Mendadak Istri
Kabut pagi masih setia menyelimuti rumah bercat putih itu. Suara burung berkicau turut menemani pagi itu. Seorang anak laki-laki masih setia bergelung dibawah selimut pagi itu sejak setelah sholat subuh.
"Van, cepetan bangun!" Seru seorang wanita sambil menggoyang-goyang badan laki-laki itu.
"Hhhmmm.. nanti ah Mom, sebentar lagi." Jawabnya sambil merapatkan kembali selimutnya yang berhasil ditarik oleh sang Mommy.
"Bangun sekarang atau Mommy akan memandikanmu di atas kasur ini!" Lanjut sang Mommy.
Vanno mendengus sambil menggeliat. Mommynya akan benar-benar melaksanakan apa yang dikatakannya.
"Ada apa sih Mom?. Hari ini Sabtu, dan ini masih pagi." Vanno bersandar di kepala ranjang sambil memperhatikan Mommynya yang sedang memilih baju.
"Hari ini temeni Mommy menghadiri pernikahan anaknya Pak Yusuf. Daddymu kan belum pulang."
Vanno mendelik melihat sang Mommy.
"Nggak mau Mom, Vanno ada janji dengan Axcell hari ini." Kata Vanno sambil merapatkan kembali selimutnya.
"Nggak ada janji-janjian. Pokoknya hari ini temeni Mommy." Kata sang Mommy sambil memberikan 1 stell pakaian kepada Vanno. "Nanti pakai ini. Sekarang mandi dan segera turun. Mommy tunggu di bawah." Lanjutnya lagi sambil melenggang keluar kamar.
Vanno mendengus kesal, namun tetap turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi. Setengah jam berlalu, Vanno turun dan segera sarapan.
Pukul 08.10 pagi Vanno dan Mommy berangkat menuju rumah keluarga pak yusuf yang berada di kota sebelah.
Setelah hampir dua jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah keluarga pak Yusuf.
"Mom, ini bener rumahnya?, kok sepi begini." Tanya Vanno sambil menurunkan hadiah.
Mommy melihat sekeliling dan memang benar lumayan sepi, tidak seperti ada hajatan. "Iya benar ini rumahnya. Mommy yakin karena ada mushola dua lantai itu di seberang jalan." Jawab Mommy sambil menunjuk mushola yang dimaksud.
Mereka berjalan menuju rumah yang dimaksud Mommy. Baru beberapa langkah, mereka dikejutkan oleh panggilan seseorang.
"Bu Nadia!" Seru seorang wanita sambil melambai-lambaikan tangannya.
Vanno dan Mommy menoleh bersamaan. Mommy mengernyitkan keningnya sambil mencoba mengingat siapa wanita yang memanggilnya itu.
Wanita itu berjalan semakin cepat sambil tersenyum lebar. Seketika Mommy mengingat senyuman itu.
"Mbak Asih ya?. Masya Allah, maaf Mbak saya sempat lupa tadi." Kata Mommy sambil merentangkan kedua tangan untuk memeluk wanita itu. Kedua wanita itu saling bertanya kabar dan menceritakan keluarga masing-masing.
"Jadi, bagaimana cerita sebenarnya Mbak?" tanya Mommy setelah mereka duduk di atas pohon yang tumbang.
Hhhffff… Mbak Asih menghela napas berat sebelum menjawab pertanyaan Mommy. "Mas Yusuf terpaksa menikahkan Retta dengan Pak Kurdi Bu, jika tidak mau maka rumah mas Yusuf satu-satunya akan diambil." Mbak Asih mengusap ujung matanya yang mulai berkaca-kaca. "Mas Yusuf mempunyai hutang kepada pak Kurdi untuk biaya pengobatan kedua orang tuanya yang kecelakaan dua tahun lalu. Mas Yusuf berniat menjual tanahnya untuk biaya pengobatan, tapi dia ditipu oleh adik angkatnya dan membawa lari semua uang hasil penjualan tanah. Karena waktu itu sangat mendesak, akhirnya dengan terpaksa Mas Yusuf meminjam uang kepada Pak Kurdi." Lanjutnya sambil terisak.
Mommy sangat terkejut mendengar penjelasan Mbak Asih.
"Kenapa Pak Yusuf nggak bilang sama saya atau Mas Evan jika membutuhkan biaya Mbak?, mungkin kejadiannya tidak seperti ini." Mommy kelihatan sangat gusar.
"Waktu itu sempat mau meminta bantuan Bu Nadia dan Pak Evan, tapi Mbak Ayu melarang karena sudah terlalu banyak merepotkan kalian." Jawab Mbak Asih.
"Merepotkan bagaimana, kita sudah anggap Pak Yusuf dan keluarganya seperti keluarga kami sendiri." Kata Mommy.
"Sudahlah Bu, semua juga sudah terjadi. Mungkin ini takdir …."
Belum sempat Mbak Asih menyelesaikan perkataannya terdengar suara beberapa klakson kendaraan.
Tin... tin… tin.
