Raden Tresnoka Herlambang Agung memiliki perasaan lebih dari saudara kepada adik angkatnya yang bernama Rindu Hagika Agung. Namun Rindu sangat menghindari hubungan dengan kakaknya itu lebih dari saudara karena tidak ingin mengecewakan orang tua yang telah membesarkannya yaitu orang tua Noka. Saat pulang dari luar negeri selepas menyelesaikan pendidikan S2 di New York, niat Noka ingin menyatakan cinta kepada Rindu malah dikenalkan dengan kekasih adik angkatnya itu. Murka lah Noka hingga kehilangan akal dan mengambil keperawanan sang adik angkat. Bagaimana respon orang tua mereka? Bagaimana Rindu bisa menerima Noka kembali setelah merusak dirinya dan cintanya kepada sang kekasih? Lanjutan Novel "TRESNO KARO KOWE" , anak pertama Saka dan Fina bersama anak angkat mereka.
#konfliketika
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PESTA RUMAHAN
Setelah pemakaman selesai, Noka dan Rindu memilih tidur di rumah Karin bersama kedua adik laki laki mereka.
Reno dan Riyan benar benar dua anak laki laki yang terlihat kuat, namun entah hatinya selemah apa setelah ditinggal ayah mereka.
Para tetangga sudah kembali ke rumah masing masing saat acara pengajian pertama selesai.
Karin juga terlihat tegar dan mampu menerima tamu lagi hingga dirumah itu benar benar hanya ada keluarganya.
Saat ini mereka semua sedang berkumpul di ruang kecil sebagai ruang keluarga.
"Ibu, istirahat dulu saja didalam..biar aku yang tidur disini sama adik adik" ucap Noka.
Karena hanya ada 2 kamar dirumah ini sedangkan 1 kamarnya digunakan untuk tempat barang barang pemberian dari tetangga dan menyimpan barang dari ruang tamu untuk pengajian.
"Kamu aja yang tidur di dalam kamar sama istrimu, Nak Noka. Ibu ingin tidur disini biar denger suara tv dan gak kesepian" sahut Karin dengan pandangan yang sangat lelah tapi tetap berusaha tersenyum.
"Ibu gak mau tidur sama aku?" pancing Rindu.
"Bukan begitu sayang. Kamu lebih capek karena sedang hamil. Biar tidurmu nyenyak bareng suami" ucap Karin.
"Aku ingin tidur sama ibu, apakah ibu gak mau?" pancing Rindu lagi.
Karin terlihat merasa bersalah jadinya.
"Udah gapapa bu, aku tidur disini sama Reno dan Riyan. Ibu tidur didalam sama Rindu yaa. Istirahat yang cukup biar tetap sehat" ucap Noka.
"Baiklah, ibu masuk kamar dulu ya sama Rindu. Kalian jangan tidur malam malam" sahut Karin lalu dirinya berdiri bersamaan dengan putrinya yang juga berdiri.
"Iya bu" sahut Reno, Riyan, dan Noka hampir bersamaan.
Akhirnya Rindu dan Karin masuk kamar dan para lelaki berjaga diluar kamar.
Anak dan ibu itu sudah berbaring saling berpelukan di ranjang.
Mereka tidak mengeluarkan suara dan memilih untuk beristirahat.
Begitupun di luar kamar, 3 lelaki beda usia itu juga bergantian terlelap dalam tidurnya. Hari ini sangat berat untuk mereka semua, apalagi bagi Reno dan Riyan yang kehilangan ayah untuk selama lamanya.
Keesokan harinya, pagi sebelum subuh Karin sudah terbangun untuk menunaikan ibadah. Namun, tiba tiba dirinya merasa sangat pusing dan terjatuh di kamar mandi lalu tak sadarkan diri.
Mendengar ada yang jatuh di belakang, Noka yang baru saja terbangun langsung berlari.
"IBU!!" teriaknya.
Seketika itu Riyan dan Reno terbangun lalu ikut berlari ke sumber suara.
"IBUUU!!" teriak mereka bersama.
Rindu yang berada di dalam kamar ikut terbangun dan berjalan cepat bukannya berlari mengingat kandungannya.
Saat berada di depan kamar mandi, ia langsung menghampiri sang ibu dan melakukan pengecekan serta pertolongan pertama.
Wajahnya yang mendadak serius sebagai dokter dan menyembunyikan kekhawatirannya, membuat sang suami langsung peka dan mencoba membantu.
