Hubungan asmaranya tak seindah kehidupannya. Hatinya sudah mati rasa karena selalu dipermainkan oleh para pria. Namun, seorang pria yang baru pertama kali ia jumpai malah membuat hatinya berdebar. Akankah Violet membuka hatinya kembali?
Sayangnya pria yang membuat hatinya berdebar itu ternyata adalah pria yang menyebalkan dan kurang ajar. Gelar 'berwibawa' tidaklah mencerminkan kepribadian si pria ketika bersamanya.
"Kau hanyalah gadis manja, jangan coba-coba untuk membuatku kesal atau kau akan tau akibatnya." — Atlas Brixton Forrester.
****
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
...Sebelum membaca wajib LIKE! ☺️...
...***...
"Pernahkah Daddy menyuruhmu bersikap kurang ajar padanya?"
Niat hati ingin mengadukan sikap Jefry pada sang daddy, Violet malah balik dimarahi. Bukan dimarahi sebenarnya, lebih tepatnya diceramahi oleh Daxton.
"Dad, aku tidak bisa, bukan kurang ajar," balas Violet.
"Kau bisa, Violetta. Harusnya kau bisa. Daddy hanya menyuruhmu untuk menghadiri rapat dan mempelajari file yang Daddy berikan. Dan dari dulu, Daddy selalu mengajarkanmu sopan santun pada orang lain." Daxton menatap anaknya dengan datar.
Violet merengut kesal. Dia tidak suka jika disalahkan seperti ini. Andai Daddy tidak menyuruhnya untuk menghadiri rapat konyol itu, dia tidak akan bersikap seperti kurang ajar tadi.
"Daddy yang salah!" katanya. "Keahlianku bukan di bidang perusahaan! Bagaimana bisa aku mempelajarinya dalam waktu beberapa menit?"
"Dan kenapa bukan Daddy saja yang hadir, kenapa harus aku? Itukan tugas Daddy, bukan tugasku, wajar kalau aku tidak bisa," lanjut Violet.
"Violet, jangan kurang ajar," tegur Rachel yang baru saja kembali dari dapur. Di tangannya ada segelas kopi milik sang suami.
Sekarang sudah malam, setelah makan malam bersama, Daxton langsung menyuruh Violet ke ruang keluarga untuk membicarakan rapat tadi siang.
"Bahkan Mommy juga menyalahkan aku?" ketus Violet.
"Tentu saja. Kau sudah kurang ajar dengan client daddy mu."
Violet semakin menekuk wajahnya. Lihat, malah dia yang disudutkan.
"Tapi itu salah Daddy, bukan aku..." Memang dasarnya manja ya manja. Dia sudah 24 tahun, tapi karena masalah seperti ini, dia hampir menangis karena orang-orang terus memojokkannya.
"Baiklah, Daddy yang salah. Jangan menangis. Maafkan Daddy, seharusnya Daddy tidak menyuruhmu tadi." Daxton memeluk putrinya dan mencium kening Violet. Beginilah dirinya, Daxton tidak bisa marah besar pada Violet. Terlebih Violet adalah anak satu-satunya, mana mungkin dia memarahinya habis-habisan?
Rachel mencebikkan bibirnya melihat pemandangan itu. Meski dengan anak, tetap saja dia cemburu.
Violet mengangguk pelan, dia membalas pelukan daddynya dan menjulurkan lidahnya mengejek mommy.
"Kalian sama-sama salah. Kau juga harus minta maaf pada daddy mu," ucap Rachel pada anaknya.
Violet menurut, dia mendongak menatap wajah tampan Daxton. "Maaf, Daddy..."
"It's okay, sweety."
Makin mencebik saja bibir Rachel ketika mendengar sahutan Daxton.
"Kopi mu hampir dingin. Minumlah." Rachel mengulurkan segelas kopi milik Daxton, membuat pria paruh baya itu terpaksa melepaskan pelukannya pada si manja.
"Besok temui orang itu, minta maaf padanya," celetuk Rachel.
