Cinta memang gila, bahkan aku berani menikahi seorang wanita yang dianggap sebagai malaikat maut bagi setiap lelaki yang menikahinya, aku tak peduli karena aku percaya jika maut ada di tangan Tuhan. Menurut kalian apa aku akan mati setelah menikahi Marni sama seperti suami Marni sebelumnya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Serangan tengah malam
"Mas,"
Suara Marni membuat Amar terkesiap. Wanita itu tiba-tiba saja berdiri di hadapannya. Entah kapan ia datang bahkan Amar tak menyadarinya.
Seperti biasa Marni selalu tersenyum manis saat menatap wajah suaminya. Senyuman yang selalu membuat lelaki manapun luluh tak terkecuali Amar. Lelaki yang begitu tergila-gila padanya hingga nekat menikahinya meski jarak usia mereka terpaut begitu jauh. Cinta memang tak memandang usia, ataupun kasta dan itulah yang dirasakan oleh Amar.
Malam itu Marni terlihat begitu cantik meksipun tanpa make up di wajahnya. Ia bahkan sengaja menggunakan gaun tidur seksi untuk menggoda sang suami. Sebagai seorang Janda, Marni tahu benar bagaimana cara menggoda suaminya. Sepertinya ia tahu jika suaminya itu sedang galau. Ia pun menghampiri Amar dan mulai mencumbuinya membuat bir*hi Amar seketika membara dibuatnya.
Siapapun tidak ada yang bisa menolak pesona Marni, apalagi saat wanita itu sudah memainkan kartu as miliknya.
Saat keduanya tengah bergumul, tiba-tiba terdengar suara sebuah benda jatuh tepat diatas atap kamar mereka.
*Brakkk!
Keduanya terkesiap dan menatap satu sama lain.
Seketika Amar langsung menghentikan aktivitasnya. Ia buru-buru bangun dan memakai pakaiannya. Ia merasa ada sesuatu yang aneh hingga harus mengeceknya.
"Maaf Dek, sepertinya kita tidak bisa melanjutkannya malam ini. Tiba-tiba saja perasaan ku tidak enak. Aku harus segera mengecek apa yang jatuh di atas sana!" ucap Amar
Marni hanya diam tanpa berbicara apapun. Ekspresinya begitu datar saat mendengar ucapan sang suami. Meski Amar heran dengannya namun ia tak punya waktu untuk bertanya saat itu. Baginya yang terpenting saat itu adalah mengecek benda apa yang jatuh diatas genting kamarnya.
Namun saat ia hendak meninggalkan kamarnya tiba-tiba Marni bangun sambil bersenandung.
Wanita itu turun dari ranjang dan merapikan penampilannya. Ia mengikat rambutnya yang terurai kemudian menggerakkan tangannya seperti seorang penari. Sambil menari ia pun bersenandung.
Suara begitu merdu dan anehnya. Marni menyanyikan lagu jawa kuno yang tidak di ketahui oleh sang suami.
"Lagu apa ini, kenapa liriknya seperti sebuah mantera," gerutu Amar
Marni terus meliuk-liukan tubuhnya sambil menggerakkan tangannya. Membuat Amar pun mengurungkan niatnya untuk meninggalkannya.
Ana kidung rumekso ing wengi
Teguh hayu luputa ing lara
luputa bilahi kabeh
jim setan datan purun
paneluhan tan ana wani
niwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah ing mami
guna duduk pan sirno
Marni terus meliuk-liukan tubuhnya sambil terus bernyanyi. Amar merasa ada yang aneh dengan istrinya itu. Bagaimana tidak wanita itu tiba-tiba pandai menari layaknya seorang penari profesional. Begitupun dengan lagu yang dinyanyiin kannya. Ia merasa Marni seperti tidak sedang bernyanyi, namun ia seperti seorang yang sedang membaca Mantera. Saat itu Amar berpikir jika istrinya itu tengah kerasukan. Hingga ia berusaha untuk menyadarkannya.
"Dek... Dek, sadar Dek," ucap Amar memberanikan diri mendekati wanita itu
Ia hanya ingin menyadarkannya, namun sayangnya Marni tak bergeming. Ia terus bersenandung sambil menari. Sepertinya Amar harus menggunakan cara lain untuk menyembuhkan wanita itu dari kesurupan.
"Apa yang harus aju lakukan??" ucapnya bingung
Tiba-tiba Amar di kagetkan dengan kemunculan bola api yang terlihat di kaca kamarnya.
