Impian Yang Pupus

"Aku harus kabari mama dulu." batin Nurul saat berbaring di atas kasur. Janah sudah keluar makan siang dengan kekasihnya, sedang Nurul belum sempat makan.

"[Mam, sudah sampai dimana?]" tanyanya melalui pesan.

"[Masih jauh dari rumah, kamu hati-hati di kos]" balas mama. Nurul tersenyum melihat pesan mama yang perhatian. Meski kecil tapi sungguh berarti baginya.

"[Iya mamaku sayang]" balas Nurul.

Saat malam pun tiba, mama baru sampai di rumah. Tidak lupa memberi kabar kepada putrinya. "[Nak, mama sudah sampai di rumah dengan selamat bersama adikmu]".

Meski tengah malam, ternyata Nurul belum tidur. "[Alhamdulillah ma. Oya ma, aku mau izin besok pergi ke rumah kak Dirman ya! Ada kakaknya menikah ma]" ucap Nurul.

Dia sampai was-was menunggu jawaban dari mama melalui pesan. Dia tunggu ternyata mama membalasnya.

"[Iya hati-hati nak]" balas sang mama sebelum beristirahat.

Nurul hanya membaca sekilas tanpa ada niat membalasnya. Dia bahagia mama mengizinkannya. Dia akan mengirim pesan esok hari lagi, pikirnya.

Akhirnya Nurul dan Janah tidur dengan lelap, mengarungi mimpi mereka masing-masing.

***

Paginya Nurul segera bersiap untuk ikut Dirman ke kampungnya, Nurul mengirim pesan pada mamanya jika ia akan ke kampung kekasihnya.d Mama mengizinkannya, mama pikir Nurul hanya sehari dan tidak bermalam.

"Kamu beneran pergi Nurul?" tanya Janah sambil berkemas. Nurul mengangguk, Janah juga berkemas karena akan pergi ke kampung kekasihnya.

"Iya, aku akan pergi karena sudah janji sama kak Dirman. Tapi jujur, aku grogi banget nih mau ketemu keluarganya." gumam Nurul pelan.

Janah hanya tertawa menanggapi ucapan Nurul.

"Okey aku duluan ya, kak Dirman dah menelfon nih." ujarnya pamit karena ponselnya berbunyi.

"Iya hati-hati, baik-baik di rumah camer." ledeknya sambil tertawa.

Nurul cemberut sambil melangkah ke luar kamar, sampai di teras kos Nurul angkat telefon kak Dirman.

"Iya kak." jawabnya sambil celingukan karena Dirman tidak terlihat dari lantai dua.

"Turun sayang, aku sudah di depan pagar nih. Ketahuan ibu kos mu nanti malu." jawabnya sewot.

Dirman memutuskan sambungan telefon secara sepihak, Nurul menuruni tangga perlahan. Setibanya di luar pagar, Dirman menyambut dengan senyuman hangatnya.

"Uh.... Meleleh hatiku sayang." batin Nurul menatap Dirman sekilas lalu memalingkan wajahnya karena malu.

Nurul berdiri tepat di depan Dirman, dengan menenteng tas pakaian yang tidak begitu besar.

"Sayang ada uang kecilmu? Tujuh ribu saja buat beli pulsa." ujarnya.

Nurul mengangguk lalu memberikan uang pas sesuai dengan yang Dirman minta. Dirman berlalu menuju kios penjual pulsa, meningalkan Nurul yang berdiri sendiri.

Nurul hanya menatap kepergian Dirman dengan perasaan entah. Lima belas menit kemudian Dirman kembali lalu mengajak Nurul jalan.

"Ayo jalan, kita naik angkutan umum di depan." ajaknya, Nurul pun mengikut saja. Di depan maksudnya adalah di pinggir jalan raya karena memang kos mereka berada dalam lorong.

Sambil berjalan mereka bercerita tentang perkuliahan Nurul yang lancar, sedang Dirman tertutup perihal pekerjaan dan juga kesehariannya.

Setibanya dipinggir jalan mereka naik mobil angkutan umum. "Tunggu." kata Dirman setelah pintu terbuka bagian depan samping sopir.

Dirman masuk duluan barulah Nurul naik. Begitulah kalau angkutan umum, kursi samping sopir bisa muat dua penumpang. "Lumayan uangnya double." batin Sopir.

"Tadi sudah bawa baju ganti kan??" tanya Dirman.

"Iya kak, berapa malam kita disana?" tanya Nurul berbisik.

"Dua malam, jangan takut karena semua keluarga besarku baik-baik." jawabnya.

Banyak penumpang lain di kursi belakang, mereka berbisik-bisik hingga Nurul mendengar.

"Ish cewek gatel tuh, mau saja diajak ke rumah laki." bisiknya pada temannya sok tahu.

"Urusannya itu, kenapa sewot sih." tegur yang lain.

"Mau dikenalkan sama camer tuh, wah mau juga dong!!" sahut yang lainnya.

Dirman yang mendengar hanya geleng kepala, dia menatap Nurul karena jangan sampai dia tersinggung, pikirnya.

"Gak usah dipikirin." bisiknya, dia dekatkan dirinya pada telinga Nurul untuk berbisik.