Jatuh cinta pada pandangan pertama, membuat Shakala Fathan Elgio Genova, berusaha untuk memperjuangkan cintanya pada Zakira. Gadis manis yang ia temui tanpa sengaja di perusahaannya. Zakira adalah salah satu karyawan di perusahaannya.
Namun, sayangnya saat ia mengutarakan niatnya untuknya melamar gadis itu. Terjadi kesalahpahaman, antara Fathan dan Mamanya. Nyonya Yulia, yang adalah Mamanya Fathan. Malah melamar Nabila, yang tidak lain sepupu dari Zakira. Nyonya Yulia, memang hanya mengenal sosok Nabila, putri Kanayah dan Jhonatan. Mereka adalah rekan bisnis dan keluarga mereka memang sangat dekat.
Nyonya Yulia juga mengenal dengan baik keluarga bakal calon besannya. Akan tetapi, ia tidak pernah tahu, kalau keluarga itu memiliki dua orang anak perempuan. Terjadi perdebatan sengit, antara Fathan dan sang Mama yang telah melakukan kesalahan.
Nabila yang sudah lama menyukai Fathan, menyambut dengan gembira. Sedangkan Zakira, hanya bisa merelakan semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha mawik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 4.
Di ballroom hotel Kiandra. Terlihat Kiano dan Zavira sibuk mengarahkan pekerja dan pelayan yang membantu di sana.
"Assalamualaikum," ucap Kirana berserta Fachri serentak.
"Waalaikumsalam, Kirana, Fachri!" Zavira dan Kiano menghampiri adik dan iparnya itu.
"Kalian sudah sampai?" sambut Zavira memeluk dan mencium sahabat yang menjadi iparnya.
"Dimana Daddy?" tanya Kirana.
"Daddy masih dikamar, bersama Zaki dan Zakira," jawab Zavira.
"Dimana, Fatih?" sela Kiano.
"Fatih masih dibelakang, tadi katanya mau ke toilet," jawab Fachri.
"Si bontot belum datang?" Cetus Kirana.
"Belum, biasalah. Kayak gak kenal Kanayah aja, palingan lagi berantem sama Tante nya Nathan," sahut Kiano.
"Tante yang mana?" Tanya Fachri.
"Itu, saudara tiri Mamanya si Nathan," jawab Kiano.
"Lho, masih ada di rumah mereka. Gue kira udah pulang," ucap Fachri terkejut.
"Dia memutuskan untuk tetap tinggal bersama Nathan dan Kanayah. Alasannya, sih pengen jagain keluarga mereka gitu," jelas Zavira.
"Jagain dari apa? Lebay banget," rungut Fachri dengan kesal.
"Kok, kamu jadi yang kesal, Kak?" Kirana menoleh ke arah suaminya.
"Bukan gitu, Sayang. Alasannya itu, lho gak masuk asal banget. Jagain keluarga," sungut Fachri.
"Udah jangan di bahas lagi, mending kita samperin Daddy!" ajak Zavira.
Kedua pasangan itu pun melangkah menuju lift yang langsung terhubung ke kamar mantan penguasa hotel ini.
Sementara di kamarnya, Kendra masih mematung. Berdiri di depan jendela kamar dan menatap lurus kedepan. Ingatannya kembali ke beberapa tahun silam, saat ulang tahun pernikahannya. Atas usulan putra-putrinya, keduanya merayakan anniversary di hotel ini.
Saat itu, kondisi Hummairah istrinya mulai sakit-sakitan. Namun, cinta Kendra yang begitu besar padanya, membuat wanita yang selama ini menemaninya itu merasa dicintai. Setelah semua perjalanan panjang hidupnya bersama sang istri. Berbagai macam gelombang biduk rumah tangga yang hampir membuat keduanya terpisah. Menjadikan rasa cinta di hati keduanya semakin besar.
Kepergian Hummairah, adalah pukulan terberat dalam hidup Kendra. Dimana dia yang selalu bergantung dan tidak bisa jauh dari sang istri. Kini harus, menjalani semuanya seorang diri. Semangat hidupnya pun perlahan mulai hilang dari dalam dirinya. Rasa ingin turut serta dan bersama dengan sang istri, membuat Kendra akhir-akhir ini sering dilanda sakit.
