“Ale, kakek cuma minta satu permintaan kekamu. Menikahlah dengan gadis yang difoto ini, namanya Olivia Gumolily dia gadis baik, dia anak teman Papa Mama mu dulu. Kakek titip Olivia ke kamu sayangi dia” - Wasiat kakek Axel Caprice Alessandro Caprice merupakan pewaris kerajaan bisnis yang memiliki campuran darah Italia, dia merupakan boss dari mafia besar de’Mons yang terkenal dengan keganasannya. Ale adalah seorang dengan wajah tegas dan dingin, tidak ada kata perempuan dihidupnya selain mediang ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Savana Yolanda JM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LA-Bab 17 Terjebak
Tanpa rasa malu dia dengan lahap makan makanan yang ada di hadapannya, sekitar 10 menit makanan tersebut sudah kandas.
“Maaf tuan, siapa yang membawaku kesini?” – Olivia mengintrupsi kegiatan Ale
“Saya” – Ale dengan singkat padat dan jelas.
“Kenapa anda bisa tau kalau saya ada disana?” – Olivia mengorek informasi
Saat Ale mendengar pertanyaan itu hanya diam saja tanpa ada jawaban.
Olivia yang tidak mendengar jawaban dari Ale pun hanya bisa menghelas nafas ‘selalu seperti itu’
“Tuan bagaimana cara melepas ini?” – Olivia sedang menanyakan kondisi infus ditangannya
“Kemarilah” – Ale memerintahkan Olivia untuk mendekat ke meja kerjanya
Olivia bangkit dari tempat duduknya menuju ke samping meja kerja Ale. Dia berjalan tanpa alas kaki.
Olivia sudah sangat dekat dengan Ale saat ini, mengulurkan tangannya yang diifus meminta untuk dilepas padahal air infus belu sepenuhnya habis.
Ale yang melihat uluran tangan itu langsung menarik tangan Olivia dengan lembut, saat ini posisi Olivia sangat dekat dengan Ale, dia berdiri dan Ale duduk dikursinya. Olivia cukup kaget jantunganya berdegup dengan keras.
Ale menggapai tangan yang satunya menarik tubuh Olivia dan mendudukkannya di pangkuannya. Olivia benar-benar menegang saat ini, tidak bisa berkata atau hanya mengedipkan matanya.
Ale mengecek suhu tubuh Olivia dengan punggung tangannya. Setelah itu dia langsung meraih kepala Olivia menempatkannya kedada bidangnya.
“Tuan jangan seperti ini” – Olivia sedikit risih, dia ingin bangkit dari tempatnya
“Diamlah, saya sedang bekerja” – suara tegas Ale sungguh menakutkan
“Saya tidak mau mengganggu anda bekerja, jadi biarkan saya berpindah tempat” – Olivia menjauhkan pandangannya tapi dicegah oleh Ale
“Diamlah” – Ale dengan suara yang menyeramkan dan itu berhasil membuat Olivia terdiam dengan posisi dipangkuan Ale dengan kepala bersandar di dadanya.
Dengan posisi ini dia bisa mendengar bunyi detak jantung Ale ‘apakah dia bisa mendengar detak jantungku juga, kenapa detak jantungnya normal sekali’ – pikirnya
Ale melanjutkan mengecek beberapa kertas didepannya dengan posisi Olivia dipangkuannya, Olivia beberapa kali melirik apa yang ada di kertas-kertas itu tapi dia tidak paham.
‘Nyaman sekali” – pikirnya, tanpa sadar dia sudah menenggelamkan mukanya ke dada bidang Ale,bergerak mencari posisi yang nyaman. Akhirnya dia ketiduran.
Tok…tok… tok… Sam yang mengetuk pintu ruangan tuannya
“Maaf tuan saya mengganggu, ada perwakilan dari karyawan proyek untuk melaporkan beberapa perkembangan proyek tuan” – Sam memberikan intruksi bahwa yang dia maksud sudah ada diluar
“Bawa dia masuk” – Ale mengganti posisi gendongannya dengan posisi gendongan koala, Olivia tidak terganggu sama sekali, malah kakinya dan tangannya spontan melingkar ke pinggang Ale dan leher Ale. Ale langsung bangkit dari meja kerjanya menuju sofa dengan membawa tiang infus Olivia
“Silahkan” – Sam mempersilahkan tamu Ale untuk masuk
Karyawan Ale sungguh terkejut dengan apa yang dilihatnya saat ini, tidak biasanya Ale membawa seorang wanita apalagi dengan posisi seperti ini, pemandangan yang langkah dan luar biasa.
Ale berdiskusi kecil dengan mereka dengan posisi yang sama. Hingga mereka selesai dan keluar dari ruangan tersebut.
Ale kembali ke mejanya dan kursi kebesarannya lalu melanjutkan pekerjaannya.