Beberapa orang berpakaian hitam terlihat menuruni tiga kendaraan hitam tersebut. Disusul seorang laki-laki paruh baya memakai jas putih turun dari kendaraan tersebut. Vanno memperhatikan aktifitas beberapa orang tersebut sampai mereka masuk ke dalam rumah keluarga Pak Yusuf.
"Itu tadi yang memakai jas putih namanya Pak kurdi yang akan menikah dengan Retta." Kata Mbak Asih sambil berdiri. "Mari Bu, saya antar ke rumah Mas Yusuf. Kita lewat pintu belakang saja." Lanjutnya.
Vanno dan Mommy mengikuti Mbak Asih menuju rumah Pak Yusuf. Kami melewati gang sempit di samping rumah tetangganya Pak Yusuf, kemudian berbelok hingga sampai di bagian dapur rumah keluarga Pak Yusuf.
Ketika mereka masuk melalui pintu samping dapur, sayup-sayup terdengar suara tangisan dari dalam kamar. Belum sempat Mommy bertanya kepada Mbak Asih tiba-tiba terdengar suara teriakan dari luar.
"Papaaaaaaa… keluar kamu! Kurang aj*r kamu berani menikah lagi. Mau aku sunat itu cacing dan ku berikan untuk makanan si Kremi hah." Teriak seorang perempuan dari luar rumah.
Keributan itu membuat keadaan rumah semakin kacau. Di ruang tamu terdengar suara berisik dan gaduh. Vanno, Mommy dan Mbak Asih saling pandang. Mereka bingung.
"Papaaaa…." Teriak seorang perempuan lagi, tapi suaranya berbeda. "Jika kamu tidak keluar dalam hitungan kelima, jangan salahkan jika kami berempat akan menyeret papa secara paksa." Lanjut sang perempuan.
Satu….. dua….. tiga….. empat….. lima.
Bahkan sampai hitungan kelima si empunya nama tak juga keluar. Hingga suara ribut-ribut semakin jelas. Mbak Asih mengintip lewat pintu dapur, seketika bibirnya melongo dengan mata membulat.
Mommy penasaran dengan apa yang dilihatnya pun bertanya.
"Ada apa Mbak?, siapa mereka?"
"Mereka adalah keempat istri Pak Kurdi." Jawab Mbak Asih sambil terus memperhatikan keadaan di luar. "Retta akan dijadikan istri kelima oleh tua bangka itu." Lanjut Mbak Asih.
"Apaa?!" Vanno dan Mommy kompak berteriak.
Bagaimana bisa aki-aki menjadikan gadis remaja istri kelimanya, ini tidak bisa dibiarkan. Batin Mommy.
Belum selesai dengan keterkejutan masing-masing terdengar suara yang lebih memilukan. Suara pukulan, tamp*ran dan tangisan menyelimuti ruang tamu. Terdengar suara seseorang memohon sambil terisak. Tak lama kemudian terdengar teriakan.
"Rettaaaa….."
Mbak Asih, Mommy dan Vanno segera berlari menuju ruang depan. Terlihat beberapa orang disana. Wajah-wajah pria berbaju hitam tadi terlihat ketakutan sambil menunduk, sementara si aki-aki tua yang tak lain adalah Pak Kurdi terlihat duduk bersimpuh di bawah kaki seorang wanita.
Sementara seorang wanita tengah memeluk seseorang yang tengah tergeletak. Pelipisnya terlihat berdarah, mungkin terkena benturan.
Mommy, Mbak Asih dan beberapa ibu-ibu ikut membantu membantu memindahkan gadis itu ke dalam kamar.
"Pak Yusuf, anda benar-benar tidak tahu diri. Anda sudah saya bantu dengan meminjami uang untuk biaya pengobatan orang tua anda bukannya membayar tapi malah menikahkan sang anak untuk membayar hutang. Cuiihh… Tidak tahu malu." Hardik wanita yang paling tua. "Dan kamu Pa, tidak bosan-bosannya melakukan ini lagi. Berapa kali kami peringatkan untuk tidak menikah lagi, tapi masih saja dilakukan." Lanjutnya lagi sambil menunjuk-nunjuk si aki-aki tua.
"Kamu itu masih beruntung Pa, memiliki kami istri yang mau menerima kamu, tapi apa yang kamu lakukan Pa, kamu selalu mengulangi kesalahan yang sama. Hari ini bersiap-siaplah untuk suntik agar si cacing tidak bisa hidup lagi." Kata wanita yang usianya lebih muda.
"Apaaaaa….."
\=\=\=\=\=\=
Mohon maaf masih belajar menulis cerita...
Lanjut nggak ini?🤗🤗
Bisa mampir di cerita othor yang lainnya ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 272 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trusceria
2024-03-27
0
Indah Milayati
dulu pernah baca,,baca ulang ah
2023-07-26
1
Endang thin
hallo kak othor, q datang lg😁😁😁 salam kenal dr Klaten kak🙊✌✌✌
2022-07-14
1