Shakila Anara Ainur adalah gadis yang sedang dalam proses hijrah.
Demi memenuhi permintaan wanita yang sedang berjuang melawan penyakitnya, Shakila terpaksa menjadi istri kedua dai muda bernama Abian Devan Sanjaya.
Bagaimana kehidupan Shakila setelah menikahi Abian? ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 : Memohon petunjuk Allah
Melihat Shakila berdiam diri di tempatnya, Abian langsung memahami sesuatu.
"Saya tidak tahu apa yang ingin istri saya bicarakan, tapi jika berkenan tolong temui istri saya walau hanya sebentar," kalimat halus itu berhasil meluluhkan Shakila dan membuat Shakila mengiyakannya.
"Baiklah, saya akan bicara dengan istri Anda," ucap Shakila setuju menemui Zahra.
Selain karena Zahra ingin membicarakan sesuatu dengannya, Shakila juga ingin melihat keadaan Zahra dan ingin melihat separah apa sebenarnya penyakit yang diderita oleh wanita itu.
Shakila tidak bermaksud apa-apa saat meminta Zahra untuk tidak berputus asa dengan rahmat Allah SWT. Ia sadar ilmunya masih jauh lebih sedikit dibandingkan Zahra yang sudah mendalami ilmu agama.
Tujuan Shakila hanya supaya Zahra berhenti berpikir untuk menjadikan Shakila istri kedua Abian. Karena Shakila yakin Zahra bisa sembuh jika berikhtiar dan berdoa kepada Allah SWT.
Shakila pikir hanya akan bicara berdua dengan Zahra. Tapi ternyata Abian ikut masuk dan ikut terlibat dengan pembicaraan mereka.
"Duduklah disini, Shakila," Zahra melirik kearah kursi yang ada disamping ranjangnya, meminta Shakila untuk duduk di kursi itu.
Shakila langsung menuruti permintaan Zahra dan duduk disana, "bagaimana keadaan Anda, mba?"
Shakila tidak bermaksud sok akrab. Ia memanggil Zahra dengan embel-embel mba hanya sebagai rasa hormatnya terhadap Zahra.
"Alhamdulillah, aku sudah baikan. Maaf sudah membuat keributan di butik kamu," Zahra memegangi kedua tangan Shakila dan tersenyum tulus dibalik cadar yang dikenakannya.
Zahra bisa bersikap seperti itu pada orang yang baru ditemuinya hari ini karena mereka berdua sesama umat muslim, penganut agama islam. Dalam agama mereka, sesama umat muslim bersaudara tanpa mengenal suku ataupun ras.
"Tidak apa-apa, mba. Alhamdulillah kalau mba sudah merasa baikan. Saya ikut senang mendengarnya," Shakila mengusap lengan Zahra. Berharap hal itu dapat memberikan semangat untuk Zahra yang sedang berjuang dengan penyakitnya.
Shakila ingin menanyakan penyakit apa yang Zahra derita, tapi Ia tidak memiliki keberanian untuk itu. Lagipula, Shakila tidak memiliki hak untuk bertanya.
Zahra kembali tersenyum. Tidak lupa Zahra juga mengucapkan terimakasihnya untuk Shakila, "terimakasih ya."
Zahra tidak salah menilai orang. Perempuan yang tidak pernah memposting dirinya dan hanya memposting kutipan-kutipan untuk mempromosikan novelnya di sosial media ini adalah perempuan yang baik.
Zahra tidak mungkin gegabah ingin menikahkan suaminya dengan perempuan lain. Sebelum meminta Shakila menikah dengan suaminya, Zahra sudah lebih dulu mencari tahu tentang Shakila di sosial media.
Shakila Anara Ainur adalah penulis novel bertema islami yang karyanya berhasil menyentuh hati para pembacanya. Banyak yang penasaran dengan wajah Shakila, tapi Shakila tidak pernah menunjukkan wajahnya di sosial media manapun.
Zahra salah satu orang yang mengagumi karya Shakila, dan kekaguman Zahra bertambah setelah Zahra tahu bahwa Shakila gadis yang mengenakan burqa sekaligus pemilik butik langganannya.
"Shakila..." Zahra memanggil nama Shakila dengan lembut sambil menatap kain yang menutupi seluruh wajah Shakila.
"Maaf jika permintaanku tadi terlalu tiba-tiba dan mengejutkanmu."
Shakila hanya diam mendengarkan apa yang ingin Zahra katakan selanjutnya padanya.
