Seorang pria muda bernama Adin Ahmad, ia lahir ditengah-tengah keluarga yang memprioritaskan dirinya menekuni ilmu agama, setelah ia menamatkan pendidikan s1 nya di bidang ilmu agama islam, kini ia berusaha menggapai s2 nya, jurusan ilmu sejarah islam, dan lika liku perjalanannya dimulai ketika ia hijrah dari Kota Serang ke Kota Tangerang. Awalnya ia ingin mengembangkan bisnis lalu melanjutkan pendidikan s2 nya dengan tenang.
Banyak wanita-wanita cantik di sekelilingnya yang tertarik padanya, baik dari ketampanannya maupun dari kejeniusannya. Salah satunya Syifa Fauziyah.
"Benarkah Ustadz Muda ini yang telah mencuri hatinya Syifa?"
"Terus kapan waktu terjadi pencuriannya itu?"
"Lantas kenapa Syifa tidak berteriak ketika hatinya di curi?"
"Apakah dia sengaja mebiarkan agar hatinya di curi dan diambil oleh Ustadz Muda ini?"
" Ayo mari kita simak kisahnya, semoga para sahabat terhibur !!"
"Tolong jangan sampai lupa!"
"Like, komen, share, dan subscribe"
"Kami nantikan dari anda!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aby Arsyil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
03. Semua Mata Tertuju Padanya
Pagi itu seperti hari-hari biasanya, matahari baru saja menampakan dirinya, dengan taburan cahaya keemasan, menyapa jiwa-jiwa yang masih dikandung badan. Sinar hangatnya mampu memberikan secercah harapan bagi insan yang mendamba akan kasih sayang.
Setiap hari minggu pagi, di kawasan Pondok Pesantren Nurul Iman Kota Tangerang di adakan nya rutinitas pengajian mingguan. Khusus untuk ibu-ibu, dan calon - calon ibu juga, tentunya pasti ada. Bahkan nenek-nenek pun tak mau ketinggalan, ikut serta memeriahkan pengajian tersebut.
" Kenapa sih, khusus ibu-ibu? "
" Yaah, jawabannya cukup sederhana. Karena yang paling antusias dalam pengajian itu adalah ibu-ibu !"
Sedangkan untuk bapak-bapak, kalau di ajak ke pengajian pasti saja cari-cari alasan. Nggak sempat lah, lagi sibuk lah, lagi kurang enak badan lah, berbagai macam alasan di kemuka kan.
" Ayo siapa, yang suka begitu kalau di ajak ke pengajian. ???
Namun kali ini yang memberi materi pengajian bukan lah Ustadz H. Furqon seperti biasanya, selaku pendiri dan pengasuh Pon-Pes Nurul Iman. Beliau sedang ada urusan yang tidak bisa di wakilkan, sehingga tidak bisa memimpin pengajian, dan akhirnya beliau mau tidak mau harus mewakilkan pada saudaranya yang bernama Adin Ahmad untuk menggantikannya sementara dan kebetulan dia sedang berkunjung kerumahnya waktu itu, oleh karena itu Ustadz H. Furqon meminta kesediaan adiknya untuk mengisi acara pengajian, sekaligus untuk melatih dan membiasakan diri dan mengasah kemampuannya dalam menghadapi dan menyikapi berbagai problem - problem yang timbul di kalangan masyarakat umum. Adin Ahmad ini adalah adik ipar dari Ustadz H. Furqon. Sedang istrinya bernama Ustadzah Qonita Mutiah atau lebih sering di panggil Umi Tiah yang merupakan kakak perempuan dari Adin Ahmad.
Seperti biasanya sebelum acara pengajian di mulai, para jama'ah ibu-ibu melantunkan sholawat dan puji-pujian sambil menunggu teman-temannya yang lain yang belum datang. Kali ini yang memimpin sholawatan adalah Ibu Diana yang mempunyai suara merdu, sering di panggil dengan 'Mpok Dian' karena dia masih cukup muda dan cantik, usianya sekitar 26 tahun. Namun sungguh kasihan sekali nasib yang menimpanya, 2 tahun yang lalu dia terpaksa harus rela menyandang gelar yang paling di takuti oleh kaum wanita, dengan gelar 'JANDA MUDA' ia menjadi Janda karena suaminya pergi untuk selama- lamanya dan takan pernah bisa kembali lagi, karena sudah berbeda alam, ia merupakan sosok wanita yang tegar dan kuat menerima segala cobaan, menjalani lika-liku manis pahitnya kehidupan. Sekilas, eh . . . bukan ! Mungkin beberapa kilas, kalau kita dengarkan suaranya itu, mirip seperti vokalis Group Qasidah EzzurA Kak Makhi namanya yang suaranya Masya Allah halus, lembut dan merdu, EzzurA ini merupakan regenerasi dari Nasida Ria.
" Sobat semua pasti tahu kan ! Group Qasidah Nasida Ria?''
Sebuah Group Qasidah yang mulai eksis di tahun 1.975 hingga tahun 2.000 an. Bahkan sampai sekarang pun lagu - lagunya masih bisa sering kita dengarkan. Kalau kita puter lagu- lagu dari Nasida Ria, seolah-olah kita merasa dibawa kembali ke zaman dahulu, ingat masa - masa kecil dulu, ingat dengan permainannya, ingat dengan canda tawanya, ingat dengan lingkungannya yang tenang, televisi pun jarang, apalagi smartphone seperti sekarang ini, handphone pun belum ada, paling banter adanya telephone, itu juga jarang ada yang punya, kalau pun ada itu di Wartel yang cukup untuk merogoh kocek kita, dan ada juga telephone umum yang di sediakan oleh pemerintah, biasanya ada di tempat - tempat yang ramai di kunjungi orang, lokasinya di pinggiran jalan, untuk satu kecamatan paling ada 1 unit, yang mau memakainya pun juga harus ngantri dengan antrian yang cukup panjang, kayak orang yang lagi menunggu antrian pembagian sembako di kelurahan.
