Amara Calista seorang gadis berbadan bongsor, yang mempunyai hobi main basket, jatuh cinta pada seniornya yang bernama Altaf Alfarizi. Altaf yang mempunyai banyak fans, awalnya hanya memandang sebelah mata pada Amara. Amara berusaha sungguh-sungguh untuk merubah penampilannya demi mendapatkan hati Altaf. Dan dengan kekuasaan sang papa Amara bisa mendapatkan Altaf melalui sebuah perjodohan. Namun sebuah musibah membuat Amara pupus harapan dan memilih berpisah dengan sang suami tercinta. Bagaimana kisah cinta Amara dan Altaf? Ikuti kisah lengkapnya dalam "Asmara Ke Dua".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsia Niqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesal
Seminggu Ara menjadi siswa baru, banyak teman sekelas yang sudah akrab. Sifatnya yang supel membuatnya mudah bergaul.
Hari ini ada pengumuman pendaftaran siswa yang ingin masuk tim bola basket. Di kelas Ara, sang ketua kelas juga mempunyai postur yang cocok sebagai pemain basket. Vano panggilan Devano Arganata, sang ketua kelas menyampaikan pengumuman itu.
"Amara, jadi ikut daftar masuk tim basket kan?" Tanya Vano mendekati Ara yang tengah asik bercanda dengan Widdi dan Nola.
"Iya Van, jadi. Sekarang?" Tanya Ara berlagak cengo.
"Iya Amara Calista, masa tahun depan, keburu kumisan!" Jawab Vano becanda.
"Ya nggak papa kumisan, kayaknya kalau Ara kumisan jadi tambah keren, beda gitu!" Jawab Ara asal.
"Lo emang beda Ra, cewek unik!" Kata Vano dalam hati.
"Ya udah ayok, sekarang kita daftar!" Kata Vano tegas.
"Bareng?" Tanya Ara sok bego lagi.
"Nggak! Ya iya lah bareng, nanya lagi, ayok buruan!" Kata Vano makin kesal.
"Iya, iya....maaf!" Jawab Ara yang langsung berjalan mengikuti langkah lebar Vano.
Di ruangan osis tempat pendaftaran masuk tim basket, Altaf duduk di depan laptopnya.
Mendengar pintu diketuk, Altaf langsung mempersilahkan masuk.
Tok.....tok....tok....
"Masuk!" Jawab Altaf.
"Misi mas kami mau mendaftar masuk tim basket sekolah!" Kata Vano, dan Altaf menghentikan kegiatan dengan laptopnya.
"Nama?" Tanyanya singkat sambil mengambil selembar kertas yang berisi nama-nama siswa yang sudah mendaftar.
"Devano Arganata, dan ini teman sekelas saya mananya Amara Calista mas, mau daftar masuk tim putri." Kata Vano, Altaf melirik ke samping ke arah Ara.
"Bagus lah akhirnya kamu ikut daftar juga, jadi nggak perlu repot-repot aku nyuruh kamu masuk tim putri, gadis unik!" Kata Altaf dalam hati.
"Mulutnya kenapa?" Tanya Altaf dingin.
"Aku kak?" Tanya Ara yang membuat Altaf melotot.
"Iya, siapa lagi? Kenapa nggak ngomong sendiri, mulutnya sakit?" Kata Altaf kesal.
"E...enggak kak, anu saya tadi....." Ara tak dapat menyelesaikan kata-katanya Altaf sudah memotongnya.
"Anu kamu kenapa, saya nggak butuh penjelasan tentang anu ya! Sebut nama lengkap!" Altaf memberi perintah dengan tegas. Ara menyebutkan namanya sambil menunduk menahan kesal.
"Amara Calista kak, aku sekelas sama Vano!" Jawab Ara masih menunduk malas memandang pria sombong di depannya.
"Di bawah ada duwit?" Tanya Altaf membuat Ara semakin kesal dan langsung melotot ke arah Altaf.
"Maaf kak!" Kata Ara sambil mengalihkan pandangannya.
"Belum lebaran, nggak perlu maaf-maafan, lain kali ngomong sendiri, nggak usah pinjem mulut orang lain buat ngomong. Dan kalau ngomong sama seseorang tatap orangnya, jangan nunduk!" Kata Altaf sambil memperhatikan Ara yang nampak kesal.
