NovelToon NovelToon
JANDA MUDA MEMIKAT HATIKU

JANDA MUDA MEMIKAT HATIKU

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Banggultom Gultom

Dina, seorang janda muda, mencoba bangkit setelah kehilangan suaminya. Pertemuan tak terduga dengan Arga, pria yang juga menyimpan luka masa lalu, perlahan membuka hatinya yang tertutup. Lewat momen-momen manis dan ujian kepercayaan, keduanya menemukan keberanian untuk mencintai lagi. "Janda Muda Memikat Hatiku" adalah kisah tentang cinta kedua yang hadir di saat tak terduga, membuktikan bahwa hati yang terluka pun bisa kembali bahagia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9: Langkah Baru

Pagi di kota kecil itu dimulai dengan keheningan yang tenang, hanya diselingi oleh kicauan burung yang terbang rendah di atas pohon-pohon tua di alun-alun. Dina bangun dengan perasaan yang berbeda. Cahaya matahari pagi yang menembus tirai tipis kamarnya terasa hangat, seolah membelai wajahnya. Ia menarik napas dalam, merasakan semangat yang mulai tumbuh di dadanya.

Kenangan tentang malam festival membuat hatinya berdebar. Dina memandang ke arah meja kecil di sebelah tempat tidurnya, di mana sebuah bunga mawar putih tergeletak di dalam vas kaca. Mawar itu diberikan Arga saat mereka berpisah tadi malam. “Untukmu, sebagai tanda malam yang takkan kulupakan,” kata Arga sambil menyematkan senyumnya yang khas.

Hari itu Dina memutuskan untuk pergi ke toko bukunya lebih awal dari biasanya. Ia merasa ada sesuatu yang harus dilakukannya, meskipun ia belum tahu pasti apa itu. Ia mengenakan pakaian kasual yang nyaman, dan saat melangkah keluar, ia merasa lebih ringan, seperti beban yang selama ini ia pikul perlahan menghilang.

Di toko buku, aroma khas kertas dan kayu menyambutnya seperti teman lama. Dina berjalan ke rak buku di sudut ruangan, mengambil buku harian yang sudah lama tidak ia sentuh. Di halaman pertama, ia menuliskan satu kalimat sederhana: "Hari ini adalah awal yang baru."

Ketukan di pintu depan membuyarkan pikirannya. Saat ia membuka pintu, Arga berdiri di sana, membawa sekantong roti hangat dan dua cangkir kopi. “Aku tahu kau pasti datang lebih awal,” katanya, senyumnya selalu mampu membuat Dina merasa nyaman.

“Kau tahu terlalu banyak tentangku, Arga,” balas Dina sambil tertawa kecil.

Arga mengangkat bahu sambil masuk. “Mungkin. Tapi aku senang mengenalmu lebih dalam.”

Mereka duduk di sudut toko, di meja kecil dekat jendela. Cahaya pagi menyinari wajah mereka, menciptakan suasana yang tenang dan penuh kehangatan. Arga membuka percakapan dengan nada serius. “Dina, aku sudah memikirkan banyak hal tadi malam. Tentang kita.”

Dina meletakkan cangkir kopinya, menatapnya dengan tatapan penasaran. “Tentang kita? Apa maksudmu?”

Arga menghela napas sejenak sebelum melanjutkan. “Aku ingin kita mengambil langkah baru. Aku tahu ini mungkin terlalu cepat, tapi aku tidak ingin kita hanya berhenti pada malam festival itu. Ada banyak hal yang bisa kita capai bersama, Dina.”

Dina merasakan jantungnya berdegup lebih cepat. Ia tahu bahwa perasaannya terhadap Arga tumbuh lebih dari sekadar rasa nyaman. Namun, ia juga sadar bahwa hatinya masih menyimpan bekas luka dari masa lalu. “Arga, aku... aku juga merasakan hal yang sama. Tapi aku tidak ingin terburu-buru. Aku butuh waktu untuk memastikan bahwa ini adalah keputusan yang tepat.”