"Assalamu A'laikum ! "
"Wa'alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatuh, mari silahkan Pak Ustadz masuk ! " jawab jama'ah ibu-ibu pengajian mingguan Majelis Ta'lim Nurul Iman, dengan serentak menjawab salam dan mempersilahkan Bapak Ustadz H Furqon, untuk memasuki Majelis Ta'lim.
" Ehhh.... Sebentar ! Pak Ustadz kok suaranya beda, yaah ! terdengar masih sangat muda !? " selidik ibu-ibu jama'ah pengajian saling kasak kusuk, karena suaranya tidak begitu familier di telinga ibu-ibu dan lagi sosoknya belum terlihat semua, masih terhalang tembok.
" Terima Kasih ! " terdengar sahutan dari luar, sambil memasuki pintu masuk majelis, dan kini menampakan sosoknya yang masih sangat muda dan tampan.
Dengan kerendahan hati, serta diiringi senyuman yang ramah, Orang yang mengucapkan salam tadi, menangkupkan kedua tangannya di depan dada, sebagai sapaan salam, sambil melangkahkan kakinya memasuki majelis ta'lim itu, dan segera menuju tempat yang telah di sediakan di bagian depan.
" Deg !
" Deg !
" Haaaaaah !!!"
Berpuluh-puluh pasang mata, saling melotot, mulutnya ternganga lebar melihat sosok pemuda yang tampan rupawan. Yang kini memasuki ruangan majelis ta'lim. Sontak saja suasananya menjadi semakin riuh dan gaduh, yah maklum saja, namanya juga ibu-ibu, apalagi ibu-ibunya masih pada muda-muda, meskipun sudah punya suami masing-masing, tetap saja kalau melihat wajah baru nan tampan rupawan, semuanya jadi salah tingkah, apalagi ibu-ibu yang biasa ngumpul di Arisan, yang kerjaannya suka ngegosip, dan ngomongin orang, meskipun mereka rajin ikut pengajian tapi kadang - kadang omongannya sering keceplosan.
Ada yang bersorak sorai, ada yang bersiul, ada yang kasak kusuk, ada juga yang penasaran meminta jawaban dari teman-temanya, namun semuanya sama tidak bisa menemukan jawaban, ada yang sengaja batuk-batukan, ada yang berdehem, entah itu keselek atau memang tenggorokannya kering, ada yang bergumam, ada juga yang bertanya langsung tanpa ba bi bu lagi, hingga suasananya mirip seperti pasar saking ramainya, membuat sang Ustadz jadi terkesima dan salah tingkah, wajahnya memerah seperti tomat direbus, kecut menahan rasa malu, sang ustadz pun bingung di buatnya entah dia harus menangis atau tertawa diapun tak tahu, melihat reaksi ibu-ibu yang menurutnya terlalu narsis itu.
" Ehh,Siape elo tong, tuampan banget dah !?" celetuk ibu-ibu yang memakai baju merah, namanya 'Mpok Aidah' rupanya dia tidak bisa menahan diri lagi untuk segera bertanya dan mengetahui jawabannya, siapa kah gerangan sesungguhnya, orang yang dipercayakan oleh Ustadz H Furqon untuk menggantikannya.
Belum juga terjawab pertanyaan itu, ada lagi suara yang terlontar padanya.
" Ehh, elo tong, udah punya bini ape belon ?"
" Ade noh keponakan ibu, yang lagi nyari - nyari laki, mau ape ndak ibu jodohkan ame die?" celetuk ibu Halimah istrinya pak RT dari kampung sebelah dengan logat betawinya yang campur aduk.
Mendengarkan pertanyaan - pertanyaan itu Sang Ustadz Muda gelagapan dibuatnya. " Pertanyaannya kok gini amat, yaah ?! " gumam dalam hatinya, mau di jawab dia bingung, kalau tidak di jawab takutnya di anggap sombong.
Hening, . . . . Untuk sesaat suasana benar - benar terasa hening, semuanya diam menyimak dan memandangi pemuda itu, menantikan apa yang akan di katakan oleh pemuda tampan itu.
" Beliau adalah adikku, dari Kota Serang, Nama Ustadz Adin Ahmad ! Beliau hari ini kebetulan mempunyai waktu luang, sehingga Abah Ustadz menugaskannya untuk mengisi kajian pada pagi ini !" jawab Umi Tiah, yang baru saja memasuki ruangan itu, ketika melihat suasananya menjadi gaduh.
" Ohhhh !"
" Pantesan Guaanteng bener, ternyata adiknya Umi toh, hehehe '?! " jawab semua jama'ah ibu-ibu dengan penuh kekaguman, akhirnya mereka tahu siapa sosok pemuda didepannya itu.
Dan ada sepasang mata cantik, milik seorang gadis muda yang sedari tadi memandangnya tanpa berkedip, setelah mendengarkan penjelasan dari Umi Tiah kini matanya terbelalak semakin lebar, dia kaget mendengar identitas pemuda itu, detak jantungnya pun bedegup - degup dengan cepat, seperti ingin meloncat loncat, karena ia sangat mengenal suara dan rupa wajah itu, walaupun penampilannya sedikit berbeda dari biasanya, dan sekarang terlihat lebih tampan dan alim, dengan balutan kemeja putih, dengan bawahan sarung dan memakai peci hitam yang membuat disposisinya semakin terlihat gagah dan penuh wibawa, walaupun nampak sederhana, tapi memancarkan karisma yang agung, memberikan kesan yang alami dan menyejukan hati, bila ada orang yang memandangnya.