Seorang Wanita yang berjuang bertahun-tahun menghadapi badai hidupnya sendirian, bukan sebuah keinginan tapi karena keterpaksaan demi nyawa dan orang yang di sayanginya.
Setiap hari harus menguatkan kaki, alat untuk berpijak menjalani kehidupan, bersikap waspada dan terkadang brutal adalah pertahanan dirinya.
Tak pernah membayangkan, bahwa di dalam perjalanan hidupnya, akan datang sosok laki-laki yang mampu melindungi dan mengeluarkannya dari gulungan badai yang tak pernah bisa dia hindari.
Salam Jangan lupa Bahagia
By Author Sinho
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My LB-10
Hari yang dinanti telah tiba, Dry sudah benar-benar tidak betah berada di kamar rawat tempatnya harus berdiam diri karena luka dikakinya.
"Setidaknya aku sudah bisa berjalan, walaupun hanya pelan" gumamnya lirih.
Tenaga medis yang berjaga menghampiri, lalu bertanya apa dirinya sudah siap untuk keluar hari ini.
"Tentu saja, sebentar lagi akan ada pelayan yang membantu ku" jawabnya.
Lama dirinya menunggu, dan akhirnya orang yang dinantikan datang dengan tergopoh-gopoh, meminta maaf akan keterlambatan karena Nyonya besar di Mansion tiba-tiba saja menugaskan sesuatu.
Dry hanya tersenyum tipis, pasti semuanya itu memang direncakan untuk membuatnya kesal, tapi sudahlah, itu semua tak menjadikannya masalah.
"Kita akan kemana Nona?" Tanya Pelayan yang masih nampak bingung dengan jalan yang tak biasa dilaluinya.
"Sampai aku benar-benar sembuh, Aku akan tinggal di salah satu Apartemen milik Grandpa"
"Oh baiklah, apa saya juga perlu ikut bersama Nona Dryana?, saya akan sangat senang sekali"
Dry tersenyum, lalu kemudian menggelengkan kepala, tau benar apa yang bisa terjadi dengan pelayan itu jika sampai ikut tinggal bersamanya.
"Aku hanya ingin kau menjaga Grandpa di Mansion itu, mengerti?"
"Hem,.baiklah Nona, aku tau dan akan melakukan yang terbaik untuk mu Nona Dry"
"Terimakasih" Dryana tersenyum.
Sampai di Apartemen yang rupanya sudah dipersiapkan untuk Dry, terlihat bersih dan siap di huni, lumayan mewah dan besar, walaupun sebenarnya terlalu berlebihan untuk satu orang yang akan bertempat tinggal.
Setelah pelayan itu membantu nya, Dry menyuruhnya untuk kembali pulang, takut jika sang pelayan akan mendapat masalah nantinya.
"Aku pasti bisa sendiri, ayo Dry, kau pasti kuat, tunjukkan kemampuan mu!" Ucapnya menyemangati diri sendiri, dan Dry kini sedang berusaha untuk berjalan ke kamar perlahan-lahan dengan bantuan alat yang di berikan oleh pihak Rumah Sakit.
Baru saja bokongnya berhasil duduk di atas kasur empuknya, Dryana di kejutkan dengan deringan ponsel di dalam tas yang masih dia bawa.
"Siapa sih?" Dry segera merogoh dan mendapatkannya.
"Evan?" Ucapnya lirih, nampak terkejut karena sudah hampir empat harian laki-laki itu tak datang padanya lagi, seolah hilang di telan bumi.
"Ya halo" ucap Dry.
"Kamu sudah pulang?"
"Hem, hari ini"
"Kenapa tidak menunggu sampai perawatan mu benar-benar selesai?"
"Tenanglah Ev, dokter sudah membolehkan ku pulang dan memberikan jadwal kontrol satu Minggu lagi"
"Oke, kirim alamatmu sekarang!"
"No, aku ingin beristirahat sendiri ev, jangan menggangguku dulu"
"Jangan berani melakukan hal itu Dry, aku mencemaskan mu, kirim sekarang!" Perintah Evan.
Lalu sambungan itu segera terputus, Dry menghela nafas, keinginannnya tak ingin merepotkan Evan lagi, tapi nyatanya ada sesuatu yang diam-diam menginginkan nya datang, tangan Dry pun akhirnya mengirimkan lokasi Apartemennya.
Semenjak kejadian beberapa kali dengan Evan, entah kenapa Dry selalu merasa terbantu, bahkan beban di pundaknya terasa lebih ringan.
"Apa dia sudah meracuni otakku?, oh tidak-tidak, kamu tidak selemah itu Dry" gumamnya bicara lirih dengan dirinya sendiri.