Arga mengangguk, senyum lembutnya tak pernah pudar. “Aku mengerti, Dina. Aku tidak memintamu untuk segera memberikan jawaban. Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku ada di sini, dan aku ingin mendukungmu, apa pun yang terjadi.”

Percakapan mereka terhenti sejenak, digantikan oleh suara langkah-langkah kecil pelanggan yang mulai masuk ke toko. Dina tersenyum pada seorang ibu dan anak kecil yang datang mencari buku cerita. Ia membantu mereka memilih buku, sementara Arga memperhatikan dari kejauhan.

Ketika toko mulai sedikit ramai, Arga berpamitan. Namun, sebelum pergi, ia menyelipkan sesuatu ke tangan Dina. “Aku menulis ini tadi malam. Bacalah saat kau merasa siap.”

Dina memandang amplop kecil di tangannya, lalu menatap punggung Arga yang berjalan keluar dari toko. Ia merasa ada sesuatu yang besar sedang menunggunya di dalam surat itu, tapi ia memilih untuk menunggu waktu yang tepat untuk membukanya.

---

Malamnya, di kamar kecilnya, Dina akhirnya membuka amplop itu. Di dalamnya ada selembar kertas dengan tulisan tangan Arga yang rapi:

*"Dina,

Aku tahu kau masih membawa luka dari masa lalumu, dan aku tidak ingin terburu-buru memintamu untuk melupakannya. Tapi aku ingin kau tahu bahwa aku ingin menjadi bagian dari prosesmu untuk sembuh. Aku ingin kita melangkah bersama, perlahan, tapi pasti. Apa pun yang terjadi, aku berjanji akan selalu ada di sini untukmu.

Arga"*

Air mata Dina mengalir tanpa ia sadari. Ia merasa hatinya yang dulu beku mulai mencair. Surat itu adalah sesuatu yang ia butuhkan—sebuah pengingat bahwa ia tidak harus menghadapi semuanya sendirian.

Keesokan harinya, Dina memutuskan untuk menemui Arga. Ia ingin memberitahunya bahwa meskipun ia masih butuh waktu, ia bersedia membuka hatinya untuk kemungkinan baru.

Dina menemukan Arga di tepi danau kecil, tempat mereka menghabiskan malam sebelumnya. Ia duduk di sana, memandang ke arah air yang tenang. Saat Dina mendekat, Arga menoleh, senyum hangatnya kembali menyambutnya.

“Aku membaca suratmu,” kata Dina tanpa basa-basi.

Arga mengangguk, menunggu reaksi berikutnya.

“Aku ingin mencoba, Arga. Aku tidak tahu apakah aku akan berhasil, tapi aku ingin mencoba. Bersama-sama.”

Arga berdiri, menatap Dina dengan mata yang penuh kebahagiaan. “Itu saja sudah cukup bagiku, Dina.”

Mereka berdiri di sana, di bawah sinar matahari pagi, merasakan angin sejuk yang membawa harapan baru. Dina tahu bahwa ini bukan akhir dari perjalanannya, tetapi awal dari bab baru yang penuh dengan kemungkinan. Bersama Arga, ia merasa bahwa ia akhirnya memiliki keberanian untuk melangkah ke depan.

Mereka berjalan menyusuri tepi danau, berbicara tentang mimpi, harapan, dan masa depan yang ingin mereka bangun. Untuk pertama kalinya, Dina merasa bahwa ia tidak hanya hidup untuk bertahan, tetapi untuk benar-benar merasakan kebahagiaan.

1
Hilda Naning
kemana anak anak mereka yg diawal cerita karena anak anak mereka lah bertemu dn bersatu..
Dinar
Hallo kak aku kirim dua cangkir kopi ya untuk teman menulis 🥳
Harry
Membuncah
Akira
Bikin baper nih!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!