Kesalahan yang terjadi pada dua manusia yang saling mencintai. Hubungan keduanya yang sudah tidak direstui. Mungkin karena tidak memiliki status sosial yang setara. Alina hanya gadis biasa yang duduk di bangku SMA dan menggunakan beasiswa dan sementara Fathan anak seorang pengusaha kaya raya dan juga seorang ibu yang bekerja dalam dunia entertainment.
Fathan dan Alina terjebak dalam hubungan gairah yang akhirnya menjadi skandal dan siapa yang dirugikan dalam hal itu.
Alina harus menerima nasibnya yang masih duduk di bangku SMA dan mengandung akibat kesalahan fatal yang dia lakukan bersama dengan kakak kelasnya yang juga menjadi pacarnya.
Karena hubungan yang tidak direstui itu yang ternyata membawa Fathan pergi dari Alina.
Bagaimana Alina menjalani kehidupannya dengan janin yang ada di dalam kandungannya.
Lalu apakah mereka dipertemukan kembali?
Jangan lupa untuk mengikuti cerita Saya dari awal sampai akhir dan follow akun Instagram saya .
ainunnharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11 Tidak Di Restui.
Alina tidak mengerti kenapa Margin bisa mengatakan hal seperti itu dan sepertinya dia telah melakukan kesalahan besar. Kata-kata itu juga sedikit merendahkan.
"Acara pesta itu cukup meriah, tetapi saya tidak bisa menikmatinya, karena putra saya sibuk bersama kamu yang membuat saya menjadi tanda tanya dan terlebih lagi dia tidak mengatakan apapun kepada saya. Saya harus mengurungkan niat saya untuk mengetahui hal yang lebih jauh lagi tentang kamu. Karena saya langsung terbang ke Amerika dan sekarang saya sudah tahu tentang kamu," ucapnya.
Alina masih diam saja yang tidak memberikan respon apapun.
"Kamu salah satu siswa berprestasi di sekolah ini yang mendapatkan beasiswa penuh," ucap Margin.
"Apa itu benar?" tanya Margin yang membuat Alina menganggukkan kepala yang terlihat semakin gugup dan terus saja menunduk.
"Kamu sangat suka berada di sekolah ini?" tanya Margin. Alina mengangguk-angguk.
"Sekolah ini adalah sekolah populer, hanya orang-orang tertentu yang bisa sekolah di tempat ini. Seorang anak penjual kue belum tentu bisa bersekolah di tempat ini, kecuali dengan beasiswa yang diberikan karena prestasi yang dia miliki," ucap Margin.
Alina benar-benar tidak mengerti kenapa wanita itu tiba-tiba saja menyinggung status pekerjaan ibunya dan dari perkataannya sejak tadi ada kata-kata yang merendahkan diri dengan perbedaan status sosial.
"Alina. Jika kamu sudah mendapatkan kesempatan untuk menikmati semua fasilitas di sekolah ini dengan gratis. Maka jangan sia-siakan atau menyimpang ke sana kemari. Kamu tahu beasiswa yang kamu dapatkan bisa beralih kepada orang lain. Jika kamu tidak mencapai target nilai yang sesuai! Kamu akan kehilangan segalanya!" tegas Margin.
"Saya akan berusaha belajar lebih giat lagi dan tetap mempertahankan prestasi saya agar saya tidak kehilangan beasiswa saya," sahut Alina dengan keyakinannya dan selama ini memang prestasi tidak pernah menurun.
"Kalau begitu fokus belajar dan jangan pacar-pacaran," ucap Margin dengan tegas.
Alina terdiam mendengarnya Yang sepertinya sudah mengerti apa maksud dari wanita itu menemuinya.
"Anak saya juga memiliki urusan lain yang tidak harus mengurus kamu dan tidak harus bersama kamu setiap hari. Dia harus fokus pada pekerjaannya. Jika kamu ingin beasiswa kamu tidak berpindah kepada orang lain maka fokuslah belajar dan jangan mengambil fokus Fathan yang juga sudah mulai tidak peduli pada pekerjaannya!" tegas Margin.
Sekarang Alina benar-benar sudah paham apa maksud wanita itu menemuinya dan berbicara seperti itu. Ini berhubungan dengan Fathan dan secara tidak langsung Alina bisa menduga jika Margin tidak menyukai hubungan dia dan Fathan.
"Saya sebagai ketua Yayasan di sekolah ini memberikan kamu peringatan pertama dan terakhir. Kamu jangan menganggap saya kejam atau ikut campur dengan urusan pribadi kamu,"
"Tetapi bukankah apa yang baru saja saya katakan demi kebaikan kamu. Jangan karena terlalu fokus berpacaran sampai kamu kehilangan beasiswa di sekolah ini. Kamu masih SMA dan sama seperti Fathan jadi sebaiknya kalian berdua fokus pada sekolah dan Fathan juga bisa fokus pada pekerjaan dan sekolahnya jangan terbagi untuk kamu!" tegas Margin dengan penuh penekanan.
"Maafkan saya Tante. Saya sama sekali tidak bermaksud untuk mengambil fokus dari kak Fathan," ucap Alina.
