Season kedua dari Batas Kesabaran Seorang Istri.
Galen Haidar Bramantyo, anak pertama dari pasangan Elgar dan Aluna. Sudah tumbuh menjadi pemuda yang sangat tampan. Ia mewarisi semua ketampanan dari ayahnya.
Namun ketampanan juga kekayaan dari keluarganya tidak sanggup menaklukkan hati seorang gadis. Teman masa kecilnya, Safira. Cintanya bertepuk sebelah tangan, karena Safira hanya menganggap dirinya hanya sebatas adik. Padahal umur mereka hanya terpaut beberapa bulan saja. Hal itu berhasil membuat Galen patah hati, hingga membuatnya tidak mau lagi mengenal kata cinta.
Adakan seorang gadis yang mampu menata hati si pangeran es itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon echa wartuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Insiden Roti Kacang
"Hai," sapa Lucyana pada Galen dengan perasaan canggung.
"Hmmm." Galen merespon sapaan Lucyana dengan gumaman.
Waktu menunjukkan pukul dua dini hari, Lucyana menginap di apartemen Galen bersama Arabella. Lucyana tidak ada rencana untuk menginap, tetapi karena suatu insiden membuatnya harus tetap berada di tempat itu.
Keduanya tidak sengaja bertemu di dapur. Galen sempat mengira jika gadis itu adalah Arabella. Dari postur tubuh dan model rambut mereka hampir sama. Hanya yang membedakan Arabella sedikit lebih berisi.
Galen terdiam sejenak, memandangi penampilan Lucyana. Gadis itu memakai kaos ketat juga hot pant milih Arabella, rambutnya tergerai indah, dengan tidak memakai kaca mata membuat penampilan Lucyana sedikit berbeda dari biasanya.
"Apa yang sedang Kakak lakukan di sini?" tanya Lucyana.
Pertanyaan yang Lucyana lontarkan jelas membuat kening Galen mengerut. Ia lantas menatap gadis di depannya dengan satu alis terangkat.
"Kamu masih mabuk?" tanya Galen sarkas. "Ini tempatku, aku bebas melakukan apapun di sini."
Lucyana meringis juga menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal. "Aku lupa."
Galen berdecak, ia membuka pintu lemari pendingin, membuat Lucyana bergeser.
"Kak …, itu …." Karena merasa canggung Lucyana sampai bingung untuk bicara.
"Apa?"
Lucyana terjengit, suara Galen yang berat membuatnya selalu tidak berkutik, belum lagi wajahnya yang tampan selalu membuat Lucyana merasa gugup. Ya, Lucyana tidak memungkiri dirinya tertarik pada Galen, mengagumi laki-laki dingin itu, pesonanya benar-benar kuat. Pantas saja, hampir keseluruhan siswi di sekolah mereka menginginkan laki-laki itu. Akan tetapi benar apa kata mereka, jika Galen sangat susah digapai kecuali pakai impian. Lucyana hanya bisa memendam rasa suka itu.
"Itu, Kak. Aku haus. Tidak ada air di kamar. Jadi … aku ke sini. Tapi …." Lucyana menggantungkan perkataannya, ia hanya ingin minum, tapi rasanya sangat sulit.
Galen tahu apa yang membuat Lucyana resah, setelah kejadian semalam pasti gadis itu merasa khawatir untuk minum sesuatu di tempat itu lagi.
Itu semua gara-gara Sam yang menaruh minuman sembarangan, Lucyana meminumnya lantaran ia mengira minuman itu adalah air putih, nyatanya bukan. Lucyana mabuk setelah meminumnya. Bukan cuma mabuk, Lucyana bahkan terus mengeluarkan isi perutnya, sempat membuat semuanya merasa cemas, termasuk Galen.
"Ini minumlah." Galen memberikan botol minum yang ia ambil dari lemari pendingin kepada Lucyana.
"Makasih ya, Kak. Aku ke kamar dulu," ucap Lucyana diikuti senyumannya.
Lucyana berjalan melewati Galen, tetapi tanpa disengaja lengannya bersenggolan dengan lengan kekar Galen. Anehnya Lucyana langsung memekik kesakitan.
Galen mengerutkan keningnya melihat Lucyana nampak sangat kesakitan. Gadis itu meringis, sambil memegangi lengannya. Lucyana bahkan sampai menitihkan air mata.
Galen merasa penasaran, tanpa izin dari gadis itu, ia menaikan lengan baju Lucyana. Matanya terbelalak melihat luka memar di lengan Lucyana, bukan cuma satu, tapi ada dua luka memar.
"Siapa yang melakukan ini?" tanya Galen.
Lucyana yang terkejut langsung menurunkan lengan bajunya, ia bergeser memberikan jarak dengan Galen. "Ini bukan apa-apa. Kemarin itu … lenganku tidak sengaja kejatuhan barang," dalih Lucyana. "Maaf, Kak. Aku ke kamar dulu. Aku masih mengantuk." Lucyana berniat pergi, tetapi Galen mencekal pergelangan tangan Lucyana, mencegah gadis itu pergi.
Galen tidak bicara apapun, laki-laki itu lantas menarik Lucyana. Ia membuka salah satu laci lemari kabinet untuk mengambil kotak p3k. Mereka lantas kembali ke ruangan tengah.