Remote kontrol kunci berada di tangannya, Dry yang kelelahan tak bisa menahan rasa kantuknya, duduk di sofa dengan melihat kabar berita di televisi, namun matanya kini sudah terpejam perlahan.
Sementara itu, Evan yang baru saja berada di Rumah Sakit dan tak mendapati Dry segera balik arah menuju alamat yang sudah terkirim ke ponselnya.
"Kita mau kemana?" Ucap John yang saat ini sedang di bonceng oleh Evan.
"Ikut saja, jangan berisik, atau lebih baik kau naik taksi kembali ke asal mu John, merepotkan saja"
"Enak saja, habis manis sepah di buang" protes John.
"Kau menjijikan!" Sahut Evan geli sendiri mendengar pribahasa yang diucapkan John barusan.
John memang ingin ikut Evan saat ini, setelah hampir seharian dirinya ikut membantu Evan mencari tau tentang laki-laki yang pernah di seretnya keluar dari ruangan Rawat Dry tempo hari.
Tiba di sebuah kawasan Apartemen mewah, John bersiul takjub melihat apa yang ada di depan matanya.
"Wanita mu benar-benar kaya raya Ev"
"Sepertinya begitu"
"Aku penasaran melihatnya dari dekat, apa dia sek-si?"
"Jauhkan pikiran kotor mu!" Sahut Evan sambil memukul kepala John dari belakang.
"Kau ini!"
Lalu keduanya berjalan menuju sebuah lift tempat dimana Dry mengirimkan pesan bahwa dirinya ada di kamar A10, berada di lantai dua gedung itu.
Akhirnya Nomor Apartemen ditemukan, Evan memencet bel beberapa kali, namun masih tak ada reaksi.
"Benar ini Ev?" Tanya John yang merasa ragu akan nomer Apartemennya.
Evan tak menjawab, memastikan lagi dengan membuka ponsel untuk melihat pesan yang dikirim kan Dry kembali.
Kini tak lagi bel yang di tekan, kedua tangan Than menggedor pintu itu cukup keras, takut sesuatu yang tak diinginkan terjadi.
"Ya Tuhan, kamu mau merusak Pintu Apartemen orang?" John geleng-geleng kepala akan keluar Evan yang menurutnya sedikit keterlaluan.
"Diam lah, bantu aku, jangan ngomel saja kerjaan mu!" Sahut Evan yang emosi juga melihat John tak peka.
Sedangkan di dalam sana, Dry yang baru saja merasa nyaman dalam tidurnya, terhenyak karena suara bising yang mengganggu telinga.
"Iya, iya!, tunggu!" Dry berteriak kesal, dia kaget bukan main saat pintu apartemennya berbunyi nyaring seolah mau di dobrak.
Satu tangannya menekan remote control, dan pintu itupun segera terbuka, nampak dua laki-laki kini sedang memasuki Apartemennya.
"Tidak bisakah kamu membunyikan belnya saja?" Gerutu Dry masih berada di tempatnya dengan kaki yang masih di balut.
Pemandangan yang seksi tentunya, apalagi bagi John, saat melihat pa-ha mulus itu sedikit terekspos.
"Jaga matamu John, jangan sampai aku melayang kan bogeman pada keduanya!" Seru Evan.
"Ish, menganggu saja" sahut John saat Evan kini sudah membenarkan selimut Dry kembali.
"Siapa dia?" Tanya Dry pada Evan saat tangannya sudah selesai membenarkan bajunya.
"Hai, aku John, teman Evan" begitulah kata awal perkenalan diucapkan.
"Oh, hai John, aku Dry"
Senyuman yang cukup menawan bagi John, dan pantas saja Evan sepertinya menikmati saat berada dekat dengannya.
"Kau sudah bisa berjalan?" Tanya Evan sambil memperhatikan wajah Dry.
"Perlahan" balas Dry yang nampak ingin membenarkan posisi.
Evan melihat hal itu, lalu segera membantu mengangkat tubuhnya.
Jaraknya begitu dekat tentunya, dan Dry terkejut saat wajahnya hampir saja menempel di pipi Evan, diam dan hanya menatap tanpa berkedip.
"Dia sangat tampan, bahkan saat tidak rapi sama sekali, Sek-si"pikiran Dry yang muncul begitu saja.
"Hem, aku memang tampan, dan akan semakin menggoda saat di ranjang, mau mencobanya?"
Plak
"Dasar me-sum!" Dry akhirnya tersadar kembali akan dunia nyata, dimana Evan akan selalu bermain kata dengan ucapan kotornya, dan memukul Evan cukup keras.
John tertawa melihat Evan sampai meringis menahan nyeri di lengannya.
Jangan lupa KOMENnya LIKE, VOTE, HADIAH, dan tonton IKLANNYA
segera halalkan Dryana lepaskan dia dari keluarga parasitnya
tinggal cling udah nyampe 😂