NovelToon NovelToon
Demi 9 Juta, Aku Jadi Istri Ke 2

Demi 9 Juta, Aku Jadi Istri Ke 2

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Fanfic / Tamat
Popularitas:391.8k
Nilai: 4.9
Nama Author: Dewi Ws

Kisah rahasia seorang gadis yang di perkosa oleh Bapaknya sendiri. Giska namanya, ia sudah kehilangan kesuciannya sejak ia masih belia.

Syock, malu, marah dan kecewa, semua ia rasakan dan ia pendam sendiri. Dengan segala cara ia berusaha melawan rasa traumanya. Ia ingin bisa terbebas dari bayang-bayang kejadian memilukan itu.

Karena tidak ingin terus-terusan menjadi tempat pelampiasan oleh Bapaknya,ia rela bekerja menjadi pembantu supaya ia bisa keluar dari rumahnya.

Tantangan demi tantangan ia hadapi, sampai suatu hari hanya demi mendapatkan uang 9 juta, ia terpaksa menjadi istri kedua dari pria asing yang baru ia kenal dalam beberapa hari.

Bagaimana kehiduapan Giska setelah ini? Akankah dia bisa bahagia, atau malah sebaliknya?

Yuk, mari simak kisah lengkapnya di sini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Ws, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gaji Pertamaku

Giska mengambil kain sarung yang ia bawa dari rumah, ia merebahkan tubuhnya di kasur, lalu ia menarik kain sarung untuk menyelimuti sebagian tubuhnya.

"Disini kasurnya empuk, kamarnya juga lumayan luas, kamarnya juga sudah terpasang pintu. Andai saja kamarku di rumah ada pintunya, pasti aku akan selalu menguncinya ketika mau tidur, dan pasti kejadian itu tidak pernah terjadi." Giska meneteskan air mata nya. Terkadang ia masih tak percaya jika Bapak nya bisa berbuat hal keji terhadap nya.

Malam semakin larut, Giska masih berusaha memejamkan kedua matanya, hingga tak lama ia jatuh terlelap ke dalam mimpinya.

Srekkk, srekk, srekk.

Terdengar suara langkah kaki seseorang memasuki kamar Giska.

"Gis, menurutlah!"

"Aku akan memberikan apapun yang kau minta jika kau menurutiku. Kau hanya perlu diam dan menikmati semuanya." Ia meraba-raba seluruh tubuh Giska.

"Jangan, Pak. Jangan!!!"

"Aku ini anakmu! jangan lakukan ini! jangan!!"

Ceklek.

"Giska, kau kenapa, Gis?"

"Gis, ayo bangun, Gis." Atem menggoyang-goyangkan tubuh Giska.

"Huh, huh, huh." Napas Giska terengah-engah, ia pun membuka matanya, lalu ia beranjak duduk, ia memandang ada Bi Atem di depan nya.

"Kau kenapa, Gis? kau sampai berkeringat seperti ini." Ucap Atem, ia melihat Giska seperti ketakutan, bahkan wajahnya banyak mengeluarkan keringat dingin.

"Syukurlah, ini hanya mimpi, tapi kenapa mimpiku seperti nyata. Kenapa aku sulit melupakan kejadian itu." Batin Giska, seketika ia langsung memeluk Bi Atem.

"Bi, saya mimpi buruk tadi." Ucap Giska, kemudian ia melepaskan pelukan Bi Atem.

"Maaf, saya sudah lancang memeluk Bibi tanpa izin." Giska menunduk.

"Tidak apa-apa, Gis. Kemarilah!" Atem menarik Giska ke dalam dekapannya, ia mengelus punggung Giska.

"Kau mimpi apa, Gis?"

Giska mengeleng-gelengkan kepalanya, air matanya tumpah seketika, ia semakin mengeratkan pelukan nya.

"Sudah-sudah tidak apa-apa, menangislah. Tidak apa-apa jika kau tak mau cerita." Atem mengusap-usap punggung Giska, hingga Giska merasa tenang.

Giska merasa nyaman dipelukan Bi Atem, mungkin karena ia sudah lama tak memeluk seorang Ibu. Ya, Ibu nya sudah meninggal sejak Giska masih kelas 3 SD.