"Tapi aku sangat berharap kamu bisa mempertimbangkan permintaanku untuk menikah dengan suamiku," Zahra melirik sebentar Abian sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Aku bukan berputus asa dengan rahmat Allah, aku hanya ingin melakukan persiapan atas segala kemungkinan yang akan terjadi. Aku tidak ingin putriku kehilangan sosok ummanya setelah aku meninggal nanti."
Shakila masih setia menyimak apa yang Zahra katakan kepadanya meskipun telinganya kurang berkenan untuk mendengarkannya.
Meskipun dengan ilmu agamanya yang masih sangat sedikit, etikanya saat bicara dengan orang lain terlihat cukup baik. Shakila tidak pernah menyela ucapan orang lain, dan hanya akan bicara jika memang dirinya diperlukan untuk berbicara.
"Mas Abian," Zahra kali ini memanggil nama suaminya.
Abian yang dipanggil langsung mendekat tanpa mengatakan apapun.
"Mas mau kan menikah lagi?" tanya Zahra memegang tangan kiri Abian.
"Sayang..." Abian berkata lirih.
Abian ingin dengan tegas mengatakan bahwa dirinya tidak mau dan tidak berniat menikah lagi, tapi takut ucapannya nanti membuat Zahra kembali drop.
"Tolong beri saya waktu untuk berpikir," ucap Shakila pada akhirnya.
Shakila tidak berniat menikah dengan Abian, tapi Ia berharap itu bisa membuat Zahra lebih tenang dan bisa lebih fokus dengan kesembuhannya.
Orang sakit tidak boleh banyak pikiran. Akan lebih baik jika Zahra tidak memikirkan apapun selain cara untuk sembuh dari penyakitnya.
"Menikah bukan sesuatu yang bisa diputuskan dalam satu atau dua hari, saya membutuhkan waktu untuk berpikir sebelum mengambil keputusan," jelasnya.
"Baiklah, kamu bisa memikirkannya selama apapun yang kamu butuhkan. Terimakasih," Zahra tersenyum senang karena Shakila mau memikirkan tawarannya.
Baik Shakila maupun Abian tidak tega menghancurkan kebahagiaan yang tersirat dari mata Zahra. Mereka berdua diam-diam memikirkan solusi supaya tidak perlu ada pernikahan yang terjadi antara mereka.
Shakila dan Abian memiliki pemikiran yang sama dalam masalah ini. Mereka tidak ingin menikah tapi juga tidak ingin membuat Zahra kembali drop karena terus memikirkan yang akan terjadi ke depannya.
Setelah obrolan singkat itu, Shakila memutuskan pulang ke rumahnya. Shakila sebenarnya jarang berada di butik, Ia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk menulis novel bertema islami.
Shakila pernah bermimpi menjadi ustazah, tapi impiannya tidak terwujud karena masalah ekonomi dalam keluarganya. Sekarang, Shakila menggunakan kemampuannya dalam menulis novel untuk menyampaikan banyak hal tentang agamanya.
Bisa dibilang Shakila memperdalam ilmu agamanya sambil menyampaikan hal yang Ia pelajari ke dalam novel, supaya yang Ia pelajari tidak sia-sia dan berguna untuk banyak orang.
"Assalamu'alaikum," Shakila mengucapkan salam sambil memasuki rumah sederhanya.
Shakila hanya tinggal sendiri di rumah itu. Orang tua serta saudaranya berada jauh di desa. Shakila memutuskan tinggal sendirian di Bandung karena sudah lelah dengan segala hal yang terjadi dalam keluarganya.
Selain kekurangan ekonomi, Shakila mengalami banyak hal tidak menyenangkan dalam keluarganya. Pernah menyaksikan ibunya mengalami kekerasan dalam rumah tangga, ayahnya berselingkuh dan masih banyak hal tidak menyenangkan yang terjadi.
"Sebentar lagi ashar, sebaiknya aku mandi dulu," ucap Shakila sambil berjalan kearah kamarnya.
Shakila selalu berusaha salat di awal waktu sejak mengetahui kutipan, "bukan kamu yang malas salat, Allah yang tidak mau bertemu kamu."
Shakila bertekad jika Allah tidak mau bertemu dengannya, maka Ia akan lebih sering menunjukkan wajahnya untuk menghadap Allah.
Shakila ingin menjadi manusia yang haus akan cinta Allah sehingga Ia tidak butuh lagi cinta dari manusia lain yang sifatnya hanya sementara.
Dalam salat ashar kali ini Shakila mengubah doanya, Ia menyelipkan doa tentang Zahra supaya tidak salah dalam mengambil keputusan.
Shakila tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, maka dari itu Ia melibatkan Allah SWT dengan cara berdoa memohon petunjuk.
trus lanjutan sugar mommy knp gk lanjut kk