NovelToon NovelToon
Transmigrasi Gadis Pengacara

Transmigrasi Gadis Pengacara

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta Beda Dunia / Iblis / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Nara Stephana, pengacara cemerlang yang muak pada dunia nyata. Perjodohan yang memenjarakan kebebasannya hanya menambah luka di hatinya. Dia melarikan diri pada sebuah rumah tua—dan takdirnya berubah saat ia menemukan lemari antik yang menyimpan gaun bak milik seorang ratu.

Saat gaun itu membalut tubuhnya, dunia seakan berhenti bernafas, menyeretnya ke kerajaan bayangan yang berdiri di atas pijakan rahasia dan intrik. Sebagai penasihat, Nara tak gentar melawan hukum-hukum kuno yang bagaikan rantai berkarat mengekang rakyatnya. Namun, di tengah pertempuran logika, ia terseret dalam pusaran persaingan dua pangeran. Salah satu dari mereka, dengan identitas yang tersembunyi di balik topeng, menyalakan bara di hatinya yang dingin.

Di antara bayangan yang membisikkan keabadian dan cahaya yang menawarkan kebebasan, Nara harus memilih. Apakah ia akan kembali ke dunia nyata yang mengiris jiwanya, atau berjuang untuk cinta dan takhta yang menjadikannya utuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tentang Dunia Bayangan

Nara terlonjak mundur ketika cahaya lembut keperakan menyelimuti tubuh Uto. Sosok landak hitam legam itu memanjang, tubuhnya membesar, dan durinya menyusut menjadi punggung yang tegap. Dalam hitungan detik, Uto berubah menjadi seorang pria muda dengan rambut hitam acak-acakan dan mata yang sama bersinar seperti sebelumnya. Pakaiannya serba hitam dengan pola keemasan lambang tertentu. Nara hanya bisa ternganga, sementara lelaki itu berdiri dengan santai. Seringai khas Uto masih terpampang jelas di wajahnya.

“Jadi...wujud asli gue kaya gini.” kata Uto dengan nada ringan, merentangkan tangan seperti memperlihatkan dirinya kepada dunia. “Kaget?”

“Kaget gue, Uto!” Nara hampir berteriak. “Lu landak! Seekor landak yang terluka, kemudian minta tolong sama gue....ternyata lu manusia?!”

Uto terkekeh, suaranya rendah dan dalam, tetapi masih mengandung jejak kejenakaannya yang biasa. “Gue bukan manusia Nara. Gue hanya memilih bentuk yang paling efektif untuk situasi tertentu buat jadi pemandu lo selama di dunia bayangan ini. Dan, yah, kadang manusia lebih mudah percaya pada manusia lain daripada pada seekor landak.”

Nara masih sulit mencerna apa yang baru saja dilihatnya. “Ini--ini gila. Apa tadi lo bilang? Pemandu? Dunia bayangan?"

Uto mendekat, tatapannya tiba-tiba menjadi serius, meski senyum kecil masih menghiasi wajahnya. “Iya gue pemandu lo, karena gue ngerti cara kerja dunia ini dan lo pendatang baru yang belum ngerti apa-apa buat melakukan survive."

Nara terdiam, masih mencoba mengumpulkan pikirannya. Dalam kekacauan dunia bayangan, ini adalah kejutan lain yang harus diterima. Namun, di balik keterkejutannya, ia tak bisa menahan rasa penasaran yang semakin membesar tentang dunia bayangan yang dia pijak.

"Lalu,” Nara memulai, “dunia bayangan ini apa sebenarnya?”

Uto mendongak, memperlihatkan seringai khasnya. “Bayangan dunia yang lahir dari ketakutan dan ambisi manusia. Tempat ini ada karena ada keinginan yang terlalu kuat untuk dikendalikan.”

Nara memiringkan kepala. “Keinginan apa?”

“Segalanya,” jawab Uto dengan suara dramatis. “Keinginan untuk berkuasa, membalas dendam, cinta yang tak terbalas, bahkan ketakutan akan kematian. Dunia ini adalah refleksi dari apa yang manusia sembunyikan di hatinya.”

Nara memandang ke kejauhan, melihat pepohonan bengkok dengan dedaunan hitam. Danau berkilauan seperti tinta, dan bebatuan yang tampak memancarkan cahaya redup. “Jadi, ini semacam dunia paralel?”

"Bukan paralel. Ini adalah limbah,” kata Uto sambil duduk ke batu di sebelahnya. “Apa yang manusia tolak, dunia ini menyerap. Semua rahasia gelap, semua keinginan yang mereka pikir tidak ada yang tahu--tempat ini adalah tempat pembuangannya.”

