Vherolla yang akrab disapa Vhe, adalah seorang wanita setia yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kekasihnya, Romi. Meski Romi dalam keadaan sulit tanpa pekerjaan, Vherolla tidak pernah mengeluh dan terus mencukupi kebutuhannya. Namun, pengorbanan Vherolla tidak berbuah manis. Romi justru diam-diam menggoda wanita-wanita lain melalui berbagai aplikasi media sosial.
Dalam menghadapi pengkhianatan ini, Vherolla sering mendapatkan dukungan dari Runi, adik Romi yang selalu berusaha menenangkan hatinya ketika kakaknya bersikap semena-mena. Sementara itu, Yasmin, sahabat akrab Vherolla, selalu siap mendengarkan curahan hati dan menjaga rahasianya. Ketika Vherolla mulai menyadari bahwa cintanya tidak dihargai, ia harus berjuang untuk menemukan jalan keluar dari hubungan yang menyakitkan ini.
warning : Dilarang plagiat karena inti cerita ini mengandung kisah pribadi author
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhulie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Dengan Keluarga
Hari itu, Romi mengajak Vherolla untuk berkunjung ke rumahnya. Ini pertama kalinya Vherolla akan bertemu dengan keluarga Romi, dan perasaannya campur aduk antara gugup dan bahagia. Sudah hampir setahun mereka berpacaran, dan akhirnya Romi memutuskan untuk memperkenalkannya kepada orang tuanya.
Saat itu, Vherolla sudah menyiapkan diri sebaik mungkin. Ia mengenakan dress simpel berwarna pastel yang tampak manis, dan rambutnya disisir rapi. Sepanjang perjalanan, Romi tidak henti-hentinya meyakinkan Vherolla bahwa keluarganya pasti akan menyukai Vherolla.
"Tenang aja, Vhe. Keluarga aku nggak bakal bikin kamu nggak nyaman. Mereka pasti suka sama kamu," kata Romi sambil melirik Vherolla yang terlihat sedikit tegang.
Vherolla tersenyum kecil, mencoba menenangkan diri. "Aku cuma nggak mau bikin mereka nggak nyaman. Aku tahu keluarga itu penting buat kamu, Rom."
"Udah, santai aja. Kamu udah ngelakuin lebih dari cukup buat aku. Sekarang giliran aku yang nunjukin ke keluarga kalau kamu adalah orang yang tepat buat aku."
Mendengar itu, hati Vherolla sedikit lega. Ia merasa dicintai dan dihargai oleh Romi, dan itu membuatnya lebih percaya diri.
Setibanya di rumah Romi, Vherolla disambut oleh suasana rumah yang sederhana namun hangat. Rumah itu tidak besar, tetapi terlihat bersih dan nyaman. Di ruang tamu, sudah duduk ibu dan ayah Romi, serta dua adik Romi, Runi dan Rozak.
"Vhe, ini keluargaku," kata Romi memperkenalkan. “Ma, Pa, ini Vhe pacarku.”
Vherolla tersenyum sopan dan sedikit membungkuk sebagai tanda hormat. "Selamat sore, Om, Tante. Senang bisa bertemu kalian."
Ibu Romi, seorang wanita paruh baya yang terlihat ramah, tersenyum hangat dan langsung menyambut Vherolla. "Ah, jadi ini yang namanya Vhe. Romi sering banget cerita tentang kamu. Duduk, duduk. Kamu pasti capek setelah perjalanan."
Ayah Romi mengangguk sopan, menunjukkan ekspresi yang netral namun tidak dingin. "Selamat datang di rumah kami, Vherolla. Santai saja, anggap rumah sendiri."
Vherolla merasa lega dengan sambutan yang hangat dari orang tua Romi. Ia pun duduk di sofa yang sudah disediakan. Saat itu, ia menyadari dua adik Romi memperhatikannya dengan cara yang berbeda.
Runi, adik pertama Romi yang terlihat sopan, tersenyum manis dan langsung menyapa. "Kak Vhe, senang bisa ketemu langsung. Aku Runi. Romi sering cerita tentang Kakak."
Vherolla merasa nyaman dengan sikap Runi yang ramah dan hangat. "Senang juga bisa ketemu kamu, Runi. Romi sering cerita juga tentang kamu," jawabnya dengan senyuman.
Namun, berbeda dengan Runi, Rozak, adik kedua Romi yang lebih muda beberapa tahun, terlihat lebih diam dan tidak terlalu menanggapi. Tatapan Rozak seakan menyimpan sesuatu, penuh misteri. Ia hanya menyapa singkat, "Halo," dan kemudian kembali diam, tidak banyak berbicara. Vherolla sedikit terganggu dengan sikap Rozak, tetapi ia mencoba untuk tidak terlalu memikirkan hal itu.
Seiring waktu, Vherolla mulai merasa lebih nyaman di antara keluarga Romi. Obrolan mengalir ringan, dan orang tua Romi tampak benar-benar menerima kehadiran Vherolla dengan baik. Mereka menanyakan berbagai hal tentang dirinya, tentang pekerjaan, keluarga, hingga hubungan dengan Romi.
"Saya dengar kamu kerja di perusahaan besar ya, Vhe?” tanya ayah Romi, dengan nada yang ramah tapi penuh rasa ingin tahu.