"Iya kak!" Jawab Ara singkat.
"Badan aja gede, nyali kayak biji kedelai!
Sabtu ini tesnya, pengumuman hari senin!" Kata Altaf tegas, dan dijawab bareng oleh Ara dan Vano. Setelah itu mereka keluar ruang osis.
"Gila Van, huh....maunya aku geplak aja kepalanya, siapa nama dia?" Tanya Ara kesal sambil berjalan menuju kelasnya.
"Altaf Alfarizi, tapi kamu jangan benci sama dia Ra, nanti bisa bucin lho!" Goda Vano.
"Awalnya lihat dia emang suka Van, tapi begitu tahu dinginnya kayak es batu, kesel banget aku. Mulutnya itu lho....hih.....pingin tak peres-peres kaya kelapa parut!" Kata Ara yang makin kesel, dan Vano hanya tertawa melihat gadis manis tapi bongsor didepannya. Yang menurut Vano sangat lucu.
Hari sabtu tiba, hari libur yang seharusnya digunakan Ara untuk bersantai dengan mama, papanya. Justru pagi pagi harus bersiap ke sekolah. Rasa malas dan kesal masih ada kalau bertemu dengan cowok es batu.
Di sini sekarang Ara berada, di parkiran sekolah. Ara keluar dari mobilnya dan mengambil ponsel di tasnya. Ara berjalan sambil mengetik pesan tiba-tiba ada motor sport hitam yang hampir menyerempetnya.
"Allahu Akhbar!" Kata Ara yang kaget sambil
memegangi dadanya. Pengendara motor itu memikirkan motornya lalu membuka helm.
Ara melotot melihat pengendara motor yang hampir menyerempetnya ternyata Altaf.
"Huh....dia lagi! apes-apes, pagi-pagi sudah ketemu demit itu lagi!" Kata Ara dalam hati.
"Kalau berjalan tuh lihat keadaan, lihat depan, jangan lihat layar ponsel! Mau ketabrak?!" Kata Altaf marah, Ara tak ingin berdebat langsung berjalan tak memperdulikan kata-kata Altaf.
"Woy...gua ngomong sama lo! Budek ya? Cepat minta maaf!" Kata Altaf yang berjalan cepat mensejajari Ara.
"Belum lebaran!" Kata Ara tanpa menoleh pada cowok yang berjalan di sampingnya.
"Lo...!" Kata Altaf tak mampu menyelesaikan kalimatnya karena heran keberanian gadis di depannya ini menentangnya.
"Iya kak Altaf Alfarizi, nama aku, Amara Calista, catat jangan sampai lupa!" Kata Ara yang mendekatkan wajahnya di depan wajah Altaf bahkan hanya berjarak tak sampai sejengkal.
Altaf makin penasaran dengan Ara yang semakin berani kepadanya.
"Gadis unik, apa karena dia putri pak kepsek jadi berani sekali sama gua, tapi dia nggak ingin statusnya diketahui orang! Huh dasar gadis aneh!" Kata Altaf dalam hati.
Seleksi telah selesai di lakukan atas penilaian guru olah raga. Pengumuman akan di sampaikan pada hari Senin. Semua anggota yang mendaftar di minta menyertakan nomor ponsel.
"Ok, seleksi sudah selesai, pengumuman akan disampaikan hari senin. Setiap anggota yang masuk seleksi nanti harap memberikan nomor ponselnya pada Altaf sebagai asisten saya dan sebagai kapten tim. Akhir bulan ini tim putra akan mengikuti pertandingan antar sekolah, bapak harap kalian bisa memberi dukungan dan semangat sebagai suporter. Juga agar kalian bisa menambah pengetahuan tentang dunia basket. Acara kita akhiri, semangat semua!" Kata pak Reza menutup acara.
Setelah acara Ara dan Vano berjalan menuju parkiran sambil bercanda. Ada sepasang mata yang memperhatikan mereka dengan tatapan tak suka. Altaf melihat dari jauh keakraban Ara dan Vano.
"Ra, mau langsung pulang? kita jalan dulu yuk!" Ajak Vano.
"Lain kali aja Van, gerah, mau langsung mandi, nggak nyaman." Jawab Ara menolak ajakan Vano.
"Ok, lain kali kita jalan bareng ya!" Kata Vano dan Ara hanya mengacungkan jempolnya.