Bagaimana jadinya jika seorang CEO arogan yang paling berpengaruh se-Asia namun keadaan berbalik setelah ia kecelakaan menyebabkan dirinya lumpuh permanen. Keadaan tersebut membuatnya mengurungkan diri di tempat yang begitu jauh dari kota. Dan belum lagi kesendiriannya terusik oleh Bella, kakak iparnya yang menumpang hidup dengannya. Lantas bagaimana cara Bella menaklukkan adik ipar yang dilansir sebagai Tuan Muda arogan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cemaraseribu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Modus, Tuan Muda
Dengan kegigihan hatinya, Bella mengokohkan hatinya melapisi dengan baja yang kuat untuk menangkal semua amarah kakak iparnya itu.
"Tidak Tuan Muda, saya tidak akan pergi apapun itu." Mendengar Bella yang terus membelot, Tuan Muda pun menatap sinis ke arah Bella.
"Apa tujuan kamu kemari? Mau mengejek saya?!" seru Tuan Muda dengan amarah yang berkali-kali lipat lebih besar.
Bella menatap nanar wajah Tuan Muda yang penuh dengan amarah itu. "Tidak Tuan, saya ingin merawat Anda. Mohon kerjasamanya," ucap Bella tulus. Bella digambarkan seperti perempuan penyayang yang tulus dalam bertindak. Tidak ada sedikit pun niatnya untuk mengejek atau menghina Tuan Muda.
Tuan Muda tersenyum smirk, "Berapa uang yang kamu butuhkan?" tanya Tuan Muda. Ia paham betul kalau kedatangan Bella tidak lain tidak bukan pasti untuk mencari uang.
"Tuan, saya.... "
"Keluar!! Saya bilang keluar sekarang!" seru Tuan Muda. Akhirnya mau tidak mau Bella keluar terlebih dahulu untuk menenangkan dirinya.
Setelah keluar, Bella menghela nafas panjang mengucap beribu kalimat istighfar dalam dadanya itu. "Astaghfirullah, kenapa dia se temperamen itu?" tanya Bella dalam hatinya sambil mengelus dadanya.
Daripada Bella tidak tahu harus apa, ia akan ke dapur terlebih dahulu untuk sekedar mengobrol dengan kepala maid, Bik Asih.
"Bi.... "
"Non, gimana?" tanya Bik Asih khawatir. Ia menduga kalauBellal pun tidak bisa mengatasi Tuan Muda.
Bella menggeleng pelan, "Sulit banget, Bik. Kayanya Tuan Muda sulit ditaklukkan."
Bik Asih juga paham akan kondisi tersebut. "Iya Non, memang Tuan Muda berubah sejak lumpuh. Lantas tadi Tuan bilang apa ke Non Bella?"
"Bilang kamu butuh uang berapa gitu,Bik."
"Bibik sudah mengira akan seperti itu, Non. Katakan saja yang sejujurnya maksud Nona apa kesini. Tuan tidak mau orang yang terlalu berbasa-basi apalagi untuk keadaan sekarang ini. Saya tidak jamin beliau mau menerima sembarang orang, termasuk keluarganya."
Perkataan Bik Asih ada benarnya. Memang ada kalanya kita harus jujur dengan apa maksud dan tujuan kita.
"Baik Bik, saya akan coba. Semoga saja Tuan Muda mau menerima saya." Bella kembali menuju ke kamar Tuan Muda kembali.
Hatinya berdebar tatkala gagang pintu berhasil ia buka tuasnya. "Bismillah, semoga aku bisa," ucap Bella dalam hatinya.
Lantas derap langkah kaki Bella makin mendekat ke balkon kamar Tuan Muda yang sedang melamun itu.
"Tuan... "
"Mau apa lagi kamu, Bella?" tanyanya dingin.
"Maaf Tuan, tujuan saya kemari untuk meminta bantuan pada Tuan Muda agar bisa menampung saya dan putri semata wayang saya disini. Kami sudah tidak punya apa apa sekarang semenjak kepergian Mas Agash."
Bella mencoba blak-blakan dengan Tuan Muda tentang tujuan datang kemari. Berharap kakak iparnya mau membantu untuk kehidupan yang lebih layak. Semua Bella lakukan hanya untuk Lauren, putrinya.
"Setelah kamu tidak punya apa apa, baru kami ingat pada saya? Kamu tidak paham atas kelakuan suami kamu yang menghina saya beberapa bulan yang lalu karena saya lumpuh. Apakah etis kamu meminta bantuan saya?" tanya Tuan Muda dengan nada dingin dan wajah datarnya.
Bella pun menatap nanar mata Tuan Muda. "Saya mohon, Tuan. Izinkan saya bekerja merawat Anda seperti yang dijanjikan oleh Tuan Besar pada saya."
"Keluar! Saya tidak membutuhkan kamu."
"Tidak Tuan."
"Kamu dan lainnya tidak ada bedanya sama-sama hanya mau harta saya. Saya akan kasih berapapun yang kamu butuhkan. Tapi ingat! Saya minta kamu pergi jauh jauh dari sini."