"Bi, terimakasih." Ucap Giska.

"Iya, sudah kau lanjutkan tidurmu lagi, nanti kita harus bangun pagi-pagi."

"Iya, Bi."

*****

Keesokan paginya, Giska nampak malas untuk bangun, rasanya ia benar-benar masih mengantuk, apalagi semalaman ia sulit tertidur gara-gara mimpi nya. Namun ia kembali tersadar jika saat ini ia tengah berada di rumah orang, dan dia kerja disini, seketika Giska langsung terbangun, ia berlari ke mandi untuk membasuh muka nya, lalu ia mulai mengerjakan pekerjaan nya.

Giska dan Bi Atem berbagi tugas untuk membersihkan rumah majikan nya. Setelah semuanya selesai, kini giliran Giska membersihakan tubuhnya sendiri (mandi).

Giska nampak cantik meski hanya mengenakan kaos polos dan celana pendek di bawah lutut. Ia mengikat rambut nya yang bergelombang, agar terlihat rapi. Kini ia hanya tinggal menunggu Nona kecil nya bangun.

"Anak-anak masih tidur, kau tunggulah mereka dikamar nya, Gis. Jadi saat Vellyn bangun, dia tak kesulitan mencarimu." Ucap Diana.

"Jaga anak ku dengan baik!" seru Johan (suami Diana).

Giska menganggukkan kepalanya, "Baik."

Kedua majikan nya pun langsung berangkat ke toko. Sementara Giska, ia langsung menuju kamar anak-anak majikan nya.

Setiap hari Johan dan Diana selalu sibuk bekerja di toko klontong milik mereka sendiri, berangkat pukul 8 pagi, dan nanti jam 5 sore mereka baru pulang. Jadi setiap hari anak-anak nya hanya di di rumah bersama neneknya, dan juga 2 Art nya (Giska dan Bi Atem).

˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚

Giska sudah berada di dalam kamar anak majikannya, ia menatap takjub pada kemewahan kamar ini, matanya berhenti berkedip. Ini kali kedua ia masuk ke ruangan ini, ya kemarin pertama kali ia masuk kesini, namun baru kali ini ia berani memandang seluruh isi ruangan ini.

"Mewah sekali kamar nya, ranjang nya besar, ada tv nya juga, ada Ac nya, lemari nya juga sungguh besar." Batin Giska merasa takjub. Ia pun langsung mendaratkan bokongnya di lantai sembari menunggu Nona-Nona kecil nya bangun.

"Mbak..." Vellyn memanggil dengan suara serak khas bangun tidur.

"Iya, Non." Giska mendekat ke arah ranjang.

"Susu." Ucap Vellyn yang masih memeluk gulingnya itu. Giska pun langsung membuatkan susu untuk Vellyn, lalu ia memberikan nya kepada Vellyn.

"Lucu sekali." Batin Giska, ia merasa gemas melihat Vellyn tengah mengenyot botol susu nya dengan mata yang masih terpejam, satu tangan nya juga memeluk guling kesayangan nya.

Siapapun pasti merasa gemas jika melihat Vellyn, gadis kecil cantik, kulitnya sungguh putih sekali, matanya sipit, siapapun pasti ingin mencium nya. Begitupun dengan Giska, ia juga ingin mencium Vellyn, namun ia tidak melakukan nya. Ya, majikan nya melarang kedua anak nya di cium oleh sembarang orang, apalagi Giska hanyalah seorang Art.

"Mbak, sudah selesai." Vellyn menyerahkan botol susu yang sudah kosong kepada Giska. Giska langsung menerimanya dan langsung mencuci nya. Usai mencuci botol nya, ia kembali menaruh ditempatnya.

"Ayo Non, mandi."

"Iya, Mbak." Vellyn mengangguk, ia beranjak turun dari ranjangnya.

"Mbak panggilnya Vellyn saja, tidak usah isi, Non!" pinta Vellyn dengan suara imutnya.

"Tapi, Non?"

"Harus mau!" paksa Vellyn.