"Orang siapa?" Violet bingung.
"Atlas Forrester. Kau harus minta maaf padanya. Jangan membuat kami malu. Paham?"
Atlas lebih dikenal dengan Atlas Forrester daripada Atlas Brixton Forrester.
Violet memang dididik menjadi wanita yang sopan dan mahal. Jika membuat kesalahan harus minta maaf dengan benar, bukan hanya sekedar kata 'maaf' saja. Intinya dia tidak boleh kurang ajar meski jiwa Violet ingin memberontak.
"Daddy..." Violet menatap Daxton sambil merengek.
"Benar apa kata mommy. Kau harus minta maaf dengan benar. Hm?" Daxton mengelus rambut Violet, mencoba memberi pengertian pada anaknya itu.
Karena tidak mau berdebat, Violet pun mengangguk pasrah.
"Bagus. Sekarang masuk ke kamar dan tidur. Jangan tidur terlalu larut," kata Rachel.
Violet mengangguk, dia mencium pipi Daxton dan Rachel sebelum menaiki tangga menuju kamar kesayangannya.
****
Jari-jari milik tangan kekar itu menari-nari di atas keyboard. Tatapan matanya yang tajam membaca dengan seksama tentang informasi yang dia dapat. Biasanya dia akan meminta asistennya untuk mencari identitas seseorang, tapi kali ini, entah kenapa dia berinisiatif mencari tau sendiri.
Violetta Charlotte.
Putri tunggal dari pasangan Daxton dan Rachel yang jarang disorot media karena gadis itu memang tidak suka wajahnya masuk di internet. Terlebih Daxton juga mewanti-wanti wartawan untuk tidak mengambil foto putrinya tanpa ijin. Tapi, itu semua tak ada gunanya, karena Atlas bisa mencari semua informasi. Bahkan dia juga tau kalau Violet selalu gagal dalam kisah asmaranya.
Pria yang masih memakai kemeja hitam itu mendengus pelan. "Anak manja ternyata," gumamnya. Dia mengambil kopinya yang hampir dingin, lalu meminumnya 2 teguk. Dari pada kopi susu, Atlas lebih suka kopi hitam, karena rasanya lebih nikmat.
"Sedang apa?"
Suara kakaknya membuat Atlas tak terkejut. Saat ini dia memang berada di ruang kerja, wajar kalau Jaxon masuk sembarangan. untungnya tampilan informasi tentang Violet sudah Atlas tutup, jadi hanya memperlihatkan wallpaper komputer saja.
"Menyelesaikan apa yang belum aku selesaikan," jawab Atlas sesantai mungkin.
"Cepat masuk ke kamarmu, nenek tau kalau kau masih di sini," ucap si kakak.
Atlas berdehem singkat, dia mematikan komputernya lebih dulu dan segera beranjak dari sana.
Jaxon menatap punggung adiknya yang semakin menjauh. Seketika dia mendengus kecil. "Kau pikir aku bodoh, huh?"
****
Violet menatap wajahnya yang terpantul di cermin dengan malas. Di belakangnya ada Rachel yang sedang menata rambutnya sambil mengoceh.
Rencananya, siang ini dia akan mengajak Atlas makan siang, lebih tepatnya orang tuanya lah yang meminta. Kalau bukan karena mommy dan daddy, mana mau Violet susah-susah menemui Atlas.
"Selesai." Rachel menatap wajah putrinya di pantulan cermin. "Bersikaplah dengan sopan, jangan kurang ajar, paham?"
Violet mengangguk patuh. Dia mengambil parfumnya dan menyemprotkan nya ke leher dan titik nadi yang lain.
"Kalau bisa, ambil juga hatinya. Dia adalah pria yang baik dan tampan. Menantu idaman Mommy sekali," lanjut Rachel tanpa beban, bahkan wanita itu tersenyum menggoda.
"Hati saja? Kalau Mommy mau, aku bisa mengambil ginjal, jantung, paru-paru —"
Tuk!
