Pernikahan Arika dan Arian adalah pernikahan yang di idam-idamkan sebagian pasangan.
Arika begitu diratukan oleh suaminya, begitupun dengan Arian mendapatkan seorang istri seperti Arika yang mengurusnya begitu baik.
Namun, apakah pernikahan mereka akan bertahan saat sahabat Arika masuk ke tengah-tengah pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skyl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~Part 11 ~Asalkan tidak ada pengkhianatan~
Arika terbangun, ia mengerakkan badannya dan melepaskan pelukan suaminya. Ia memandang wajah sang suami
"Mas habis nangis?" tanyanya pada diri sendiri. Ia memegang kedua pipi suaminya. "Apa dia menangis karena tadi tak sengaja membentakku?"
Arika tersenyum, ia merasa sangat di cinta oleh suaminya.
"Gemes banget sih suami aku." Arika mencium pucuk kening suaminya. "Mas bangun yok, udah magrib nih, ayo kita sholat dulu."
Arika mengusap dengan lembut surai suaminya. Hingga Arian membuka matanya perlahan.
"Sayang." Arian semakin mengeratkan pelukan mereka.
Arika tersenyum dan berusaha melepaskan pelukannya.
"Ayo cuci muka dulu terus ambil air wudhu dan kita sholat."
Arian beranjak dari tidurnya. Mereka masuk ke dalam kamar mandi bersamaan, mencuci wajah dan mulai mengambil wudhu.
Usai mengambil wudhu mereka pun melakukan sholat magrib.
Arika mencium punggung tangan suaminya, setelahnya Arian mencium pucuk keningnya lalu memeluknya.
"Udah beresin dulu, aku mau masak."
"Baiklah sayang. Biar mas yang beresin kamu masak aja setelah beresin mas bantu kamu."
Arika mengangguk. Setelah melepaskan mukenanya ia pun beranjak menuju dapur untuk memasak.
Terlalu sibuk asik memasak, Arika tersentak karena semua tangan besar melingkar di pinggangnya.
"Astaga mas, aku kaget."
"Heheh maaf, sini mas iketin rambutnya."
Arika memberikan ikat rambutnya kepada sang suami. Arian pun langsung mengikat rambutnya.
Arian mencium sekilas leher mulus tersebut hal itu membuat Arika merinding sebadan-badan.
"Sini mas bantu potongin."
Arian mengambil ahli pisaunya dan memotong sayur sedangkan Arika hanya memperhatikannya sambil memeluk badan sang suami.
Arian terkekeh melihat istrinya memeluknya dengan manja.
"Ini di masukin di sini sayang?"
"Iya mas. Sini biar aku aja." Arika menggeserkan badan suaminya dan membawa sayur kangkung itu ke dalam wajan.
"Harum banget, sayang."
Arika hanya tersenyum dan fokus menyelesaikan masakannya hingga selesai.
Usainya memasak mereka pun menikmatinya di meja makan.
"Enak enggak mas?" tanya Arika melap pipi suaminya yang belepotan oleh kecap.
"Enak banget." Arian tersenyum dengan mulut isi dengan makanan.
Saat asik-asiknya makan. Suara bel berbunyi membuat mereka menoleh.
"Biar aku yang buka mas, kamu lanjut makan saja."
Arika berdiri dan mendekati pintu, Arika membuka pintu rumah.
"Mama, papa?" Arika terlihat senang melihat mertuanya.
Arika mengajak mertuanya masuk ke dalam rumah.
"siapa sayang?"
"Mama sama papa, mas."
Arian minum dan berdiri menuju ruang tamu, ia langsung menyalimi orang tuanya.
"Tumben banget ke sini enggak bilang-bilang?"
"Mama sama papa hanya kebetulan lewat di depan rumah kalian habis dari kondangan, papa kamu mengajak mama singgah sebentar."
Mereka berdua manggut-manggut.
"Sebentar ya mah, Arika buat minum dulu." Arika menuju dapur dan menyiapkan minum untuk kedua mertuanya sekalian membereskan tempat mereka makan tadi.
Saat Arika berada di dapur. Mama dan papa menatap Arian.
"Kamu benaran nerima permintaan oma kamu, nak?"
Arian menunduk tak mampu berkata lagi. Ia hanya mampu mengangguk.
"Kenapa?"
"Mau gimana lagi, mah. Oma mengancam akan meminta ini langsung ke Arika, kalian tau kan gimana perasaannya nanti saat mengatahuinya?"
Mereka semua menghela napas panjang. Benar kata Arian tapi ini adalah kesalahan fatal.
"Mama takut semakin membuat Arika kecewa saat mengatahuinya nanti."
"Kecewa memang pasti, mah. Wanita mana yang rela suaminya menikah lagi?"
"Kamu benar."
"Maafin mama dan papa belum bisa bujuk oma kamu. Kami yakin kamu sangat tertekan, kami enggak bisa melakukan apapun sayang, kita hanya bisa mengikuti setiap perintahnya."
Arian menghembuskan napasnya dan mengangguk panjang. Memang sudah tak ada pilihan lagi, ia hanya berharap istrinya hamil untuk hari yang dekat ini.
Beberapa saat kemudian, Arika datang sambil membawa nampan berisi minuman.
"Repot-repot banget sih, sayang. Padahal papa dan mama hanya sebentar di sini."
"Minum aja dulu, mah, pah." Arika duduk di samping suaminya.
"Bagaimana keadaan mama dan papa baik-baik ajakan?"
"Baik sayang, kalian juga baik-baik ajakan? Enggak sering bertengkarkan?"
Mereka berdua mengangguk membuat kedua orang tua tersenyum melihatnya.
"Kalian harus mempertahani hubungan kalian."
"Pasti papa, pasti," jawab Arian seraya mengenggam tangan istrinya.
"Ujian dalam pernikahan itu sangat sulit sayang, kalian harus kuat melewatinya. Harus memiliki pikiran yang tenang, jika bertengkar kalian urus dengan pikiran yang dingin, hati ke hati jangan pake ego."
Mereka hanya mengangguk saja, mendengar nasehat dari orang tua.
"Kami akan berusaha. Dan insyaAllah akan menyelesaikan masalah sesuai nasehat kalian." Arian menatap manik mata istrinya yang juga kini menatapnya. "Iyakan sayang?"
Arika tersenyum dan perlahan mengangguk. Kedua orang tua yang melihatnya ikut bahagia.
"Asalkan tidak ada pengkhianatan di dalam sebuah hubungan dan tidak ada rahasia yang di sembunyikan diantara kedua pasangan."
jangan sampe ya ansk2 Arka jatuh cinta ke ank Ema, kr mereka satunya cuma beda ibu/Cry//Cry/
hari ini juga dobel up, ya.
Arian memang oon dan tak punya hati
rasain, siapa anak yang dilahirkan Ema bukan anakmu. Ema dan Arian makin bagai neraka rumah tanggamu, ternyata Arika memiliki anak, tuduhan ibumu dan a jika dia mandul tak terbukti bahkan menganding anakmu Arian, selamat menikmati penderitaan yang kai ciptakan sendiri bersams Ema Arian.