Galen sengaja duduk di atas meja, agar bisa berhadapan dengan Lucyana. Setelah itu Galen membuka kotak P3K, mengambil salep gel dari dalamnya. Galen kembali menaikan lengan baju Lucyana, meskipun Lucyana terus melarang dan mengatakan jika dirinya baik-baik saja, Galen sama sekali tidak mendengarkannya. Dengan telaten Galen mengoleskan salep gel itu ke luka di lengan Lucyana.
"Makasih, Kak," ucap Lucyana setelah Galen selesai mengoleskan salep gel di lengannya. Ia merasa lega karena rasa sakitnya mereda.
"Hmmm," gumam Galen.
"Aku ke kamar dulu ya," pamit Lucyana disambut anggukan oleh Galen.
Lucyana berdiri, tetapi Galen kembali mencegah gadis itu pergi, "Tunggu!"
Lucyana menoleh ke arah Galen, "Ada apa, Kak."
"Minummu dan …" Galen mengambil salep gel di atas meja lantas memberikannya kepada Lucyana. "Bawa ini."
Lucyana mengambil botol minum yang Galen berikan, tetapi masih menatap ragu salep yang Galen sodorkan.
"Aku tahu kamu butuh ini," bujuk Galen.
Lucyana tersenyum lantas mengangguk. Tangannya terulur, menerima salep yang Galen sodorkan.
"Sekali lagi terima kasih," ucap Lucyana sebelum kembali ke kamar.
Sementara itu Galen masih berada di ruangan tengah, memikirkan tentang luka memar di lengan Lucyana. Sangat jelas itu bukan luka lama, bukan juga luka karena kejatuhan barang, itu luka yang masih baru. Sebuah luka cambukan. Yang menjadi pertanyaan Galen adalah, Siapa yang melakukan itu?
Galen lantas kembali ke kamar, berjalan menuju meja nakas. Ia mengambil ponsel miliknya, mencari nomor seseorang. Setelah menemukannya, ia menekan tombol panggil lalu menempelkan benda pipih itu di dekat telinganya.
"Cari tahu semua infomasi tentang temannya Arabella."
"Baik."
"Aku mau secepatnya." Galen lantas memutus sambungan telepon secara sepihak.
-
-
-
Keesokan harinya
Jam pelajaran sedang berlangsung, tetapi Galen merasa malas untuk mengikuti pelajaran, begitupun sebaliknya. Ke empat pemuda itu lantas memutuskan untuk pergi ke rooftop. Namun, mereka dikejutkan dengan keberadaan Lucyana. Gadis itu duduk di atas meja dengan menggoyangkan kedua kakinya.
"Cil, ngapain di sini?"
Seruan Sam membuat Lucyana menoleh, ia tersenyum kepada ke empat pemuda itu.
"Kalian semua bolos?" tanya balik Lucyana.
"Kamu sendiri ngapain?" tanya Zayn. "Bolos juga?"
Lucyana terkekeh, kemudiannya menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. "Aku dikeluarin dari kelas karena tidur di jam pelajaran. Sebagian hukumannya aku tidak boleh mengikuti pelajaran sampai jam istirahat."
"Tapi aku seneng sih," lanjut Lucyana.
"Dih aneh. Dihukum malah seneng," ucap Alden.
"Iya, Kak. Soalnya, sekarang mapel matematika. Aku gak suka, bahkan dari dulu sampai sekarang aku masih musuhan sama mapel itu," ucap Lucyana mengundang gelak tawa Zayn, Sam, dan Alden, sedangkan Galen seperti biasa, diam tanpa ekspresi.
"Ya udah, Cil. Kamu diem-diem aja di sini," ucap Sam lantas ke empat pemuda itu pergi.
Entah sudah berapa lama Lucyana berada di Rooftop, memandangi ke empat pemuda itu dengan segala tingkah konyol mereka. Hanya Galen yang tetap anteng meskipun terkadang tertawa oleh tingkah tiga temannya.
Lucyana sedikit terhibur dengan pemandangan itu. Merasa bosan ia mendekat ke arah Galen yang sedang berdiri di dekat pembatasan rooftop. Lucyana mendekat dengan membawa roti di tangannya. "Kakak mau?" tawar Lucyana.
Galen menoleh, memadangi roti yang Lucyana sodorkan.
Tangan Lucyana masih terangkat di udara, masih dengan memegang roti yang ia sodorkan ke Galen. Lucyana pikir Galen akan menolaknya, tetapi Galen menggigit roti yang ia tawaran.
Akan tetapi tidak berselang lama, ada yang aneh dengan Galen. Laki-laki itu terbatuk-batuk bahkan sampai kesulitan untuk bernapas. Lucyana sangat panik.
"Kak Zayn. Tolong!" Lucyana berteriak memanggil teman-teman Galen.
Ketiganya lantas berlari mendekat, menghampiri Galen dan Lucyana.
"Galen." Zayn menepuk-nepuk punggung Galen. "Len, Kamu kenapa."
Semua panik melihat kondisi Galen.
"Lucyana, Galen kenapa tiba-tiba kaya gini?" tanya Sam.
"Aku juga gak tahu. Tadi aku cuma kasih roti." Lucyana menunjukkan roti yang ia berikan kepada Galen.
Sam mengambilnya lantas merasakannya. "Kacang? Galen Alergi kacang."