"Opa!" Lamunan Kendra memudar, saat suara Zakira cucunya memanggilnya.
Kendra segera menoleh dan tersenyum pada gadis yang mewarisi sifat mendiang istrinya itu.
"Opa, kenapa?" tanya Zakira.
Kendra hanya menggeleng pelan.
"Opa pasti teringat Oma lagi," tebak Zaki.
Kini, Kendra mengalihkan pandangannya pada pemuda yang sejak tadi duduk di ujung ranjang.
"Banyak kenangan yang Opa lewati bersama, Oma disini," jawab Kendra pelan.
Zaki dan Zakira saling berpandangan. Keduanya paham, jika saat ini Opanya kembali merindukan belahan jiwanya.
"Opa, jangan sedih lagi, ya! Sekarang, kita siap-siap untuk turun. Opa bintangnya malam ini," hibur Zakira.
Kendra tersenyum ke arah cucu perempuannya itu dengan lembut. Kedua kakak adik itupun, menggandeng tangan Kendra dan menuntunnya ke luar dari kamar.
Semua mata tertuju ke arah tangga, saat melihat kehadiran Kendra yang diapit oleh kedua cucunya.
Kiano, Kirana dan Kanayah berserta keluarga mereka, segera menghampiri Daddy-nya. Secara bergantian, mereka meraih tangan Kendra dan menciumnya takzim.
Kebetulan, Fathan juga berada di sana dan diam-diam Fathan mengamati gadis yang berada dibelakang Kendra. Zakira yang sadar kalau dirinya diperhatikan oleh bos di kantornya itu, segera Zakira mengalihkan pandangannya dan fokus pada Opanya.
Setelah melakukan kata sambutan dan mendapat banyak tepuk tangan. Kendra kembali turun dari podium dan bergabung dengan anak-anaknya. Beberapa rekan yang masih aktif, menghampiri dan berbincang-bincang dengan Kendra sekedar melepas rindu. Zakira mendapat tugas untuk selalu berada didekat Opanya.
Memang selama ini, Zakira adalah cucu yang paling dekat dengannya dan Kendra pun selalu menurut jika Zakira sudah angkat bicara. Pembawaan sikapnya yang tegas, tapi terkadang konyol dan manja. Membuat Opanya terasa nyaman berada di samping cucu perempuan pertamanya itu.
"Opa lelah?" tanya Zakira setengah berbisik.
Pria tujuh puluh tahun itu, mengangguk pelan.
"Kira, antar ke kamar, ya!" ucap Zakira.
Kembali Kendra hanya menjawab dengan anggukan.
"Daddy, mau ke kamar?" tanya Kanayah yang menghampiri bersama Nathan suaminya.
"Mama, Papa," ucap Zakira. Gadis itu segera meraih tangan keduanya secara bergantian untuk menciumnya.
"Opa, baik-baik aja, kan Sayang?" tanya Kanayah.
"Iya, Ma! Tapi, kayaknya Opa kecapean," jawab Zakira.
Kendra berbincang sejenak dengan anak dan menantunya.
"Si kembar mana, Ma?" tanya Zakira.
"Nabil tadi, lagi ngobrol sama kakak kamu dan Fatih. Kalau Nabila gak tau tadi, sama Oma Sukma," jawab Nathan.
Tidak lama kemudian, seseorang menghampiri mereka.
"Selamat malam, Tuan Kendra," sapa Sukma.
"Selamat malam," jawab Kendra ramah.
"Gimana kabar, Tuan? Sehat?" tanya Sukma lagi.
"Alhamdulillah," jawab Kendra.
Sukma kembali bertanya dan bertanya tanpa ada habisnya. Membuat Kanayah mulai jengah dengan sikapnya.
"Ra, bawa Opa ke kamarnya untuk istirahat," titah Kanayah.
"Iya, Ma! Ayo, Opa!" Zakira menggandeng tangan Opanya.