“Enghhh” – Olivia bergerak setelah beberapa jam dia tertidur di pangkuan Ale
“Turunkan aku tuan” – Olivia bergerak ingin turu dari posisinya
Ale menurunkan dengan lembut, Olivia langsung berjalan kearah kamar mandi. Setelah dia keluar dia langsung duduk di sofa panjang disebrang sana.
Dia melihat air infus yang menggantung di lengannya sudah habis
“Tuan tolong lepaskan” – Olivia menunjuk infus ditangannya
Ale langsung berdiri membawa kotak obat, tanpa ba bi bu dia langsung melepaskan infus tersebut. Olivia menikmati pemandangan didepannya saat ini, wajah tampan yang tidak ada sedikitpun senyum disana, wajah yang selalu menegangm tegas dan menakutkan, badan yang sangat indah dan sexy, dada yang sangat nyaman.
“Terima kasih” – Olivia melihat plester putih dipunggung tangannya
Tanpa ada balas, Ale berlalu menyimpan peralatannya.
“Boleh aku pulang tuan” – Olivia dengan suara yang agak mencicit
Ale hanya menatapnya tanpa berbicara apapun. Olivia benar benar bingung dengan respon seperti ini. Akhrinya Olivia hanya diam saja duduk disofa, sesekali dia melihat majalah yang sudah disediakan disana.
“Aku ngapain sih disini” – gumamnya
Dia ingat dia harus menghubungi Anna saat ini, Olivia langsung menuju kekamar istirahatnya tuan Ale mencari tasnya dan mengambil ponsel pintarnya.
Dia kembali ke sofa duduk dengan menyilahkan kakinya, sudah tidak punya urat malu lagi Olivia saat ini, pikirnya ‘biarkan dia melihat tingkahku, nanti kalau memang dia ilfeel dengan ku gajadi tunangan’ pikiran liciknya. Tapi Ale yang melihat itu sebaliknya dia begitu menggemaskan.
Anna sedang asik bertukar pesan dengan Anna, dia menanyakan toko bunga dan kafe. Anna membalas bahwa dia tidak perlu khawatir karena toko dan kafe sedang dalam keadaan kondusif dan masih bisa ditangani.
Tanpa dia sadari Ale sedang berjalan kearahnya membawa sandal dan jaket milik Ale. Ale langsung menyampirkan jaket itu ke tubuh Olivia dan sandal dibawah sofa.
Tubuh Olivia tenggelam di jaket yang Ale berikan.
“Eh” – Olivia kaget, karena ada jaket yang tersampir dan Ale sudah duduk disebelahnya.
“Tuan apakah ada sandal yang lebih kecil? Sandalku kemana?” – Olivia yang melirik sandal dibawahnya
Ale hanya mengerdikkan pundaknya. Ale duduk bersandar kepala sofa dan menutup mukanya dengan sebelah tangannya.
‘Dia lelah’ – Pikir Olivia saat ini melihat keadaan Ale.
Olivia menfokuskan dirinya lagi keponsel piliknya, beberapa menit dia sudah sibuk dengan ponselnya. Tiba-tiba kepala Ale sudah pindah posisi ke paha Olivia.
“Eh tuan” – kaget Olivia
“Sebentar saja” – Ale merapatkan kepalanya ke arah Olivia
Olivia dengan degup jantung yang tidak bisa disembunyikan, menerima dengan pasrah. Hampir 10 menit Olivia hanya melihat wajah Ale dibawahnya. Tanpa dia sadari, tangannya bergerak kearah rambut Ale, merapihkan helain rambut yang mencuat tak tau arah. Gerakan tersebut berubah menjadi elusan yang lembut.
Ale yang menerima itu, menerimanya dan memposisikan tubuhnya dengan nyaman. Ale tertidur.
Olivia sudah duduk dengan posisi yang sama, dengan ponsel ditangannya hampir 3 jam. Ruangan mulai gelap karena hari juga sudah mulai gelap. Di posisinya sekarang, Olivia bisa melihat beberapa lampu kota yang ada terpampang dari kaca jendela kantor Ale saat ini. Tidak ada tanda-tanda Ale akan bangun sekarang, tapi dia lelah kakinya kebas.
“Tuan” – Olivia dengan berani menggoyangkan lembut badan orang yang ada di bawahnya
“Tuan” – Olivia lagiii
Ale sedikit demi sedikit membuka matanya, pandangan pertama yang dia lihat adalah Olivia.
“Tuan bangunlah, kau tidak pulang, ini sudah malam” – Olivia mengkode jendela sudah gelap
Ale bangun dari tidurnya dan duduk disebelah Olivia. Ale berdiri dan menuju ke kamar istirahatnay
“Tunggu saya mandi sebentar” – Ale sebelum meninggalkan Olivia disana
“Sepertinya aku sudah terjebak, terjebak denga perjodohan ini, terjebak dengannya dan pesonanya” – gumamnya