Seorang remaja laki-laki yang masih bersekolah SMA terpaksa menerima permintaan sang mommy untuk menikah dadakan dengan anak mantan supirnya. Apakah sang anak akan menerimanya?.
Sedangkan sang mempelai perempuan tidak tahu siapa yang akan menikahinya. Dia sudah tak sadarkan diri ketika ijab qobul itu terjadi.
Entah mimpi apa aku semalam, dari seorang lajang sekarang sudah beristri.
-Greyvanno Alexander Geraldy
Siapa dia? benarkah suamiku?
-Naretta Andara Ibrahim
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Winda keenandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 3
Keningku berkerut tak bisa memahami maksud wanita itu. Menikah?. Menantu?. Ini maksudnya apa?. Aku semakin bingung.
Melihatku mengerutkan kening, ibuku mulai menjelaskan awal mula kejadian setelah aku pingsan sampai aku tersadar kembali.
Aku melongo sambil membulatkan mata. Kedua tanganku ku gunakan untuk menutup mulutku rapat-rapat, khawatir aku akan kelepasan berteriak. Kepalaku terasa semakin pusing, cekut-cekut.
Bagaimana ini? Aku sudah menikah dengan laki-laki yang belum kuketahui namanya, apalagi wajahnya. Bagaimana aku ingin mengejar cita-citaku jika aku sudah menikah?. Pikiran-pikiran tentang masa depan semakin berkelebat di pikran. Hingga suara ibuku menyadarkanku.
"Ta, Bu Nadia dan Pak Evan ini sangat baik, putranya juga sangat baik. Jadi, kamu tidak usah khawatir." Kata ibu sambil mengusap pelan rambutku yang berantakan.
Bu Nadia? Pak Evan? Ah iya. Beliau adalah majikan bapak yang sangat baik. Aku mulai memahaminya. Lalu, apakah ini berarti aku menikah dengan putra semata wayangnya? Ah tidak mungkin. Aku belum pernah bertemu dengannya, karena sejak dulu dia tinggal di luar negeri. Aku menutup mulutku kembali sambil melirik wanita yang duduk di sampingku ini.
Melihat keterkejutanku, Bu Nadia menarik kedua tanganku dari mulutku sambil tersenyum manis. Ah, cantik sekali mertuaku ini. Ups mertua.
"Naretta, mulai sekarang kamu akan menjadi anak Mommy dan Daddy. Mommy berjanji, kami tidak akan membedakan anak dan menantu, jadi kamu tidak usah khawatir." Katanya sambil mengusap rambutku. "Kamu juga tidak usah khawatir dengan keinginanmu di masa depan. Meskipun sudah menikah, kami akan terus mendukung dan berusaha sebisa mungkin untuk mewujudkan cita-citamu." Lanjutnya.
Aku berusaha mencerna semua yang terjadi ini pelan-pelan. Kupandangi wajah wanita yang masih sangat cantik di sampingku ini. Ku perhatikan usianya mungkin tak lebih dari empat puluh tahun. Dia masih setia membelai kedua bahuku sambil tersenyum. Tak ada raut kebohongan di wajahnya.
Ku alihkan pandangan kepada ibuk dan bulik Asih, keduanya tersenyum dan mengangguk. Entah kenapa seketika hatiku terasa sejuk. Rasanya seperti saat mendapat air segar ketika dahaga yang hebat melanda. Nyeesss.
Aku kembali menoleh kepada Bu Nadia yang sekarang telah menjadi mertuaku. Wajahnya seperti menyiratkan sebuah harapan. Aku pun mengangguk dan berusaha tersenyum. Seketika Bu Nadia memelukku dengan sangat erat.
"Terima kasih, sayang. Mulai hari ini kamu adalah putri Mommy. Mommy sangat bahagia." Ujarnya dengan masih memelukku erat.
"I-iya Bu." Jawabku terbata-bata. Aku masih berusaha meyakinkan hatiku jika ini bukan mimpi.
"Kok ibu lagi, sih. Mommy, mulai sekarang kamu harus memanggil Mommy." Katanya lagi sambil melepaskan pelukannya.
Aku masih belum terbiasa dengan panggilan itu. Namun, aku berusaha untuk menghormatinya. Aku pun mengangguk. "I-iya Mom." Kataku kemudian.
Mommy kelihatan senang sekali. "Baiklah, karena kamu sudah baikan, aku akan meminta mbak-mbak perias untuk membenahi make upnya. Setelah itu, kita bisa mengabadikan moment bahagia ini." Katanya sambil membelai pipiku sebelum beranjak pergi keluar kamar.
Beberapa saat kemudian mbak-mbak perias yang tadi pagi meriasku meminta izin masuk kamar. Mereka segera membenahi make up dan hiasan rambutku yang berantakan. Aku hanya bisa pasrah.
Bismillah. Ya Allah, jika ini sudah menjadi takdirku, aku ikhlas. Jadikan pernikahan ini sakinah, mawaddah, warrahmah serta menjadi pernikahan pertama dan terakhir bagiku. Aamiin. Doaku dalam hati.
Retta POV end
Sementara itu, di luar kamar Mommy tengah berbicara dengan Vanno.