"Iya, Om. Saya bekerja di bagian administrasi. Nggak terlalu besar sih, cuma perusahaan biasa," jawab Vherolla dengan sopan.
Ibu Romi mengangguk, tampak kagum. "Baguslah kalau kamu sudah punya pekerjaan yang tetap. Romi beruntung punya pacar seperti kamu. Kami juga berharap Romi bisa cepat dapat pekerjaan yang stabil."
Mendengar itu, Vherolla hanya tersenyum, meskipun hatinya sedikit tertohok. Ia tahu bahwa Romi masih berbohong tentang pekerjaannya, tetapi ia tidak ingin mempermalukannya di depan keluarganya. Vherolla hanya berharap Romi akan segera menemukan pekerjaan yang lebih baik seperti yang ia katakan.
Di tengah-tengah obrolan, Runi tiba-tiba menambahkan, "Kak Vhe, aku sering lihat Kakak di Instagram. Kayaknya seru banget ya kerja di perusahaan itu. Kapan-kapan cerita dong tentang pengalaman Kakak."
Vherolla tersenyum dan mengangguk. "Tentu, kapan-kapan aku ceritain. Kalau kamu ada pertanyaan, jangan sungkan tanya ya."
Percakapan terus berlanjut, dan Vherolla mulai merasa semakin nyaman. Namun, dari sudut matanya, ia masih bisa merasakan tatapan aneh dari Rozak yang duduk di sudut ruangan. Meskipun tidak berkata apa-apa, kehadiran Rozak memberikan aura yang sedikit mengganggu bagi Vherolla. Seolah-olah ada sesuatu yang dipendam oleh adik Romi itu, sesuatu yang tidak pernah diungkapkan.
Setelah beberapa jam berlalu, Romi mengajak Vherolla keluar sebentar untuk berbicara lebih pribadi.
"Gimana menurut kamu tentang keluargaku, Vhe?" tanya Romi sambil menggenggam tangan Vherolla.
"Mereka baik banget, Rom. Aku nggak nyangka mereka bisa menerima aku seramah itu,” jawab Vherolla dengan jujur. "Tapi… aku sedikit aneh sama Rozak. Dia nggak banyak ngomong, ya?" lanjutnya.
Romi tertawa kecil. "Ah, Rozak emang gitu orangnya. Dia nggak terlalu banyak omong kalau sama orang baru. Tapi dia sebenarnya baik kok, cuma agak pendiam."
Vherolla mengangguk, meskipun hatinya masih merasa sedikit tidak nyaman dengan sikap Rozak. Namun, ia mencoba untuk tidak terlalu memikirkan hal itu.
"Yang penting, keluargaku suka sama kamu, Vhe. Itu yang paling penting buat aku," lanjut Romi dengan senyum lebar.
Vherolla tersenyum kecil, berusaha menyingkirkan keraguan yang tersisa. Di saat itu, ia merasa semuanya berjalan lancar. Keluarga Romi menerima dirinya dengan baik, dan ia mulai berpikir bahwa hubungannya dengan Romi akan semakin serius.
Romi tersenyum kecil sambil membawa dua cangkir kopi hitam dari dapur dan menaruhnya di meja di hadapan Vherolla.
"Ini, buat kamu, Vhe," katanya, dengan nada sedikit menggoda.
Vherolla menatap cangkir itu dengan ragu. Dia memang bukan penggemar kopi, terutama kopi hitam yang aromanya begitu kuat. Ia meneguk ludah, mencoba mencari cara untuk menolak tanpa menyinggung perasaan Romi.
"Ehm, Rom, kamu tahu kan aku nggak terlalu suka kopi hitam. Rasanya pahit banget buatku," ucap Vherolla sambil menyunggingkan senyum tipis, berharap Romi tidak tersinggung.
Romi tertawa pelan dan menggelengkan kepala. "Ya ampun, Vhe. Kopi itu nggak pahit kalau diminum dengan cinta, lho."
Vherolla langsung terkekeh. "Kalau gitu, mungkin cintamu kurang manis kali, ya," balasnya sambil tertawa kecil.
Romi tersenyum jahil dan pura-pura tersinggung. "Wah, kamu meragukan cintaku, ya? Padahal cinta ini tulus dari lubuk hati terdalam, lho!"
Vherolla mengangkat alis sambil tersenyum lebar. "Yakin? Cinta yang tulus nggak harus pahit, kan?"
Setelah candaan mereka, Romi akhirnya mengambil cangkir itu dan menyerah. "Oke deh, kalau kamu nggak mau, aku kasih ke Runi aja. Dia pasti doyan."
Romi memanggil adiknya yang sedang sibuk di dapur. "Runi! Ini kakak kasih kopi, daripada mubazir, Vhe nggak doyan."
Runi datang menghampiri dan menerima cangkir kopi dengan senyum lebar. "Wah, terima kasih, Kak. Aku suka banget kopi hitam. Ternyata Kak Vhe nggak suka ya?"
Vherolla mengangguk sambil tertawa kecil. "Iya, aku lebih suka teh manis daripada kopi pahit."
"Teh manis seperti cintaku ke kamu, kan?" Romi kembali menggoda, membuat Vherolla tertawa dan mencubit lengan Romi pelan.
Momen itu terasa hangat ....
**Author Up sehari 1 bab yaaa