"Iya, iya, Non eh Vellyn." Giska tersenyum.

.................................

"Sekarang Vellyn sudah cantik, sekarang waktunya Vellyn makan, ya," ucap Giska.

"Iya, Mbak."

"Gendong..." rengek Vellyn, Giska pun langsung menggendong nya menuju ruang makan.

Baru 2 hari Giska bekerja di sini, namun Vellyn sudah lengket sekali dengan nya. Giska merasa senang bisa menjaga gadia selucu Vellyn ini.

"Eh, anak cantik sudah bangun," sapa Nelly (Neneknya Vellyn).

"Iya, Bo (panggilan nenek)." Vellyn tersenyum manis.

"Bobo, sudah sarapan?" tanya Vellyn.

"Sudah, sekarang giliran Vellyn yang harus sarapan." Tutur Nelly sembari menjawil dagu Vellyn.

Giska pun menduduk kan Vellyn di kursi, lalu ia mengambilkan makanan nya. Dan ia juga menyuapi Vellyn.

"Duduk saja tidak apa-apa, Gis." Ucap Nelly yang melihat Giska menyuapi cucu nya sembari berdiri.

"Iya, Nyonya." Giska pun mendaratkan bokongnya di kursi dengan ragu-ragu.

Nelly sesekali mengajak Giska mengobrol, ia menanyakan alasan mengapa Giska sudah bekerja di usia muda. Di sela-sela mereka mengobrol, tiba-tiba terdengar ada yang memanggil Giska.

"Mbak... Mbak Giska..." Teriak Sephine dari kamar nya.

"Iya, Non, sebentar." Sahut Giska.

"Vellyn tunggu disini sebentar ya, Mbak mau ke kamar dulu, dipanggil Non Sephine." Ucap Giska. Vellyn pun mengangguk.

"Sebentar ya, Nyonya." Pamitnya pada Nelly, lalu ia bergegas menuju kamar majikan nya.

Ceklek..

"Iya, Non."

"Mbak kenapa aku ditinggal di kamar sendirian? Vellyn dimana?"

"Maaf Non, Non Sephine tadi masih tidur, jadi saya membawa Non Vellyn ke ruang makan, dia sedang sarapan saat ini." Ucap Giska.

"Hmm, ya sudah. Aku mau mandi, Mbak."

"Baiklah, tunggu sebentar, saya siapkan air nya dulu," Giska beranjak masuk ke dalam kamar mandi, ia menyiapkan segala keperluan mandi untuk Sephine.

"Sudah, Non. Silahkan."

Note : Nelly (70 tahun) adalah Ibunya Johan. Josephine (8 tahun) adalah anak pertama Johan dan Diana. Jovellyn (4 tahun) adalah anak kedua Johan dan Diana.

Giska pun kembali ke ruang makan.

"Aaakkk, Mbak." Vellyn membuka mulut nya. Giska pun menyuapi nya.

"Pintar sekali." Ucap Giska tersenyum, Vellyn pun ikut tersenyum.

"Vellyn di suapi Bobo tidak mau, maunya di suapi sama Mbak Giska katanya." Ucap Nelly. Giska tersenyum mendengarnya.

"Iya, Mbak Giska kan Mbak nya Vellyn, Bo." Ucap Vellyn dengan imutnya, uhh rasanya gemas ingin mencium pipinya, tapi itu tidak mungkin.

"Iya, iya." Nelly mencubit gemas pipi gembil cucu nya itu.

Tak lama, Sephine muncul, ia terlihat cantik memakai dress rumahan bergambar princes, rambutnya yang lurus tergerai indah, kulitnya putih bersih, tak ada goresan sedikitpun, Sephine benar-benar terlihat sempurna. Mungkim saat dewasa nanti, ia akan menjadi incaran para lelaki di luaran sana.

"Pagi, Bo." Sapa Sephine sembari mendudukkan bokong nya di kursi.

"Pagi, kau baru bangun?" Sephine mengangguk.

"Cici, Vellyn tidak di sapa!" protes Vellyn.

"Pagi, Vellyn. Nah sudah itu!"

"Pagi, Cici..." Vellyn tersenyum senang.

