NovelToon NovelToon
BETWEEN THE NUMBERS

BETWEEN THE NUMBERS

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / BTS / Cinta pada Pandangan Pertama / Office Romance
Popularitas:659
Nilai: 5
Nama Author: timio

Satu digit, dua, tiga, empat, lima, hingga sejuta digit pun tidak akan mampu menjelaskan berapa banyak cinta yang ku terima. Aku menemukanmu diantara angka-angka dan lembar kertas, kau menemukanku di sela kata dan paragraf, dua hal yang berbeda tapi cukup kuat untuk mengikat kita berdua.

Rachel...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

First Day

Numbers pusat dikelola sepenuhnya oleh Vano, sementara Margareth lebih fokus di luar kota untuk membuka cabang baru. Mereka Jarang Bertemu, bahkan saling mengabari hanya karena ada sesuatu yang penting atau sesuatu terjadi di Numbers.

Hari baru bagi gadis itu pun dimulai, pagi hari yang cerah, Rachel muncul di depan number yang bergedung tinggi, Iya tersenyum dan merasa bangga bisa bekerja di sana.

Tap tap temukan kecil di bahunya, Rachel menoleh ternyata dia seorang wanita yang mungkin berusia sama dengannya.

"karyawan baru ya? ", tanyanya dengan girang.

"Oh iya Mbak, Rachel." jawabnya sambil menyodorkan tangannya.

"Mikhaela, panggil aja Mikha."

"Kamu bagian apa?."

"Aku administrasi, di lantai 1."

"Wah enak dong, betis kamu nggak pegel. Aku di lantai 4, asistennya Kak Vano." jawab Rachel dengan enteng.

Seketika mata Mikha membulat, kenapa tiba-tiba direktur yang terkenal sangat dingin itu membutuhkan seorang asisten, sungguh ini sesuatu yang sangat langka.

"Mau lantai 100 juga kaki kamu nggak akan pegel Rachel, toh kamu juga naik lift bukan manjat tangga. Beruntung banget kamu bisa bareng Kak Vano."

"Beruntung?".

"Iya Kak Vano itu spek kulkas incaran cewek satu gedung Rachel, ya Jadi kamu paham lah maksud aku itu kayak apa hehe."

"Mmm, termasuk kamu? ", goda Rachel.

"Yeeee enggak ya, aku nggak ikutan, tipe aku lain, aku udah punya pacar." jawab Mikha.

"Hehehe, Sebenarnya aku nggak tahu loh ini harus ke mana, apa aku ke ruangannya Kak Vano lagi aja ya? ", tanya Rachel ragu.

"Wah kalau yang itu aku juga nggak tahu, masa sih kamu nggak dikabarin Ruangannya di mana?".

"Iya, Mikh, kak Vano emang nggak bilang apa-apa sebelumnya, dan begonya aku juga nggak nanya. "

"Astaga Rachel, Kamu duduk di situ dulu deh, Ntar lagi Kak Vano pasti datang." seru Mikha sambil menunjuk sofa panjang di ruang tunggu. Rachel celingak celinguk dan sedikit canggung di hari pertamanya ini. Heran juga kenapa sang direktur Tampan itu tidak memberinya instruksi dengan jelas, dan bodohnya Ia juga tidak bertanya sama sekali.

Mikhaela

Hampir 20 menit lamanya ia menunggu Vano tak kunjung datang juga, ia mulai bosan dan melangkah ke koridor depan dan mondar-mandir di sana. Sejenak ia mengagumi Bagaimana luasnya numbers Institute ini, dan betapa kayanya pemilik perusahaan pendidikan ini.

"Rachel? ", seru seseorang di belakangnya. Nada suaranya terdengar menunjukkan ketidakyakinannya akan apa yang ia lihat, ada bunyi ragu-ragu di sana.

"Sam? ", begitupun juga Rachel sangat tidak menyangka Siapa yang sedang berdiri di depannya ini dan perlahan melangkah menghampirinya.

"Ka-kamu kerja disini?".

"iya, ini hari pertama aku. "

"Wah, kita pasti bakal sering ketemu nantinya. " senyum sumringah pria itu.

"Kamu kerja di sini juga? ", mata Rachel membulat sempurna tidak percaya apa yang pria itu katakan.

"Enggak di sini banget sih, tapi aku juga bagian numbers, aku tim pengawas jadi aku bakal sering mantau ke sini." jelas Sam.

"Hmmm, bagus deh."

"Kenapa bagus?", Sam mulai menunjukkan senyum saltingnya.

"Ngg, ngga papa, bagus aja, hehe." balas Rachel pendek, dan kini mereka berdua saling berpandangan satu sama lain Dan Tersenyum.