"Banas pati, Teluh???" ucap Amar dengan wajah pucat
Ia buru-buru berlari kearah jendela kamar untuk menutup gorden kamarnya.
Saat Amar tengah ketakutan Marni justru berhenti bernyanyi. Wanita itu tiba-tiba jatuh ke lantai dan kejang-kejang.
"Argghhh!!" wanita itu tiba-tiba menggeliat tak beraturan membuat Amar panik
Lelaki itu terkesiap melihat tubuh sang istri menggelepar ke lantai dan kejang-kejang. Ia segera menghampiri wanita itu untuk menolongnya.
"Dek, kamu kenapa Dek," ucapnya panik
Kembali Amar di buat kaget saat mendengar sesuatu menghantam Jendela kaca kamarnya.
*Dug, dug!!
Bukan hanya suara benda yang terus menghantam jendela kamarnya, suara puluhan batu kerikil seperti jatuh menimpa genting kamarnya menambah suasana semakin mencekam.
*Kratak, kratak!
"Duh Gusti, apalagi ini," ucapnya dengan wajah panik
Sementara itu Marni masih kejang-kejang, ingin rasanya Amar menolongnya tapi ia tidak tahu bagaimana caranya.
"Dek bangun Dek, sadar Dek, sadar!" ucap Amar sambil menepuk-nepuk pipi sang istri
Tiba-tiba Marni tersadar membuat Amar terkejut saat melihat bola matanya yang berubah putih semua.
Tiba-tiba Amar merasakan bulu kuduknya berdiri saat melihat Marni tersenyum padanya. Wanita itu memperlihatkan gigi-giginya yang hitam membuat Amar seketika mendorong wanita itu.
"Argghhh!!"
Seketika Amar merasa bersalah saat melihat wanita itu kesakitan. Bagaimanapun juga harusnya ia tidak mendorongnya.
Ingin mendekat untuk menolongnya, namun tiba-tiba nyalinya seketika menciut, bulu kuduknya meremang saat mendengar alunan kidung kembali mengalun dari mulut istrinya.
"Sial, kidung itu lagi,"
Kali ini suara Marni terdengar lebih lirih hingga terdengar seperti seorang yang merintih.
*Brakkkk, Brakkk!!
Kembali sesuatu menghantam jendela kamar bertubi-tubi membuat Amar semakin ketakutan. Rasa penasaran membuat Amar memberanikan diri mendekat kearah jendela dan mengabaikan kondisi Marni.
Jantung Amar kian berpacu, tangannya bergetar saat memegang gorden yang menutupi jendela kaca tersebut. Baru sedikit ia membuka kain berwarna merah marun itu tiba-tiba ia dikejutkan dengan sekelebat cahaya berwarna merah yang melintas di depan jendela kamarnya.
*Wush, wush!
Pria itu segera menutup kembali gorden kamarnya. Niat untuk membuka Jendela pun diurungkannya. Matanya awas melihat cahaya merah yang terus bolak-balik menghampiri kamarnya.
"Sebenarnya apa yang terjadi, siapa yang mengirim banas pati itu, siapa yang berusaha mencelakai kami,"
Amar pun mundur menjauh dari jendela. Ia tahu benar jika bahaya sedang mengancamnya. Karena ia tahu benar jika bola api itu adalah sebuah tanda petaka, petaka yang bisa mengancam keselamatannya dan juga keluarganya.
Ia buru-buru menghampiri Rinjani yang masih tergolek di lantai.
Namun tiba-tiba ia menghentikan langkahnya hingga menabrak sesuatu.
*Buughhh!!
"Astaghfirullah hal adzim!" pekik Amar saat melihat sosok Rinjani berubah menjadi sosok yang menakutkan.
Ia buru-buru membalikkan badannya saat melihat Rinjani berdiri. Wanita itu menyeret kakinya seperti orang pincang berjalan mendekati jendela.
Amar hanya menahan nafas saat wanita itu melewatinya.
Marni dengan kasar menarik gorden kamarnya. Matanya melotot memperhatikan bola api yang terus mencoba menabrak Jendela kamarnya.
Mulutnya bergerak cepat seolah membaca sesuatu yang begitu asing di telinga Amar.
Teguh hayu luputa ing lara
luputa bilahi kabeh
jim setan datan purun
paneluhan tan ana wani
niwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah ing mami
guna duduk pan sirno.