"Aku telepon ambulance dulu" ucap Noka lalu berdiri dan menuju ruang keluarga didepan TV untuk mengambil ponselnya.
Ia segera menelepon ambulance.
Riyan tidak setegar saat ditinggal sang ayah, kini pria remaja berusia 17 tahun tidak mampu menyembunyikan ketakutan dan kesedihannya.
"Ibu, tolong..jangan tinggalkan...aku" mohonnya sambil memegang salah satu tangan Karin yang terasa dingin.
"Reno, tolong ambilkan kotak kesehatan ibu" suruh Rindu pada adiknya.
Reno, pria berusia 21 tahun itu langsung berlari menuju kamar ibunya dan mengambil kotak kesehatan yang berisi alat tensi, obat obatan dan alat kesehatan lainnya yang disiapkan Karin untuk ibu mereka.
Ia kembali sambil membawa kotak yang dimaksud dan langsung dibuka oleh Rindu untuk memulai pemeriksaan lanjutan.
"Bertahanlah, bu. Ambulance akan datang" lirih wanita itu. Matanya sudah memerah menahan air mata. Ia berusaha tidak menangis didepan adik adiknya.
Noka pun kembali dari ruang keluarga menuju sang istri.
"Bagaimana keadaan ibu, sayang?" tanyanya panik.
"Kita harus segera bawa ke rumah sakit, Mas. Detak jantung ibu melemah" jawab Rindu.
"Iya sayang..ambulance nya sudah perjalanan. Lakukan apapun yang bisa membantu ibu untuk bertahan ya, aku yakin kamu bisa" sahut Noka
"Aku bawa ibu, ke kamar dulu" lanjutnya.
Noka pun segera mengambil tindakan. Ia menggendong ibu mertuanya untuk ia baringkan di ranjang.
Dengan kekuatannya dan tubuh Karin yang sudah kurus kering kerontang, ia tidak merasa kesulitan menggendong ibu dari istrinya itu.
"Jangan nangis, Yan. Kamu membuat ibu makin sedih" tegur Reno yang mulai terganggu dengan kepanikan dan kesedihan adiknya.
"Ta..pi mas..aku..aku takut..ibu kenapa...napa" sahut Riyan sambil terisak.
"Ibu pasti tidak apa apa. Berdoalah. Ibu kita wanita kuat" timpal Rindu lalu memeluk Riyan dan Reno bersamaan.
"Kalian akan menjadi alasan kuat untuk ibu bisa bertahan lebih lama lagi. Jadi kita harus kuat mendukungnya" lanjutnya.
Riyan dan Reno pun membalas pelukan sang kakak.
Mereka akhirnya masuk ke kamar dan menemani Karin. Rindu pun berada disamping wanita yang masih belum sadarkan diri itu.
Noka menunggu ambulance di depan rumah, tak lama kemudian sekitar 10 menit menunggu, akhirnya datang juga.
Karin langsung dibawa kerumah sakit internasional dimana ia dirawat selama ini dengan dukungan anak serta menantunya.
Rindu ikut bersama ambulance dan menjelaskan keadaan kepada dokter spesialis penyakit dalam yang bertugas.
Sedangkan Noka, Reno dan Riyan pun ikut menyusul mereka.
Tak lama sesampainya di rumah sakit, Karin langsung mendapatkan perawat insentif yang khusus untuk penderita kanker stadium 4.
Meskipun sebagai dokter juga, Rindu tidak berwenang untuk ikut dalam pemeriksaan di rumah sakit yang bukan tenpatnya bekerja atau bermain dan menyerahkan pengobatan ibunya kepada para dokter kenalannya itu.
"Tolong bantu ibu saya ya, Dokter Jai. Saya yakin anda mampu memberikan perawatan yang terbaik" minta Rindu.
"Pasti dokter Rindu, sebagai rekan dokter kamu juga harus selalu memberi yang terbaik karena masa masa seperti ini sangat urgent bagi penderita kanker stadium akhir" sahut Dokter Jai.
"Iya dok. Sekarang dipikiranku hanya ibuku" ucap Rindu dengan mata berkaca kaca.
Dokter Jai pun mulai melakukan pemeriksaan di area perut. Rindu sedang mendengar, melihat, menyamar.
Adik adik dan suami sudah ikut masuk ke kamar VVIP untuk Nyonya Karin.