Nelly dan Giska pun tersenyum melihat tingkah Vellyn.

"Mau Mbak ambilkan sarapan nya, Non?" tawar Giska.

"Tidak, Mbak. Sephine ambil sendiri saja."

"Nah iya, Sephine harus belajar mandiri." Timpal Nelly.

"Iya, Bo." Sahut Sephine.

*******

Waktu terus berjalan hingga tak terasa sudah 1 bulan Giska bekerja di sini, kini rutinitas nya bertambah lagi, setiap hari Giska harus menunggu Vellyn di sekolah nya, karena Vellyn masih TK A (TK kecil). Kebetulan juga sekolah nya terletak tepat di sebrang rumah majikan nya. Jadi ia hanya tinggal menyebrang jalan saja. Ya, baru 2 minggu yang lalu Sephine dan Vellyn kembali masuk ke sekolah.

Selama Giska menunggu Vellyn di sekolahnya, ia jadi mendapa teman baru, Mbak-mbak yang juga bekerja seperti dirinya. Mereka disana juga sama-sama sedang menunggu anak majikan nya sekolah.

Malam hari nya.

"Gis, ini gajimu."

"Apa kau betah bekerja disini?" tanya Diana sembari memberikan amplop kepada Giska. Giska pum dengan senang menerima nya.

"Terimakasih, Ce. Saya betah, Ce." Ucap Giska mengulas senyuman di bibirnya.

"Baguslah jika kau betah, nanti jika kerjamu semakin bagus, aku akan menaikkan gajimu."

"Iya, Ce. Terimakasih."

"Baiklah, sekarang kau istirahatlah!" titah Diana.

"Baik, Ce." Giska pun pamit untuk pergi ke kamar nya.

"Ahhh, senang nya aku, ini adalah gaji pertama ku," Giska menciumi amplop yang di pegang nya itu. Raut wajahnya nampak bahagia sekali.

"Bi Atem, hari ini saya sudah menerima gaji." Giska tersenyum senang menunjukkan amplop nya kepada Atem.

Atem tersenyum, ia juga turut senang melihat Giska bahagia. "Selamat ya, Gis."

"Gaji pertama mu, akan kau buat apa?" tanya Atem.

"Saya ingin membelikan Bapak ponsel, Bi. Supaya saya bisa tetap berkomunikasi dengan Bapak." Ucap Giska.

"Baiklah, kau juga belilah baju untukmu sendiri, Gis. Setiap hari kau harus mengantar sekolah, kau juga pasti kumpul dengan teman-teman mu, jadi biar bajumu tidak itu-itu saja." Tutur Atem.

"Iya, Bi. Nanti kalau ada sisa nya."

"Iya, ya sudah kau istirahatlah!"

"Iya, Bi. Bibi juga istirahat ya, selamat malam, Bi." Ucap Giska, lalu ia beranjak menuju kamar nya sendiri.

"Eh, aku belum tau gaji ku berapa, aku buka ah..." Giska membuka amplop nya, ia melihat uangnya berjumlah 450 ribu.

"Akhirnya aku bisa mendapatkan uang sendiri, aku harus semangat bekerja, supaya aku bisa mengumpulkan uang banyak." Giska nampak bahagia sekali, ini pertama kalinya ia memegang uang sebanyak ini, dan ini juga hasil jerih payah nya sendiri.

Giska merebahkan tubuhnya ke kasur, ia mengguling-guling kan badan nya kesana kemari sembari memainkan ponsel ditangan nya. Setiap malam, ia selalu menyempatkan untuk bertukar pesan dengan kedua sahabat nya, namun malam ini, mereka bertiga terhubung melalui panggilan yang di gabungkan.

"Gis, aku merindukanmu." Ucap Dini.

"Aku juga, Gis." Timpal Rissa.

"Aku juga merindukan kalian, guys."

"Kita bertiga sama-sama saling merindukan." Sahut ketiganya berbarengan, mereka pun tertawa.

"Oh iya, bagaimana dengan sekolah kalian?" tanya Giska, nada suaranya terdengar sendu, jauh di dalam hati nya ia merasa sedih karena tak bisa melanjutkan sekolah nya.