"Kalau begitu langsung saja akhiri hubungan kalian dan semua itu demi kebaikan kalian berdua!" tegas Margin berbicara langsung to the point.
Alina yang terdiam mendengarnya. Matanya yang sayu menatap mata wanita yang sejak tadi menatapnya tajam dan sudah terlihat jelas sangat tidak menyukainya.
"Saya tidak suka dengan hubungan kalian dan apalagi sampai pacaran. Selain semua ini sangat mengganggu putra saya dalam karirnya dan juga pendidikannya. Putra saya juga tidak mungkin menjalin hubungan dengan anak penjual kue dan Saya juga tidak ingin media mengetahui semua ini. Jadi kamu akhiri secepatnya, sebelum saya bertindak lebih jauh lagi. Karena saya bukan tandingan kamu," ucap Margin yang benar-benar berterus terang dengan apa yang telah diucapkan yang tidak menginginkan Alina dan Fathan.
"Tujuan saya menemui kamu hanya ingin mengatakan itu dan saya berharap kamu menuruti apa yang saya katakan!" ucap Margin.
"Kamu ingat semua apa yang saya katakan," ucapnya sebelum pergi dari hadapan Alina.
Alina membuang nafas perlahan ke depan dengan jantung yang berdebar begitu kencang yang tidak percaya jika dia akan mendapatkan peringatan dari ketua Yayasan yang tak lain adalah ibu dari kekasihnya karena menjalin hubungan dengan Fathan.
Alina membalikan tubuh yang melihat kepergian wanita itu. Alina yang tampak kesulitan menelan ludah.
"Alina kamu memang tidak pantas untuk menjalin hubungan dengan Kak Fathan. Lihatlah apa yang terjadi. Ibunya sangat tidak menyukai kamu dan bahkan dia sudah menyadarkan kamu siapa kamu yang memang tidak seharusnya memiliki hubungan dengan Kak Fathan," batin Alina dengan nafas naik turun.
***
"Alina tunggu!" Fathan yang menahan Alina saat memasuki gerbang sekolah.
Kemarin Alina yang tiba-tiba saja menghilang pulang sendiri tanpa mengabari Fathan, tidak mengangkat telepon Fathan dan ada saja alasan Alina dan bagaimana mungkin Fathan tidak merasa khawatir.
"Alina harus masuk kelas, Kak. Ini sudah terlambat," ucap Alina yang berusaha melepaskan tangannya dari Fathan.
"Ada apa Alina? kenapa kamu menghindari ku?" tanya Fathan.
"Aku menelpon kamu sejak kemarin dan kamu bahkan tidak mengangkat sama sekali atau tidak membalas pesanku. Aku tidak tahu apa kesalahanku yang membuat kamu tiba-tiba menjauh dariku," ucap Fathan.
"Kak Fathan, sebaiknya kita akhiri hubungan kita," ucap Alina yang membuat Fathan benar-benar sangat terkejut.
"Kamu bilang apa?" tanya Fathan dengan mata yang melotot hampir saja bola mata itu ingin keluar.
"Alina ingin fokus belajar dan Alina tidak mau pacar-pacaran. Kakak Alina juga sangat tidak suka jika Alina harus pacaran saat masih sekolah," ucap Alina yang memberikan alasannya.
"Alina apa pacaran di antara kita berdua mengganggu konsentrasi kamu belajar. Alina aku juga tidak pernah mengganggu kamu, kan,"
"Kita juga jarang pergi, kita hanya mengobrol dan menyempatkan waktu untuk berdua di saat istirahat dan selebihnya kita juga melakukan hal yang positif dan juga bahkan belajar bersama. Bukan hanya kamu saja sebagai pelajar di sekolah ini dan aku juga. Aku juga tahu batasannya," ucap Fathan yang memang merasa tidak masuk akal dengan alasan Alina mengakhiri hubungan mereka.
"Tapi tetap saja Alina tidak mau hubungan ini berlanjut dan tolong jangan ganggu Alina lagi," ucap Alina yang ingin pergi dan kembali dihentikan oleh Fathan.
"Kamu apa-apa Alina. Apa yang membuat kamu tiba-tiba seperti ini. Apa semua ini karena Fiony?" tebak Fathan yang memang merasa selama ini hanya wanita itu yang mengganggu Alina.
"Ini sama sekali tidak berurusan dengan apapun dan karena memang Alina hanya ingin fokus. Alina mohon untuk Kak Fathan mengerti!" tegas Alina.
"Nak Fathan! Apa tidak ingin masuk ke kelas soalnya belnya sudah berbunyi sejak tadi?" tanya Pak satpam yang hanya melihat kedua orang itu bertengkar.
Alina yang langsung melepaskan tangannya dari Fathan dan memilih masuk terlebih dahulu.
"Alina!" Fathan hanya memanggil sekali dan tidak mengejar Alina. Dia juga tahu Alina sangat takut jika terlambat memasuki kelas dan Fathan tidak mungkin terus-menerus membahas hubungan mereka.
Bersambung.......