waktu singkat. Kemarin, Anda begitu... berbeda."
Roman Aegir: (bersikap tenang, mencoba meredakan ketegangan)
"Pangeran Demian, Yang Mulia memang mengalami kelelahan akhir-akhir ini. Kemarin mungkin bukan hari yang baik baginya. Kuharap kejadian itu tidak merusak hubungan antara Kekaisaran dan Kerajaan Kemiren."
Bruno Erling: (menyikut Roman sedikit, lalu menatap Raja dengan sopan)
"Yang Mulia, bolehkah kami mengetahui alasan perubahan sikap yang begitu drastis? Kami, para bangsawan, tentu saja mendukung kerajaan, tetapi sikap kemarin sungguh membuat kami khawatir."
Raja: (menghela napas, menatap semua orang dengan mata penuh kebijaksanaan)
"Kekhawatiran kalian wajar. Aku sendiri menyadari hal itu. Ada banyak hal yang membebani pikiranku sebagai raja... dan terkadang, tekanan itu bisa mengaburkan penilaianku. Namun, aku memastikan bahwa aku masih raja yang kalian kenal, dan aku tetap bertanggung jawab atas Kerajaan Kemiren."
Pangeran Demian: (tersenyum tipis, menyesap anggurnya dengan tenang)
"Aku mengerti. Sebagai seorang pemimpin, beban yang harus ditanggung memang berat. Namun, Kekaisaran datang bukan hanya untuk berbasa-basi. Kami memiliki urusan yang penting untuk dibahas."
Darius: (dengan nada hati-hati)
"Tentu saja, Pangeran. Namun, izinkan kami menyelesaikan makan malam ini dengan damai terlebih dahulu. Seperti yang Yang Mulia katakan, ini adalah awal yang baru. Pembicaraan serius bisa dilakukan setelahnya."
Pangeran Demian: (mengerutkan kening sebentar, lalu tersenyum santai)
"Baiklah, aku akan mengikuti irama yang Raja Kemiren inginkan. Lagipula, hidangan di sini cukup menggoda seleraku." (mengambil sepotong daging panggang dan mulai makan)
Suasana di meja makan mulai mencair. Para bangsawan berbicara lebih santai, meskipun di dalam benak mereka masih ada berbagai pertanyaan dan kekhawatiran terhadap sikap Raja yang berubah-ubah.