"Menyebalkan, Gis. Apalagi saat MOS." Sahut Dini, suaranya terdengar kesal.

"Sama, Gis. disini juga menyebalkan, tapi disini murid laki-laki nya, tampan semua guys." Sahut Rissa.

"Ah, dasar Rissa, masih saja belum berubah, kalau urusan laki-laki tampan saja nomor 1." Sahut Giska. Dini hanya tertawa menanggapi ucapan kedua sahabat nya itu.

Mereka bertiga pun lanjut mengobrol hingga tak terasa malam sudah semakin larut, tanpa di sadari jika Giska sudah tertidur lebih dulu sebelum panggilan mereka berakhir.

"Din, sepertinya Giska sudah tertidur, kita panggil-panggil tidak menyaut." Ucap Rissa.

"Iya, Riss. Sudah biarkan saja, kasihan dia pasti kelelahan karena sudah bekerja seharian."

"Lebih baik kita juga tidur, Riss. Besok kan kita harus sekolah, lagipula bukankah di Bali sudah malam sekali ya ini, kan jam nya beda 1 jam dari sini." Ucap Dini.

"Iya, Din. Ya sudah kalau begitu, selamat malam buat kalian berdua, selamat istirahat, bye..."

"Iya, selamat malam dan selamat istirahat. Bye..." Mereka pun mengakhiri panggilan nya.

********

Keesokan paginya, Giska dan Bi Atem nampak melakukan tugasnya masing-masing. Setelah semua selesai, seperti biasa giliran mereka yang membersihkan tubuhnya masing-masing.

Kini Giska nampak sedang membantu Vellyn untuk bersiap ke sekolah. Ia mengepang rambut Vellyn, lalu ia menambahkan jepit-jepit lucu di sana, hingga membuat Vellyn nampak terlihat semakin cantik dan juga lucu.

"Sudah selesai, aduh... Vellyn kau sangat cantik sekali..." Giska rasanya gemas ingin mencubit pipi Vellyn, namun ia menahan nya.

"Terimakasih, Mbak."

"Kalau Vellyn cantik, pasti Felix semakin suka dengan Vellyn." Ucap nya dengan suara genit nya.

"Heii, masih kecil tidak boleh suka-suka an, Vellyn..." Tutur Giska, ia tak mengerti mengapa anak usia 4 tahun sudah genit seperti ini. Sementara Vellyn, ia hanya tersenyum.

"Ayo berangkat!"

Sephine dan Vellyn selalu berangkat bersama Papa nya, meskipun sekolah mereka ada di sebrang rumahnya, namun Johan selalu mengantar jemput mereka menggunakam motor. Sementara Giska, ia hanya tinggal berjalan kaki, lalu menyebrangi jalan saja.

Jika anak-anak sudah masuk ke kelas nya, para Mbak-Mbak menunggu di ruang tunggu yang memang sudah di sediakan di area sekolah, seperti saat ini, Giska sedang duduk-duduk bersama para teman baru nya.

"Gis, sini bagi nomor ponselmu." Ucap Irma.

"Oh iya, kau belum punya nomorku ya, mana sini ponsel mu!" Irma memberikan ponsel nya, lalu Giska menuliskan nomornya disana.

"Eh, eh ,masa ya, tadi Lukman meminta nomorku." Ucap Nuri dengan hebohnya.

"Lukman siapa, Nur?" tanya Giska.

"Itu lho, Gis. Supir nya Ce Yin yin." Timpal Irma. Sementara Nuri mengangguk-anggukkan kepalanya.

Disini memang selain ada Mbak-Mbak, para supir pun juga ikut menunggu majikan nya, namun biasanya mereka menunggu di dalam mobil nya masing-masing, terkadang mereka juga menunggu di pos satpam.

"Astaga, memangnya yang mana sih orang nya? bukankah disini supir nya sudah tua semua ya?" sahut Giska.

"Masih muda dia, Gis. Ya, kira-kira umur nya 25 tahun an lah." Ucap Nuri sembari senyum-senyum sendiri.