Rachel memukul kecil kepala anaknya. "Bukan itu maksud Mommy! Kau ini!"
"Terserah. Ini hanya makan siang sebagai permintaan maaf, tidak lebih." Violet berdiri dari duduknya, lalu menyambar tas kecil yang berisi ponsel dan beberapa kartu ATM nya.
"Aku pergi dulu."
"Semoga berhasil!"
Violet tak menghiraukan ucapan mommy nya. Dia memilih melangkahkan kaki keluar. Heels mahal berwarna maroon itu berbunyi seiring langkah kaki indah tersebut.
Setelah duduk di kursi mobil, Violet menghela nafas kasar.
Di kursi kemudi ada sopir pribadi nya yang selalu mengantarnya kemanapun. Tapi, kadang Violet menyetir sendiri kalau tidak malas.
Sebelum rencana makan siang bersama dengan Atlas Forrester, daddy sudah mengatur semuanya, jadi Violet hanya bagian menemuinya saja. Untungnya si Atlas Atlas itu mau menerima tawaran daddy nya.
"Jadi namanya Atlas," gumam Violet. Sebelum Rachel mengatakan nama pria itu, Violet tidak tau namanya, bahkan saat rapat kemarin pun Violet masih tidak tau.
"Huh, namanya saja sangat membosankan, apalagi orangnya," lanjutnya mendengus pelan.
Sulit dipercaya, nama yang terdengar membosankan itu padahal sempat membuatnya gemetar saat pertama kali bertemu. Apakah dia lupa?
"Sudah sampai, Nona."
Violet segera turun saat sang sopir membukakan pintu untuknya. Tak hanya diam menunggu di mobil, sopir tersebut melangkah mengikuti kemana nona nya pergi. Karena tugasnya bukan hanya seorang sopir, melainkan menjaga nona muda nya juga.
"Tunggu di sini saja," ucap Violet pada Lucas— sopir pribadinya.
Makan siang mereka berdua bukanlah di tempat bagian luar, melainkan di ruangan VVIP, sesuai apa yang Daxton pesan.
Violet menarik dan mengeluarkan nafas perlahan sebelum masuk.
Ceklek
Seorang pria tampan yang sedang sibuk dengan tabletnya pun langsung menyapa indra penglihatan Violetta.
Atlas, pria itu melirik jam tangannya sebentar. "Kau telat 5 menit."
Suara bariton nya terdengar seksi ditelinga Violetta. "Maaf." Hanya itu yang bisa Violet ucapkan. Dia mengambil posisi duduk di depan Atlas. Mencoba duduk dengan anggun.
Atlas mematikan tabletnya dan menatap lurus ke arah Violet hingga membuat si gadis salah tingkah.
Untuk menghilangkan rasa canggung, Violet pun membuka suara. "Ekhem... Langsung saja. Tujuanku mengajakmu makan siang adalah untuk menebus kesalahanku yang cukup kurang ajar saat pertemuan kita kemarin. Apakah kau mau memaafkan aku?"
"Bukan 'cukup' kurang ajar, tapi 'sangat' kurang ajar." Atlas mengoreksi ucapan Violet.
Apa maksud pria ini? Dia benar-benar menguji kesabaranku. Batin Violet.
"Ah, iya. Maafkan aku," sahut Violet, sangat berbanding balik dengan isi hatinya.
"Kalau bukan karena Tuan Daxton yang meminta, aku tidak akan datang dan membuang-buang waktuku di sini." Wajah tampannya masih terlihat datar dan terkesan angkuh.
Lagi-lagi ucapan Atlas membuat Violet kesal setengah mati. Tapi, dia tak bisa melakukan apapun selain tersenyum tipis dan mengakui kesalahannya.
Bukan tidak mau meladeni, Violet hanya tidak mau membuat daddy marah lagi. Jika mau, dia bisa saja menjambak rambut pria menyebalkan itu.
***
kalau ky gitu mlah mirip binaragawan