Alana Ketlovly seorang pengusaha yang harus menelan pil pahit karena cinta yang bertepuk sebelah tangan. Untuk itu Alana memutuskan untuk menghibur dirinya dengan pergi ke Bar, yang berakhir dengan sebuah malapetaka. Dimana dirinya menjalan hubungan cinta satu malam dengan seorang mafia bernama, Arthur Stanley.
Arthur Stanley sendiri merupakan seorang mafia yang memiliki kelainan dalam hubungan seksual. Banyak cewek yang ingin tidur dengannya namun dirinya hanya menginginkan teman tidur yang membuat nyaman dan tergila-gila.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahidah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Alana mengunjungi kedua orang tua. Entah kenapa patah hatinya membuatnya ingin bertemu dengan kedua orang tuanya. Mungkin saja dirinya bisa merasa lega setelah bertemu dengan ayah dan ibunya. Saat berkunjung, dia mendapati kedua orang tuanya tengah duduk sambil menikmati cemilan. Alana yang melihat itu tersenyum, dia merasa jika ayah dan ibunya baik-baik saja.
" Mama." Panggil Alana.
" Alana, kamu datang nak. Mama sangat merindukan mu." ucap Gladis ketika melihat putri kesayangannya datang. Segera dia beranjak lalu berjalan menghampiri putrinya.
" Alana, tumben kamu datang." ucap Arkatama, ayah Alana.
" Aku hanya ingin lihat kondisi papa dan mama. Aku juga merindukan kalian. Makanya aku berkunjung." ucap Alana sambil tersenyum, lalu dia memeluk ibunya melepaskan rasa rindu.
" Kamu kok kurusan sekali." ucap Gladis melihat wajah anaknya yang terlihat kurus.
" Apa ada masalah dengan perusahaan?" tanya Arkatama, yang juga khawatir dengan keadaan anaknya. Dia juga ikut menghampiri putrinya itu.
" Nggak ada masalah kok, papa. Mama, tahu Alvaro, kan?" ucap Alana, ingin mencurahkan rasa sakit hatinya kepada orangtuanya.
" Teman SMA mu, kan? Ada apa nak?" tanya Gladis.
" Dia sudah pucat, ma. Dan ternyata selama ini dia nggak mencintaiku." kata Alana lalu menangis.
" Papa pikir ada masalah penting. Kamu nggak usah memikirkannya, mungkin saat ini kamu patah hati. Tapi suatu saat nanti kamu akan menemukan orang yang tepat dan mencintaimu juga, nak." ujar Arkatama.
" Iya sayang, benar apa kata papamu. Jangan terlalu dipikirkan, suatu saat kamu juga menemukan orang yang mencintaimu." ujar Gladis memeluk putrinya.
Alana tidak tahu harus mengadu kepada siapa, beruntung dirinya punya orang tua yang sangat pengertian padanya. Alana hanya bisa menangis, mungkin benar apa kata ayah dan ibunya jika suatu saat dirinya akan menemukan orang yang mencintainya.
Hari-hari yang Alana jalani rasanya begitu suram, bahkan dia nampak begitu murung. Sangat sulit bagi Alana untuk melupakan Alvaro. Bahkan dia masih menatap foto Alvaro yang masih tersimpan di ponsel. Semenjak Alvaro memperkenalkan pacarnya, Alvaro tidak pernah lagi menghubungi Alana. Alana begitu merindukan Alvaro, namun apa daya Alvaro sudah memiliki kekasih.
Maya dan Jessica melihat Alana yang begitu murung dalam bekerja, bahkan Jessica merayakan jika Alana seperti tokoh kartun yang dimana diatas kepala banyak awan hitam yang menandakan hari yang buruk untuk Alana. Karena merasa iba, Maya berinisiatif untuk mengajak Alana jalan-jalan sesekali mencari hiburan, Jessica yang mendengarkan ide tersebut justru sangat setuju. Mungkin saja dengan mengajak keluar jalan-jalan Alana bisa terhibur dan kembali ceria.
" Alana.. kamu pulang ya?" tanya Maya ketika Alana menenteng tasnya keluar kantor.
" Iya, kenapa?" tanya Alana.
" Aku dan Jessica berencana mau jalan-jalan gitu ketempat hiburan. Kamu mau nggak?" tanya Maya.
" Ikut ya? Siapa tahu dengan kamu ikut, kamu bisa kembali. Aku juga ingin foto-foto disana." ucap Jessica.
" Jess, kita buat senang-senang bukan untuk foto-foto. Kamu mau ikut nggak, Al?"bujuk Maya
" Iya deh, aku ikut. Nanti kalian kirim saja lokasinya dimana. Aku akan nyusul. Aku pulang dulu ya." ucap Alana pamit pulang.
Alana pulang ke apartemennya, dia terus teringat akan ajakan Jessica dan Maya. Ajakan yang cukup menarik perhatiannya. Sebab ajakan itu mungkin saja bisa membuatnya terhibur dan melupakan rasa sakit hati masih tertanam dalam belum juga sembuh dari lubuk hatinya.