Wanita, seorang insan yang diciptakan dari tulang rusuk adamnya. Bisakah seorang wanita hidup tanpa pemilik rusuknya? Bisakah seorang wanita memilih untuk berdiri sendiri tanpa melengkapi pemilik rusuknya? Ini adalah cerita yang mengisahkan tentang seorang wanita yang memperjuangkan kariernya dan kehidupan cintanya. Ashfa Zaina Azmi, yang biasa dipanggil Azmi meniti kariernya dari seorang tukang fotokopi hingga ia bisa berdiri sejajar dengan laki-laki yang dikaguminya. Bagaimana perjalanannya untuk sampai ke titik itu? Dan bagaimana kehidupan cintanya? Note: Halo semuanya.. ini adalah karya keenam author. Setiap cerita yang author tulis berasal dari banyaknya cerita yang author kemas menjadi satu novel. Jika ada kesamaan nama, setting dan latar belakang, semuanya murni kebetulan. Semoga pembaca semuanya menyukainya.. Terimakasih atas dukungannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Dasar Sampah!
Tepat sebelum tanggal 30, semua laporan sudah selesai Azmi kerjakan. Ia mulai mencetak dokumen satu persatu. Komputer yang sudah tersambung dengan mesin fotokopi memudahkannya dalam mencetak dokumen. Beberapa hari ini ia sudah mulai terbiasa dengan jam kerja dan pekerjaannya.
“Mbak, ini laporan untuk bulan ini.” Azmi menyerahkan dokumen yang telah ia pisahkan dengan stopmap kepada Serli.
“Cepat juga kerjamu!” Serli menerima dokumen dan melihatnya dengan seksama.
“Oke. Tolong fotokopi kan ini. Masing-masing 7 lembar. Hasil kopian kamu antar ke departemen lain dan aslinya kembalikan kemari.”
“Baik, Mbak.”
Azmi mengerjakan apa yang diinstruksikan Serli. Selesai fotokopi dan menyetaples dokumen, Hanung mengantarkannya ke beberapa departemen, seperti Plan, Warehouse, Finance, Enginering, HSE, Trainer dan Operation.
Sebagian karyawan sudah mengenalnya, sehingga tidak ada masalah saat mengantarkan dokumen. Beberapa petinggi di setiap departemen juga sudah Azmi hafalkan, jadi ia tidak akan salah mengenali orang.
“Ini aslinya, Mbak.”
“Kamu tadi baca isinya?”
“Sedikit, Mbak.”
“Berarti aku tidak akan menjelaskannya kepadamu lagi. Itu berlaku untuk semuanya.”
“Baik, Mbak.”
Surat edaran yang dikirimkan Azmi tadi berisi tentang pemberitahuan akan ada pemeriksaan dari pusat, maka semua karyawan diminta untuk mempersiapkan semua dokumen terkait dan segera menangani masalah yang ada agar tidak ada masalah saat pemeriksaan nanti.
Sebenarnya pengumuman itu sudah dikirimkan ke email semua karyawan, hanya saja kebanyakan dari mereka tidak membacanya. Maka dari itu surat edaran fisik diperlukan agar pihak atasan setiap departemen menyampaikannya kepada karyawan yang ada dibawahnya.
Azmi kembali ke mejanya dan menemukan ada yang menunggunya disana.
“Ada yang bisa saya bantu, Pak?”
“Oh, akhirnya kamu disini! Ini.”
“Maaf, Pak. Untuk helm dan sepatu safety, Bapak bisa mengambilnya di Departemen Warehouse.”
“Warehouse? Tidak disini?”
“Tidak, Pak. Disini hanya ATK dan seragam.”
“Baiklah! Terima kasih.” Orang tersebut berjalan keluar.
Tetapi saat akan keluar pintu, orang tersebut berbalik dan mengatakan jika dirinya masih single dan belum tua. Ia meminta Azmi untuk memanggilnya “Mas” lain kali. Azmi hanya mengangguk untuk menghormatinya.
Siang hari, Azmi melakukan pekerjaannya seperti biasa. Tetapi ada yang beda dengan menu makan siang hari ini. Biasanya ia akan menerima nasi kotak, tetapi hari ini ia membantu pihak catering menyiapkan prasmanan. Ada bakso, soto dan rawon. Serli menjelaskan jika sebulan sekali menu makan siang berupa prasmanan dan setiap satu minggu sekali tepatnya dihari Jumat nasi padang. Hal ini dilakukan agar karyawan tidak bosan dengan masakan catering.
“Mumpung makan enak, jangan cuma makan rawon! Ambil juga bakso!” Kata Nadia salah satu admin Finance.
“Tidak sanggup sepertinya, Mbak.” Jawab Azmi.
“Kamu bisa membungkusnya.”
“Benarkah?”
“Ya. Apa kamu tidak membawa kotak makanan dari rumah?”
“Aku tidak tahu, Mbak.”
“Ah iya, kamu anak baru. Lain kali kamu harus ingat kalau ada prasmanan seperti ini, bawa kotak makanan dari rumah untuk membungkus.” Azmi mengangguk.