Seibert tidak suka hidupnya kali ini diusik oleh Bella. Tiba-tiba, ada tangisan kencang menggelegar kamar Tuan Muda membuat Bella kaget.
"Huaaaaa Ibu... " tangis Lauren yang terbangun. Bocah hampir tiga tahun itu menghampiri ibunya yang berlutut di hadapan Tuan Muda.
"Sayang, kamu udah bangun?"
"Lolen atut ibu, atut alau ibu inggalin Lolen cendiri."
"Enggak, Sayang." Tangis dari Lauren terus menggema di kamar Tuan Muda membuat Tuannya merasa terganggu.
"Diam!" seru Tuan Muda membuat Lauren kaget. Ia langsung kicep detik itu juga sambil memeluk ibunya dan berlindung di ketiak Bella.
"Bawa anak kamu pergi!"
"Om ciapa? Kok bentak ibu? Om jahat!!" seru Lauren memeluk ibunya dan anak sekecil itu berusaha untuk membela ibunya.
"Ayo kita keluar ya, Lauren."
*********
Setelah sampai di kamar Lauren, Bella menurunkan gendongan itu. "Sayang, kok kamu bisa sampai ke kamarnya Om Sei?" tanya Bella.
"Adi Lolen diantal cama oyang yang cama kaya mbah uti." Dalam pikiran Bella, itu pasti Bik Asih.
"Oh itu namanya Uti Asih. Lain kali kalau mau temuin ibu jangan nangis gitu ya? Tadi Lauren ganggu om Sei."
"Om Cei namanya, Bu?" tanya Lauren penasaran.
"Iya Sayang, namanya Om Sei."
Lauren memberengut, bibirnya sudah moncong lima centi. "Lolen, idak cuka cama om Chan. Om Chan jahat cama ibu." Lauren melipat tangannya gemas.
Bella tersenyum, ia mengelus surai lembut putrinya yang berusia dua tahun setengah. "Om Sei baik kok, cuma Lauren tapi nangisnya kenceng jadi om Sei kaya kaget gitu. Aslinya baik kok."
Bella tidak mengompori Syifa untuk membenci Tuan Muda karena bagaimana pun mereka harus bertahan di situasi seperti ini.
"Oh jadi om Cei gak jahat sama Lolen sama Ibu?" tanya Syifa memvalidasi. Bella mengangguk, "Iya Sayang."
********
Sore telah tiba, jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Keadaan pantai sangat indah dengan panorama ombak yang tenang, pohon kelapa yang mendayu dayu menambah sepoi angin menyeruak ke wajah Bella.
"Lauren main sama Bik Asih dulu ya? Ibu mau ke kamar Om Sei. Om Sei butuh bantuan. Oke?"
"Iya ibu."
Bella langsung masuk ke kamar Tuan Muda yang tidak pernah dikunci itu. "Tuan.. "
Tuan Muda hanya diam saja tidak menggubris apapun itu. "Tuan, waktunya mandi."
"Keluar, Bella! Saya muak lihat muka kamu."
Namun, Bella dengan tekadnya yang kuat langsung mendorong kursi roda Tuan Muda Sei yang menyebabkan Tuan Muda marah.
"BELLA!!"
"Iya Tuan Muda, Anda waktunya mandi. Badan Anda sudah lengket semua. Saya tidak peduli Anda mau mengatai saya seperti apa, bodoamat." Dan dengan gercep, Bella melepaskan kancing baju Tuan Muda satu persatu tanpa rasa malu. Ia hanya menjalankan tugasnya itu.
"Ckkkk!!! Saya bisa sendiri, Bellal! Keluar kamu!"
Bella menghela nafas. "Marah marah mulu sih Tuan Muda, gak capek ya?" tanya Bella sarkas. Ia tetap ada di kamar mandi itu.
"Saya bisa sendiri! Kamu mau modus, hmm?" tanya Tuan Muda setengah malu.
"Mana ada saya modus, Tuan. Tuan Muda jangan kepedean dulu deh. Saya mau gosok daki yang menempel di leher dan punggung Anda."
"BELLA!!"
"Ckkk tuh kan marah-marah lagi... " ucap Bella kesal.
********
Setelah mandi, tubuh terasa ringan dah segar tanpa beban. "Enak, kan?" tanya Bella menghanduki Tuan Muda.
"Diem kamu, Bellq! Pergi!"
Bella menghela nafas panjang. "Saya akan pergi Tuan Muda. Tapi saya hanya mau berpesan pada Tuan. Tuan Muda bisa marahi saya semau Tuan, tapi tidak dengan anak saya, Lauren. Dia tidak salah apapun, Tuan."
Tuan Muda hanya diam saja. Ia teringat betapa jahatnya Agash dulu padanya. "Bukan urusan saya, Bella."
"Lampiaskan semua kekesalan Tuan Muda dengan saya, jangan dengan Lauren. Saya mohon, dia fatherless selama ini."