"Rachel... ", seru Vano dari arah lain, wajahnya sedikit datar dan nada suaranya tidak seramah kemarin.

"Iya Kak." Rachel langsung Sigap buru-buru menghampiri Vano.

"Ayo, ikut aku."

Nada suaranya benar-benar dingin, dalam, membuat Rachel sedikit takut. Sangat berbeda dengan pria yang kemarin ditemuinya.

"B-baik kak."

Lalu Rachel mengikutinya dari belakang, dan sempat-sempatnya ia melambai-lambaikan tangannya kepada Sam untuk mengucapkan sampai jumpa, dan Sam juga melambai balik dengan tatapan penuh arti.

🍀🍀

Di ruangan direktur

Note : Ws kepanjangan Work Sheet - lembar kerja.

Rachel mengikuti Vano hingga ke kantornya, terlihat sudah dibuatkan sekat pendek dari lemari buku yang ditata rapi di antara dua meja.

"Woah... Kita kerja sebelahan maksudnya?". Batin Rachel.

"Rachel."

"Iya, kak."

"Itu meja kamu, tepat di sebelah aku. Semoga kamu bisa bekerja dengan nyaman. Karena kamu asisten pengajar, Jadi selama tiga bulan kedepan cukup Ikuti aku ke setiap kelas, ini adalah masa training kamu. Selama itu juga kamu harus sigap dan ikuti semua arahan aku. " jelas Vano yang nada suaranya kembali ramah.

"Baik, kak. "

"Untuk hari ini kamu memprediksi dan menghitung jumlah worksheet yang akan kita order, dan yang akan habis dalam waktu 2 minggu, supaya mengucapkannya lebih mudah kita sebut aja ws ya."

Lalu Vano menjelaskan apa itu worksheet, dan segala rinciannya, bagaimana, Seperti apa cara mengatasi segala kesulitan yang mungkin terjadi. Rachel antusias mendengarkan Vano, keningnya berkerut ketika sedang serius. Diam-diam Vano agak gemas melihat makhluk imut dihadapannya ini.

"Jadi maksud Kak Vano itu, setiap siswa estimasi pemakaian Ws nya sebulannya 30 set gitu ya? ", tanya Rachel membolak balik badan yang diberikan Vano.

"Iya benar, nggak semua siswa sih harus 30 Ws, karena nggak semua siswa itu sama, ada yang males ada juga yang memang nggak sanggup. Jadi total ws-nya dikurangi." tambah Vano.

"Oke Kak, aku ngerti. Boleh aku mulai sekarang? ", tanya Rachel dengan semangatnya.

"Sekarang banget? ", malah Vano yang bingung.

"Iya, dimana Ws nya? ".

"Di lantai 2, paling ujung sebelah kiri nanti ada pintu merah, langsung ada tandanya kok."

"Lantai 2 pintu merah paling ujung sebelah kiri ada tanda, Oke Kak." semangat Rachel dengan senyumnya dan langsung melangkah mendekati pintu.

"Rachel... ", Vano mencegahnya ketika hampir mendekati pintu. "Ini, kamu pakai iPad ini supaya penghitungannya lebih mudah."

Rachel menerima iPad itu lalu berlalu begitu saja. Seperginya gadis bertubuh kecil itu, Vano melanjutkan pekerjaannya, ia agak terpesona melihat Rachel yang kelihatannya cepat sekali mengerti sistem yang ia kenalkan.

"Dan? Kenapa pula ia harus kenal dengan Samuel?", batinnya.

Revano anggasta terkenal akan ketampanannya, kepintarannya dan sikap wibawanya. Image coolnya yang selalu menjaga jarak dengan para karyawan membuatnya sangat disegani. Ia tegas tapi tidak mengekang ataupun kasar, membuat para karyawannya sangat menghormatinya.

Ia terbiasa makan siang sendirian di kantornya dan hari ini ia sudah memesan dua porsi makan siang dan berencana akan makan di sana bersama Rachel. Waktu makan Siang pun tiba tapi Rachel tidak kembali ke kantornya.

"Kok dia nggak balik-balik ya? ", tanya Vano sendirian.

Sementara Rachel ternyata sudah berada di kantin bersama Mikha, teman barunya yang ditemuinya pagi ini. Meja lebar mereka diisi empat orang dan menyisakan satu kursi kosong. Sembari makan siang mereka berbincang, Mungkin sedikit basa-basi perkenalan karena Rachel adalah orang baru, dan sesekali mereka menertawai sesuatu.

Handphone Rachel berdering, dan nomor tanpa nama kontak muncul di layarnya.

📞 Rachel : Halo? Siapa ini?

📞406** : Rachel, ini Vano.

📞 Rachel : Oh, ma- maaf kak,aku nggak tahu nomor kakak.