Mereka melanjutkan makan mereka dan berpisah untuk melaksanakan sholat dzuhur di mushola yang disediakan perusahaan.
Ada waktu sekitar 20 menit sebelum kembali bekerja, Azmi menggunakannya untuk berbalas pesan dengan teman-temannya. Raika sudah diterima di perusahaan ASR, sebagai asisten admin. Sementara yang lain ada yang sedang menyiapkan ujian ASN dan PNS, ada pula yang sudah mengabdi di SD dan SMP. Hanya Azmi dan Raika yang terjun di perusahaan tambang.
20 menit berlalu, Azmi kembali ke mejanya. Tidak ada pekerjaan, Azmi hanya membuka file-file yang ditinggalkan oleh resepsionis sebelumnya. Beberapa file berisi dokumen yang sama dengan yang ia kerjakan sebelumnya, sebagian adalah dokumen inventaris dan beberapa folder tanpa judul. Penasaran, Azmi membuka folder tersebut dan menemukan beberapa judul film disana. Tetapi saat baru akan membuka folder yang lain, Serli sudah ada dibelakangnya.
“Ini jam kerja!”
“I-iya, Mbak. Hanya penasaran saja.”
“Apa maksudmu?”
“File itu sudah ada dikomputer ini, Mbak. Bukan milik saya.”
Serli yang penasaran meminta Azmi minggir dan ia mengambil alih komputer. Beberapa menit membuka satu persatu folder yang ada, Serli menggerutu. Ia sampai tidak sengaja memutar salah satu video yang segera mengeluarkan suara tidak nyaman di telinga.
“Astagfirullah!” Azmi segera mematikan speaker.
“Dasar sampah!” Umpat Serli.
Azmi tidak menjawab. Ia hanya melihat Serli menghapus beberapa folder yang ada. Tak sampai disitu, Serli masuk ke recycle bin dan menghapus lagi disana.
“Mi, jangan sampai kamu seperti sampah satu ini!” Kesal Serli.
“Yang Mbak Serli maksud siapa?”
“Septi! Dia resepsionis yang dipecat sebelum kamu masuk!”
“Kenapa dipecat kalau boleh tahu?”
“Dipecat karena jadi simpanan orang! Pantas saja berani jadi simpanan, tontonannya saja seperti itu!” Azmi hanya menganggukkan kepalanya.
Tak banyak yang ia tahu tentang kehidupan orang tambang karena dirinya baru saja terjun, jadi ia tak banyak buruk sangka. Beruntung bukan Azmi yang memutar videonya. Ini menjadi pelajaran bagi Azmi, ia harus lebih menjaga dirinya untuk menghindari godaan tersebut.
Serli kembali keruangannya setelah memberikan dokumen yang harus dikirimkan ke salah satu ekspedisi kepada Azmi. Azmi bersiap dengan tasnya dan kunci motor. Tetapi saat akan melajukan motornya, ada mobil yang berhenti dibelakangnya.
“Mau kemana?”
“Kirim dokumen, Pak.”
“Ikut saya saja sekalian.”
“Tidak, Pak. Terima kasih. Saya masih ada kerjaan lain selain mengirimkan dokumen, nanti merepotkan.”
“Tidak repot.”
“Maaf, Pak. Mungkin lain kali.”
“Baiklah!” Mobil melaju keluar gerbang.
Orang yang menawari Azmi tumpangan adalah Pak Hartoyo kepala Departemen Enginering. Azmi menolaknya bukan semata-mata takut merepotkan melainkan menghindari masalah karena Pak Hartoyo dikenal sebagai hidung belang dikalangan karyawan perempuan. Nadia yang menceritakan semua dan meminta Azmi untuk hati-hati. Selain beliau, ada pula kepala Warehouse dan Plan. Jadi sebisa mungkin Azmi harus menjauh dari mereka.
Selesai mengirimkan dokumen, Azmi mengabarkan kepada Serli dan mengirimkan resi. Setelah itu bersiap kembali ke perusahaan. Dijalan, Azmi mendapatkan panggilan dari Serli yang memintanya membelikan es jeruk dan es teh. Azmi berakhir kembali ke perusahaan dengan tangan yang penuh.
“Berapa totalnya?”
“180 ribu, Mbak.”
“Ini uangnya, kamu ambil satu.”
“Terima kasih, Mbak. Tapi aku sudah beli sendiri.”
“Ambil aja sudah.” Azmi mengangguk dan mengambil es jeruk satu gelas dan kembali ke mejanya.
Ia meletakkan es jeruk di meja dan menghabiskan milkjelly creamy yang dibelinya. Azmi tak melakukan apa-apa sampai jam pulang kerja. Tetapi ia tidak bisa lekas pulang karena Nadia meminta bantuannya untuk fotokopi. Selesai fotokopi, Azmi masih harus menyetaples beberapa dokumen, sehingga ia telat pulang. Tepat sebelum adzan maghrib, Azmi baru sampai di rumah.