"Nay, tuan Kendra masih ingin menikmati pesta. Kok, kamu nyuruh masuk dan istirahat, sih?" protes Sukma.
"Daddy saya lagi gak enak badan, Tante," jawab Kanayah asal.
"Oh, Tuan Kendra lagi sakit? Kasian, pasti repot, ya harus ngurus diri sendiri. Kalau punya istri, gak perlu ngerepotin anak menantu serta cucu untuk mengurus. Kenapa gak nikah lagi aja, Tuan Kendra?" Cetus Sukma.
Kendra tersentak dan reflek menoleh ke arah Sukma. Perempuan enam puluh lima tahun itu malah tersenyum dan tanpa rasa bersalah. Sebaliknya, muka Kanayah merah padam mendengar perkataan Tante dari suaminya itu.
"Ra, bawa Opa ke kamar sekarang!" ucap Kanayah penuh penekanan.
Nathan mengusap bahu sang istri, untuk menenangkannya.
Zakira mengangguk, ia gerak cepat saat melihat wajah adik dari Daddy-nya itu merah padam. Semua tahu, bagaimana jika Kanayah sudah marah.
"Kamu ini, Nay! Orang tua masih ingin menikmati pesta, kamu suruh istirahat. Aneh memang kamu," ucap Sukma dengan nada tidak suka.
Nathan kembali mengusap pundak istrinya, saat Kanayah akan angkat bicara lagi.
Baru beberapa langka Kendra akan meninggalkan tempat itu, seseorang kembali menahannya.
"Selamat malam, Tuan," sapa seseorang, saat Zakira akan membawa Opanya untuk istirahat.
"Fathan," ucap Kanayah dan Nathan bersamaan.
Pemuda itu tersenyum tipis, tipis sekali hingga nyaris tersamarkan oleh wajah angkuhnya.
"Kamu di sini?" tanya Kanayah.
"Ya, menggantikan papa," jawab Nathan.
"Gimana kabar orang tua kamu?" Lanjut Kanayah.
"Baik, hanya papa yang sedikit kurang enak badan," jelas Fathan.
"Siapa, Nay?" tanya Kendra.
"Dia Fathan, Dad. Anaknya, Tuan Aditya, rekan bisnisnya Nathan," jawab Kanayah.
Kendra mengangguk pelan.
"Apa kabar, Tuan?" sapa Fathan.
"Alhamdulillah, baik," jawab Kendra.
Kembali mata Fathan melirik ke arah Zakira yang berada dibelakang Opanya. Gadis itu hanya menundukkan kepalanya.
Seolah tahu yang ada didalam pikiran Fathan, Kendra membawa Zakira maju ke depan dan berdiri di sampingnya.
"Dia Zakira, cucuku," ucap Kendra.
Zakira yang masih terkejut, hanya bisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Fathan hendak mengulurkan tangannya, tapi secepatnya Zakira meletakkan sebelah tangannya ke dada dan tersenyum.
"Maaf," ucap Zakira pelan.
Kendra hanya tersenyum ke arah Fathan. Pemuda itu membalas senyum Kendra, tapi matanya tak beranjak dari Zakira.
Mereka kembali larut dalam obrolan yang tak jauh-jauh dari masalah bisnis. Saat mereka semua larut dalam obrolan, Zaki menghampiri.
"Opa masih di sini?" ucap Zaki.
Kendra hanya tersenyum tipis.
"Mama, Papa!" Zaki meraih tangan keduanya berganti dan menciumnya.
Fathan masih mengamati dalam diam.
"Hai, Shakala Fathan Elgio Genofa!" sapa Zaki sambil mengulurkan tangannya.
"Hai," sahut Fathan.
"Masih ingat, gue?" tanya Zaki.
Fathan mengangguk tipis dan tersenyum ke arah Zakira. Zaki yang menyadari hal itu, segera mengambil tugas adiknya untuk membawa Opanya ke kamar.
"Ayo, Opa!" ajak Zakira, menggandeng tangan Kendra.
"Fathan!" seru seseorang dan langsung bergelayut manja dilengan pria yang sejak tadi tidak melepas pandangannya pada Zakira.
"Nabila!" ucap mereka serentak.