“Berarti semua orang punya hubungan dengan dunia ini?” tanya Nara sambil memeluk lututnya

Semua orang menciptakan dunia ini, bahkan tanpa sadar,” jawab Uto. “Tapi hanya mereka yang cukup kuat atau cukup sial yang benar-benar tersedot ke dalamnya.”

Nara menatap Uto tajam. “Kalau begitu, kenapa gue ada di sini?”

Uto tersenyum kecil, matanya bersinar nakal. “Itu yang harus lo cari tahu, Nara. Dunia ini jarang memilih seseorang tanpa alasan. Dan kalau lo cukup pintar, mungkin lo akan mengerti apa yang sebenarnya dia inginkan dari lo.”

Nara menghela napas panjang, tatapannya kembali mengamati sekeliling. Dunia ini terasa dingin, sepi, tetapi juga penuh dengan energi yang sulit dijelaskan. “Jadi, kalau ini dunia dari keinginan manusia, artinya gue harus melawan semua hal yang bahkan nggak nyata?”

“Bukan melawan, Nara. Tapi belajar bertahan. Karena dunia ini bukan tempat untuk bertempur tanpa alasan. Di sini, setiap langkah lo punya harga, dan setiap keputusan lo punya konsekuensi.”

“Hebat,” gumam Nara dengan nada sarkastik. “Dunia yang nggak cuma aneh, tapi juga penuh hutang.”

Uto tertawa kecil. “Selamat datang di dunia bayangan. Tempat di mana keberanian adalah mata uang terkuat, tapi juga paling berbahaya. Perlahan-lahan lo bakal bisa mencerna kenapa lo bisa masuk kesini."

Nara menghela nafas. Dia bertanya kembali pada Uto dengan mata yang lekat menatap hutan bak dunia fantasi.

“Dunia ini nggak cuma penuh makhluk aneh, ya?” tanya Nara sambil mengamati sekeliling. “Kayaknya ada struktur tertentu. Hierarki.” Netranya tiba-tiba menangkap pemandangan istana.

Uto menoleh dengan seringai khasnya. “Ah, akhirnya otak lo mulai bekerja. Benar, di dunia ini ada dua penguasa. Dua pangeran, tepatnya.”

“Dua pangeran?” Nara memiringkan kepala. “Mereka raja kembar atau apa?”

“Kalau saja mereka kembar, masalahnya nggak akan serumit ini. Mereka belum jadi Raja dan masih dalam tahap pengangkatan. Raja yang sekarang masih di duduki oleh Raja Veghour, ayah kedua pangeran tersebut.” Uto bangkit dari duduknya. “Yang satu dikenal sebagai Pangeran Bayangan. Elegan, penuh perhitungan, dan tidak ada yang bisa menebak rencananya.”

“Dan yang satunya?”

“Pangeran Malam,” lanjut Uto dengan nada dramatis. “Pemberontak. Kasar, impulsif, tapi punya kekuatan yang sulit ditandingi.”

Nara menyilangkan tangan. “Oke, dua pangeran yang kuat. Tapi kenapa lo bilang serumit itu? Mereka nggak akur?”

“‘Nggak akur’ adalah pernyataan yang terlalu ramah,” Uto terkekeh. “Mereka saling membenci. Pangeran Bayangan menganggap Pangeran Malam seperti api liar yang merusak tatanan. Sedangkan Pangeran Malam menganggap Pangeran Bayangan seperti boneka rapi yang tak punya jiwa.”

Nara mengangkat alis. “Lalu, menurut lo siapa yang dominan menjadi pemimpin selanjutnya yang terpilih?”

“Nggak ada,” jawab Uto. “Mereka terlalu sibuk menjatuhkan satu sama lain untuk benar-benar memerintah. Dunia ini dibiarkan dalam kekacauan. Dan kalau lo nggak hati-hati, lo akan terjebak di tengah-tengah perang mereka.”

Nara merenung sejenak. “Jadi, gue harus memilih pihak?”

“Memilih?” Uto tertawa keras. “Oh, itu pilihan bodoh. Pihak yang lo pilih bisa aja membunuh lo lebih cepat daripada musuh mereka.”

“Lalu gue harus gimana?” Nara bertanya, nada suaranya tajam.

“Cukup cerdas untuk tidak terlihat berpihak,” jawab Uto, tatapannya serius. “Tapi cukup pintar untuk membuat mereka percaya lo bisa berguna.”

Nara tersenyum miring. “Jadi, gue harus jadi oportunis?”

“Selamat datang di dunia bayangan, Nara.” Uto membungkuk dengan gaya jenaka. “Di sini, moralitas adalah kemewahan, dan hanya yang cerdas yang bertahan.”