📞406** : Iya nggak papa. Kamu di mana Masih di gudang Ws kah?

📞 Rachel : Enggak kak, aku udah di kantin, tadi pas jam makan siang Mikha jemput aku.

📞406** : jadi kamu udah makan siang?

Nada suaranya agak panik.

📞Rachel : Iya Kak ini lagi makan bareng, aku perlu naik sekarang, Sebentar ya Kak, ini aku mau naik."

📞 Vano : nggak Rachel, kamu Terusin aja makanya.

Bip

Telepon terputus.

Rachel menaikkan satu alisnya pertanda ia bingung. Random sekali bosnya ini. Tak lama berselang, tawa mereka dan perbincangan yang seru itu tiba-tiba berhenti, semua mata mereka tertuju pada sesuatu di belakang Rachel.

"Ada apa? ", tanya Rachel ikut bingung dan menoleh.

Jreng....

Ternyata Vano sudah berdiri di belakangnya dan menenteng makan siang yang tadi dibelinya.

"Kak Vano, duduk sini Kak... ", girang Rachel sambil menarik sebuah kursi kosong yang tadi memang berada di sampingnya.

Berbeda dengan Rachel yang kelihatan senang didatangi Vano, teman-temannya yang lain justru tiba-tiba menegang, sungguh hal yang aneh dan langka, Ini pertama kalinya. Rachel merasakan atmosfer yang berbeda semenjak Vano datang ke meja mereka, bahkan suasana kantin yang tadinya riuh berubah menjadi sedikit hening, lebih tepatnya seperti suara yang ditahan. Meja mereka yang tadinya diisi canda tawa berubah jadi tenang dan fokus ke makanan masing-masing. Gaya makan yang tadinya demokrasi berubah menjadi gaya makan sok elegan.

Yang paling mengherankannya adalah mereka semua selesai bersamaan, kecuali Rachel. Gadis itu masih menikmati makanannya dengan tenang meskipun Vano tepat berada di sampingnya.

"Kak Vano, Rachel... Kita semua duluan ya", Seru salah satu dari mereka sebagai perwakilan.

Rachel hanya melambai Dan Tersenyum, Vano hanya menganggukan kepalanya. Sekarang pria itu malah curi-curi pandang memandang Rachel yang tidak merasa asing atau kaku akan kehadirannya.

"Kak. " seru Rachel tiba-tiba.

"Hmm? ".

"Mereka Kok jadi aneh gitu ya, padahal kan Kak Vano enggak galak, nggak bossy juga, tapi kok pada ketakutan gitu ya? Mereka atau aku sih yang aneh. " Celetuk Rachel, sementara Vano hanya terkekeh menanggapi protesan Rachel.

🍀🍀

Hari pertama yang ia lalui hari ini tidak terlalu sulit, atasannya mengajarinya dengan sabar, sehingga ia dengan percaya diri melanjutkan pekerjaannya meskipun tidak langsung sempurna. Dalam hati ia mengagumi pria yang menjadi partnernya itu, sudah tampan, soft spoken, manly, minusnya hanya satu agak dingin, spek kulkas ceunah.

"Rachel... ", seru Mikha berlarian mengejarnya yang sudah mendekati gerbang.

"Mikh, mau pulang juga ya?".

"Iya nih, eh, kak Vano kamu apain tuh? ", tanya Mikha dengan senyum aneh.

"Maksudnya? ".

"Ooh, kayaknya kamu memang nggak tahu apa apa deh. Aku udah 2 tahun kerja di numbers, dan selama itu juga nggak sekalipun Kak Vano berbaur sama karyawannya, apalagi sampai makan siang bareng, bukan cuma aku yang bilang Bahkan senior-senior aku juga ngomongin hal yang sama."

"Masa sih Mikh, Kak Vano segitunya? ", heran Rachel.

"Masih Hari pertama kerja loh, impact kamu segitunya, gimana sebulan, setahun, oww... Ciee ciee... ", goda Mikha.

"Dih. Yuk balik. Aku ke arah sana."

"Sama dong, hayuk."

Keduanya pulang dengan candaan dan saling ejek satu sama lain. Kepribadian Mikhaela yang ceria dan berisik, sedangkan Rachel yang sedikit lebih diam, tapi mereka cocok satu sama lain. Mereka berpisah karena menaiki bus yang berbeda. Vano memperhatikan Rachel dari kejauhan.

"Pak Yoo, cari tahu tentang gadis itu dan juga Apa hubungannya dengan kepala pengawas, Samuel Kim. "

"Baik, Tuan muda."

Samuel Kim

.

.

.

Bagaimana yeorobun? Like and Vote ya💜

TBC... 💜

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!