Giska hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat teman nya itu. Sebenarnya kedua teman nya ini umurnya sudah diatasnya Giska, dan Giska sempat memanggilnya dengan Mbak, namum mereka berdua meminta Giska langsung memanggil nama saja.

Drttt, drttt, drttt.

"Ponsel siapa yang getar-getar itu?" tanya Irma.

"Ponselku, Ir." Giska melihat nama majikan nya di sana.

"Bos ku, aku angkat dulu sebentar." Giska pun langsung menjawab panggilan dari Bos nya.

"Hallo, iya Ce." Sapa Giska.

"Gis, kau datanglah ke toko sekarang, Vellyn masih lama kan pulangnya, kau naiklah sepeda yang ada di rumah!" pinta Diana.

"Baik, Ce."

Panggilan berakhir.

"Aku titip Vellyn sebentar ya, siapa tau nanti dia keluar. Aku di suruh ke toko soalnya." Ucap Giska kepada kedua teman nya.

"Iya, Gis. kau tenang saja."

"Baiklah, terimakasih, aku pergi dulu."

........................

"Gis, sebelum kau membawa belanjaan ini pulang, tolong belikan sosis kalengan di toko itu!" Diana menunjuk toko yang berada di sebrang tokonya.

"Baik, Ce."

Giska menyebrangi jalan dengan perlahan, sebenarnya ia takut, apalagi jalanan sangat ramai kendaraan yang melintas, namun ia harus memberanikan diri, karena ini sudah perintah dari majikan nya.

Giska menuju ke toko yang ditunjuk oleh majikan nya tadi, ia berjalan melewati pangkalan ojek, karena kebetulan toko itu ada di sebelah pangkalan ojek. Banyak laki-laki yang berkumpul disana, ada yang tua, ada juga yang masih muda, tapi sepertinya banyak yang tua-tua.

"Aduh..."

.

.

Bersambung...

Haii.. mohon dukungannya ya, beri like dan komen... Terimakasih😘😘😘

1
Safa Almira
syuka
Sonya Bererenwarin
Luar biasa
Silvi Vicka Carolina
ini lah pentingnya edukasi sex sejak kecil ....jadi gak polos polos bgt ...di beri perngertian mana yang boleh di sentuh dan tidak boleh di sentuh sama orang lain ...meskipun itu bapak nya sendiri ...
Mizra May
bodoh dia saja tega memperkosa kau bodoh
Mizra May
kamu masih kecil lalu kenapa kau perkosa gadis remaja itu dasar manusia laknat
Mizra May
kalau dia tulus tidak mungkin dia perkosan kau bodoh di mana hati nuraninya
Elizabeth
lanjut
Fitriyani Aulina Yunarya
mantak ge tong main api Tia, lu yg selingkuh nyalah2 laki lu pedah nikah deui, nah lamun geus kieu Karek nyesel..
ajik juga ngapain si wanita kek gitu dipertahankan ajik, gedek aing KA awewe kang selingkuh th naudzubilah . author nya bisaan ni bikin emosi pembaca 😭😭 maaf ya Thor 🤭
Fitriyani Aulina Yunarya
part ngeunah seuri ini mah 😅😅 korban pelecehan jd liat org anu anu ge asa dilecehkan we . padahal mah heeh
Yuli Astuti
up nya kok lama bener tor
Dewi Ws: iya Kak. maaf ya ngga beraturan waktu up nya. nulisnya sempat2an. pinginnya nulis stiap hari tapi anak lagi aktiv2nya jadi kadang lupa nulisnya
total 1 replies
Ovi caem
lanjut Thor...
Elizabeth
lanjut
David Lumban Tobing
lanjut thor ceritanya.
David Lumban Tobing
lanjut lagi thor.
David Lumban Tobing
lanjutkan thor ceritanya.
David Lumban Tobing
mana kelanjutannya thor masih bab satu kok sdh putus ceritanya.
Elizabeth
lanjut
Kang cilok (HIATUS): Mampir kak ke hantu tampan 😄
total 1 replies
Yani Maria Hadiansyah Yani
lanjut thor
Yani Maria Hadiansyah Yani
giska kapan bahagianya thor
Elizabeth
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!