Nara terkekeh kecil. “Lo sepertinya menikmati kekacauan ini.”

“Ah, tentu saja,” jawab Uto, berjalan kembali. “Kalau dunia ini rapi, gue nggak punya pekerjaan, kan?”

Hahahaha. Mereka tergelak bersama.

"Ngomong-ngomong soal pekerjaan, kaya punya bos aja lo! apa jangan-jangan lo nganggep gue majikan sekarang?" ujar Nara dengan nada bercanda.

"Gue memang punya Tuan, tapi bukan lo Nara. Lo itu cuma terget pekerjaan gue. Lo itu target yang harus gue jaga sesuai dengan perintah."

"Apa lo bilang?! jadi sebenarnya lo begini karena disuruh dan bukan karena gue abis nolongin lo tadi?"

"Tepat! Mulai pintar lo sekarang hehe. Maaf tadi gue agak dramatis dikit. Iya gue ngelakuin ini karena disuruh, dan Tuan gue adalah salah satu dari pangeran yang gue cerita."

"AH YANG BENAR LO?" Nara terperanjat, jantungnya berdebar cepat.

"Iya benar."

Nara refleks memegang dadanya, dimana jantungnya masih berdetak tidak karuan.

"Kenapa lo? awas jangan baper!"

"Nggak! siapa yang baper, gue cuma kaget aja Uto. Oh iya, Pangeran apa yang jadi Tuan lo?"

"Rahasia. Nanti juga lo bakal tahu. Mending sekarang lo ikut gue ke tempat istirahat. Nanti gue temuin lo lagi kalau udah bangun."

"Sebentar Uto, ada yang masih pengen gue tanyain lagi. Janji ini pertanyaan terakhir buat malam ini, siapa nama Pangeran Bayangan dan Pangeran Malam?"

"Pangeran Bayangan yaitu Pangeran pertama bernama Pangeran Arven, dan Pangeran Malam yaitu Pangeran kedua bernama Pangeran Raze. Sekarang lo istirahat dulu, udah malam."

Nara mengangguk pelan.

Arven dan Raze? jadi penasaran sama mereka.

.

.

Bersambung.

Note: mentor by Kak Rain (ikan). Dia yang udah melatih progress kepenulisan Zenun soal tanda baca.

Nara di dunia bayangan.

1
Teteh Lia
lanjut Kaka...
Teteh Lia
pangeran Arven udah ada pawangnya, nih...
Ikan
Et dah bocah
Zenun: hehehehe
total 1 replies
RE💜
mau ngungkit Nara ada hubungan sm iblis itu kan
Zenun: hmm bisa jadi
total 1 replies
F.T Zira
Raze lagi😮‍💨😮‍💨
Zenun: 😁😁😁😁😁😁
total 1 replies
F.T Zira
oiiii.... ambil kesempatan amat sihhh🙈🙈🙈
Zenun: iya dong hehe
total 1 replies
F.T Zira
keksihnya kan si Nara..ehh🤭🤭
Zenun: 😁😁😁😁😁
total 1 replies
Dewi Payang
tisak/tidak
Zenun: 😁😁😁😁👍
total 1 replies
Dewi Payang
Ada yang nguping
Zenun: yuhuuu
total 1 replies
Dewi Payang
Ads/ada✌️✌️
Zenun: 😁😁😁😁😁
total 1 replies
Teteh Lia
definisi cinta buta atau keegoisan semata nih?
Zenun: egois kayanya
total 1 replies
Teteh Lia
yang udah dapet salam tempel mah jadi tenang ya,,, 🤭
Teteh Lia
Prit.... woy... maen sosor aja...
Zenun: hehehe
total 1 replies
Teteh Lia
jangan ngintip, bang.... ntar bintitan .
Zenun: 🙈🙈🙈🙈🙈🙈
total 1 replies
Ikan
Yeu bocah, baru dikiss doang udah ke mana-mana pikiran. Menjelalah kamar Ratu Athera weyyy
Zenun: xixixixi
Ikan: Emang agak lainn
total 3 replies
Ikan
Tok tok permisi dulu dah kata aku teh, asal nyosor aja kau
Zenun: Iiiih, tetep dibalikin atuh😁
Ikan: Ya, silakan. Tapi kalau udah distempel nggak bisa retur ya
total 3 replies
Dewi Payang
Ecieeee, yg kasih penjelasan🤭🤭🤭🤭
Dewi Payang
Haduh si Arven😁
Dewi Payang
Raze benar juga,
Zenun
Jangan, nanti keenakan😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!