Balqis Azzahra Naura atau akrab di sapa Balqis, terpaksa menerima tawaran gila dari seorang pria beristri yang juga CEO di perusahaan tempat dia bekerja sebagai sekretaris. Faaris Zhafran Al-Ghifari, CEO yang diam-diam menyukai sekretaris nya sendiri, saat dia tau gadis itu butuh uang yang tak sedikit, dia memanfaatkan situasi dan membuat gadis itu tak bisa menolak tawaran nya. Tapi setelah melewati malam panas bersama, Faaris menjadi terobsesi dengan Balqis hingga membuat sekretaris nya merangkap juga menjadi pemuas nya. Tapi suatu hal yang tak terduga terjadi, Elma pergi untuk selamanya dan membuat Faaris menyesal karena telah menduakan cinta sang istri. tanpa dia tau kalau Elma dan Balqis memiliki sebuah rahasia yang membuat nya rela menjadi pemuas pria itu. Saat itu juga, Balqis selalu datang memberi semangat untuk Faaris, selalu ada saat pria itu terpuruk membuat Faaris perlahan mulai mencintai Balqis dengan tulus, bukan hanya sekedar nafsu semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rha Anatasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3
Faaris masih memperhatikan bagaimana cara perempuan itu menjelaskan beberapa agenda pekerjaan yang akan dia lakukan hari ini, sebagai perusahaan yang cukup berpengaruh membuat Faaris selalu sibuk setiap hari nya. Tak terkecuali hari ini, begitu banyak jadwal meeting yang harus Faaris hadiri, meski bisa di wakilkan oleh Balqis, tapi tetap saja dia tak bisa berpangku tangan, mengandalkan Balqis saja tak cukup.
"Tuan? Anda melamun?" Tanya Balqis. Dia melambaikan tangan nya di depan wajah Faaris, membuat pria itu terkejut.
"Ya, ada apa Balqis?"
"Apa tuan mendengarkan saya bicara?" Tanya Balqis lagi.
"Memang nya kau bicara apa, Balqis?" Tanya Faaris datar, seolah dia tak punya salah apa-apa dengan tak mendengarkan sekretaris nya bicara.
"Hanya beberapa agenda meeting yang harus anda hadiri hari ini, Tuan." Jawab Balqis.
"Kau tak bosan mengatakan nya setiap hari, Balqis?"
"Tentu tidak tuan, ini tugas saya. Saya bekerja disini sebagai sekretaris yang merangkap sebagai asisten anda, Tuan." Jawab Balqis, membuat Faaris manggut-manggut, benar juga jawaban Balqis.
"Ulangi lagi jadwal ku hari ini, Balqis." Balqis mendelik sebal, bukan salah nya dia sudah membacakan semua nya, tapi bos nya malah bengong. Menyebalkan memang, tapi ini memang tugas nya, dia di gaji untuk ini.
Balqis membacakan kembali agenda meeting hari ini dengan suara cukup keras, agar pria itu tak melamun lagi.
"Nanti setelah makan siang ada rapat penting bersama petinggi perusahaan."
"Ya aku tau, kau bisa pergi Balqis." Usir Faaris. Balqis menganggukan kepala nya dan pergi keluar dari ruangan Faaris, menutup pintu nya dengan pelan. Balqis sendiri kembali berkutat dengan beberapa pekerjaan yang sangat menumpuk, belum lagi harus menemani bos nya itu meeting dengan klien ke berbagai tempat, itu membuat nya cukup kewalahan.
"Hai Balqis, kau sibuk?" Tanya salah satu rekan kerja nya.
"Lumayan put , masih ada data yang harus d rekap. Kenapa?" Tanya Balqis pada wanita yang bernama Alya Putri Azizah itu.
"Enggak, nanti sore luang gak? Kita reunian di cafe Starlight," Ajak Putri, dia memang seangkatan dengan Balqis saat kuliah dulu.
"Belom gajian Put, makanan disana mahal-mahal gak ada uang nya. Lain kali aja aku ikut nya, bilangin sama temen-temen lain ya Put."
"Oke deh kalau begitu, btw keadaan ibu mu bagaimana?" Tanya Putri, dia sudah cukup lama berteman dengan Balqis karena kepribadian nya yang sederhana dan baik hati membuat banyak orang menyukai nya, termasuk Putri.
"Sekarang gapapa Put, kemaren cuma pingsan karena kecapean aja." Jawab Balqis. Dia menceritakan kejadian saat ibu nya tak sadarkan diri saat itu, jadi sedikit banyak Putri tau tentang keadaan ibu Balqis.
"Yaudah, semoga aja kejadian ini gak terulang lagi. Aku ke bilik ku dulu ya, nanti keburu kena semprot."
"Oke Put." Jawab Balqis, dia pun kembali tenggelam dalam pekerjaan nya. Masih ada waktu beberapa jam lagi untuk menghadiri meeting bersama bos nya.
"Pegel juga ini pinggang." Balqis meringis sambil memegangi pinggang nya terasa pegal karena terlalu lama.
"Kau masih lama Balqis?" Suara bariton yang terdengar tak asing, siapa lagi kalau bukan suara Faaris, yang berdiri di ambang pintu dengan tangan yang bersedekap di dada.