"Van, mulai sekarang kamu sudah menjadi seorang suami. Kamu harus bisa lebih bertanggung jawab. Ada satu orang lagi yang harus kamu jaga, kamu lindungi dan kamu nafkahi. Kamu sudah tidak bisa seenaknya lagi keluar malam atau nongkrong dengan teman-temanmu itu." Kata Mommy sambil mengusap kedua lenganku.
"Mommy kan yang memaksaku melakukan ini. Ini bukan keinginanku Mom. Aku masih sekolah, masih ingin menghabiskan masa remajaku, masih ingin mewujudkan mimpi-mimpiku." Kata Vanno setengah berteriak.
Mommy mendengus. Dia tahu Vanno itu memang keras kepala, tapi sebenarnya dia sangat menyayangi kedua orang tuanya. Melihat Vanno masih emosi, Mommy berusaha menenangkannya dengan berkata lebih lembut.
"Mommy tahu Van, tapi pernikahan bukan menjadi suatu halangan untuk mewujudkan mimpi-mimpi kamu. Kamu bisa terus mengejar mimpi kamu. Kamu masih bisa sekolah, sekaligus kuliah." Kata Mommy sambil menangkup kedua pipi Vanno. "Justru dengan menikah kamu bisa tambah semangat beraktifitas nanti." Lanjut Mommy sambil tersenyum jahil.
Vanno mendengus kesal. Dia merasa pasrah. Tak akan pernah menang memang melawan Mommynya ini. Bahkan, Daddynya pun akan langsung kicep jika berdebat dengan Mommy.
Melihat Vanno sudah mulai pasrah, Mommy segera memeluk sekilas Vanno dan berkata, "Tunggu sebentar, Mommy akan panggilkan istri kamu. Kita bisa mengabadikan moment bahagia ini." Katanya sambil melepas pelukan dan berjalan menuju kamar.
Vanno POV
Aku benar-benar pusing. Entah mimpi apa aku semalam, dari seorang lajang sekarang sudah beristri. Bagaimana aku akan menjalani hari-hariku ke depannya. Kepalaku terasa ikut berputar. Kuhela nafas dalam-dalam dan menghembuskannya.
Bismillah. Gusti, jika ini sudah menjadi kehendak Mu, mantabkan dan yakinkan hati ini, bimbinglah keluargaku ke jalan Mu. Jadikan keluargaku sakinah, mawaddah, warrahmah. Aamiin. Doaku dalam hati.
Suara berisik di ruang tamu menyadarkan lamunanku. Aku menoleh dan berjalan pelan menuju ruang tamu. Seketika pandanganku tertuju pada seorang gadis memakai kebaya putih tengah menunduk di dekat pintu.
Deg.
Entah kenapa jantungku berdetak dengan cepat dan nafasku menjadi seakan memburu.
Rasa apa ini? Aku sama sekali belum pernah merasakan perasaan seperti ini. Diakah istriku? Tanyaku dalam hati.
Gadis itu masih menundukkan kepala. Kulihat di dahi sebelah kiri ada plester penutup luka yang kuyakini bekas benturan tadi. Aku bingung harus melakukan apa.
Kulirik Mommy yang berdiri di sampingnya. Bertanya melalui tatapan mata. Seolah mengerti, Mommy berjalan mendekatiku.
"Van, ini istrimu. Kalian sudah sah menjadi suami istri. Mommy harap kamu bisa menjadi suami yang bertanggung jawab untuk Retta, Imam yang baik untuk keluarga, dan ayah yang bisa diandalkan oleh anak-anakmu nanti." Kata Mommy yang langsung membuat beberapa orang disana tertawa lirih.
Mommy ini bisa-bisanya berpikir sampai ke arah situ. Aku mendengus sebal. Kulirik gadis di depanku sedang gugup. Mungkin karena perkataan Mommy.
"Baiklah, apa kita bisa mulai mengambil gambar sekarang Bu?" Interupsi seorang laki-laki yang kuyakini dia seorang fotografer.
"Ah.. iya bisa. Ayo, kita mulai sekarang." Kata Mommy sambil menarik lenganku.
Mommy membawaku mendekati istriku. Ah istri. Aku harus terbiasa dengan sebutan itu sekarang.
Vanno POV end.
Mommy mengarahkan berbagai pose kepada Vanno dan Retta. Awalnya mereka merasa canggung, tapi lama kelamaan mereka mulai terbiasa. Berbagai pose mesra diarahkan Mommy. Vanno sempat menolak karena harus berpose mengangkat Retta sambil dicium pipinya. Vanno dan Retta merasa malu berpose seperti itu.
Setelah acara foto selesai, Retta segera berkemas karena harus ikut Vanno dan Mommy pulang. Dia juga tidak mungkin tinggal di rumah kakeknya, sementara sekolahnya jauh dari rumah kakeknya itu, dan lumayan dekat dengan rumah Vanno.
Setelah acara perpisahan yang diiringi isak tangis, disinilah mereka berada, di dalam mobil menuju rumah Vanno. Dengan Vanno yang menyetir, sementara Mommy dan Retta duduk di belakang bercerita kesana kemari.
Vanno sudah seperti supir yang tidak dianggap. Dia hanya bisa mendengus kesal.
\=\=\=\=\=
Masih mau next partnya?
Keuwuan Vanno dan Retta bakal dimulai ini
Jangan lupa kasih dukungan dong..😉😉