"Ahh maaf tuan membuat anda menunggu, pinggang saya agak sakit." Jawab Balqis sambil cengengesan.
"Kau bisa menemani ku ke rapat itu?"
"Bisa tuan, mari." Balqis buru-buru meraih hand cream lalu mengusapkan ke tangan nya.
"Apa yang kau pakai itu Balqis?"
"Ini hanya krim tangan tuan, agar lebih percaya diri saja." Jawab Balqis.
"Kalau begitu ayo, kita sudah terlambat." Ajak Faaris, lalu berjalan mendahului Balqis.
Rapat pun di mulai, Balqis maju ke depan mempresentasikan beberapa produk terbaru yang sebentar lagi akan launching, menjelaskan keunggulan nya di bandingkan produk lain. Faaris terus menatap perempuan itu hampir tak berkedip, dia cukup kagum dengan Balqis yang mampu melakukan beberapa tugas dalam satu hari, tanpa kesalahan.
Singkat nya, rapat itu pun selesai dengan seluruh dewan direksi setuju dengan pendapat dan penjelasan rinci dari Balqis.
"Setelah selesai mengerjakan tugas mu, ke ruangan ku. Ada hal yang perlu aku bicarakan." Perintah Faaris dengan wajah datar nya.
"Baik tuan." Jawab Balqis, dia pun pergi lebih dulu dari ruangan rapat itu, kembali ke bilik nya sendiri, melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda tadi.
Sore hari nya, Balqis sudah menyelesaikan semua pekerjaan nya. Dia merentangkan otot-otot nya yang terasa kaku setelah seharian bergulat dengan keyboard komputer.
"Tuan menyuruh ku ke ruangan nya kan? Kira-kira ada apa?" Gumam Balqis.
"Daripada menerka-nerka sebaiknya aku segera kesana saja, agar tak penasaran juga."
"Ahhh bodoh, aku yang bertanya tapi aku juga yang menjawab nya." Gumam Balqis lagi sambil tergelak pelan, karena karyawan lain sudah hampir pulang semua. Hanya ada beberapa staff yang masih duduk di depan komputer mereka karena kerja lembur.
"Aku duluan ya."
"Udah selesai ya, Balqis?"
"Udah, tapi di panggil ke ruangan bos dulu baru bisa pulang." Jawab Balqis, dia pun segera pamit ke ruangan bos nya.
Balqis mengetuk pintu kaca itu dengan perlahan, tapi tak ada sahutan dari dalam, apa mungkin pria itu tertidur atau dia sudah pulang?
Balqis kembali mengetuk pintu, kali ini terdengar suara yang cukup membuat nya kaget setengah mati, dia merasa terbentak karena pria itu berteriak dari dalam.
"Masuk!"
Balqis masuk dan kembali menutup pintu nya dengan perlahan, dia menunduk tak sanggup menatap wajah pria di hadapan nya. Meski tampan, tapi dia sudah beristri. Lagi pun dia disini hanya untuk pekerjaan, bukan yang lain apalagi melibatkan hati.
"Permisi tuan, tadi anda menyuruh saya kemari. Ada apa?" Tanya Balqis langsung, dia sudah tak nyaman ingin segera pulang dan mandi.
"Tidak ada, aku hanya ingin memberi mu bonus karena sudah membuat penjelasan yang sangat rinci, aku puas dengan kinerja mu." Jawab Faaris, membuat Balqis mengusap dada nya pelan merasa lega, dia kira akan di semprot habis-habisan karena pria itu berwajah datar saat menyuruh nya datang ke ruangan ini.
"Ini untuk mu." Faaris menyodorkan sebuah amplop berwarna coklat, Balqis merasa sedikit sungkan untuk mengambil amplop itu, selama dia bekerja disini, Faaris sering kali memberi nya bonus, bonus mingguan, bulanan, tahunan, bonus akhir tahun dan bonus hari raya.
"Kau tak membutuhkan ini, Balqis? Kau bisa membelikan nya obat ibu mu, gajian masih cukup lama."
"Baik tuan, terimakasih atas kebaikan anda. Kalau begitu saya permisi," Ucap Balqis, dia sangat tak nyaman saat melihat tatapan berbeda dari pria itu.
"Tunggu Balqis, biar aku mengantar mu."
"Tak perlu tuan, terimakasih. Saya akan naik bus," Tolak Balqis halus. Tapi Faaris tak suka penolakan, dia mencekal lengan Balqis hingga membuat perempuan itu berbalik.
Cupp..
Faaris menempelkan bibir nya di bibir mungil berwarna merah ceri itu, Balqis sendiri membulatkan mata nya karena terkejut, dia tak menyangka bos nya itu akan mencium nya.
Faaris masih menempelkan bibir nya, hanya menempelkan nya tanpa melumaat nya. Hanya kecupan tapi bukan kecupan yang singkat. Balqis yang sadar tindakan itu tidaklah benar, langsung melepaskan kecupan Faaris dan segera mengelap bibir nya.
"Tuan, maaf anda jangan melakukan hal di luar batas. Saya permisi," Balqis buru-buru keluar dari ruangan itu meninggalkan Faaris yang masih mematung.
"Sial, kenapa aku bisa kehilangan kendali begini?" Faaris merutuki diri nya sendiri, kenapa bisa dia mengecup Balqis?
****