STAY WITH ME, EVE

" Siapa ya gadis itu? Kok sampai di usir dari rumah itu?"

" Ada masalah apa ya. Kok sampai di usir begitu malam malam?"

Karena rasa iba dan ingin tahunya maka Carya pun menghampiri gadis yang sedang menangis tersedu sedu itu. Mobil Carya pun berhenti tepat di depan gadis itu.

" kok nangis malam malam? Dan ada apa kok sampai bawa bawa tas besar begini?"

Gadis yang sedang menangis itu pun terdiam sejenak , dan memandang wajah pemuda yang turun dari mobil tersebut.

" oh maaf apakah saya menghalangi jalan mobil anda?"

" Hah tidak tidak tapi aku lihat tadi kau di usir dari rumah besar itu. Ada apa ?"

" Ya aku di usir dari rumah bibi karena memarahi sepupu aku yang ketahuan jalan sama tunangan aku."

" Lo kok bisa?"

" Iya ternyata tunangan aku yang di jodohkan oleh ayah aku itu selingkuh sama sepupu aku sendiri. Jadi kami sempat bertengkar tadi. Tapi bibi aku marah dan aku di usir dari sana"

" Hmmm ada ada saja. Sekarang mbaknya mau kemana?"

" Saya akan cari kost saja mas. Karena saya tidak ada rumah lagi. ini sebenarnya rumah mama aku tapi sejak mama meninggal dan papa aku nikah sama bibi aku , maka rumah ini ditempati oleh mereka. "

" Lo sebenarnya mereka tidak ada hal untuk mengusir mbak dong. Karena ini kan rumah mama mbak"

" Papa aku selalu percaya sama perkataan bibi aku jadi aku tidak bisa melawan mereka."

" Baiklah untuk sementara mbak ikut saya saja ya. Saya punya kenalan di dekat pasar sana mungkin bisa memberikan informasi kost kost an yang murah buat mbaknya ya?"

" Baiklah . Jika tidak merepotkan mas nya?"

" oh tidak. Saya kebetulan juga mau kirim sayuran ke sana mbak. Dari pada mbak di sini sendirian "

" Baiklah terima kasih banyak atas tumpangannya ya mas."

" Ayo lekas naik. Kita berangkat sekarang. Biar saya bawakan tas mbaknya."

" Tidak usah mas. ini tidak berat kok. Saya bisa bawa sendiri."

" Baiklah ayo naik. Kita berangkat sekarang."

Keduanya akhirnya masuk ke mobil pick up milik Carya. Saat di dalam mobil...

" Mas, Apa mas setiap hari jual sayuran begini ya?"

" Iya mbak. Saya memang di besarkan di keluarga yang punya lahan sayuran dan kami jual di pasar sayuran hasil lahan kami itu. Jadi ya begitulah setiap saya panen ya saya jual ke pasar sini."

" Lo emang masnya dari mana?"

" Saya tinggal di desa sebelah mbak. Di desa Pring Kuning mbak "

" Oooh lumayan jauh ya mas. "

" Iya mbak. Tapi sudah biasa sih. "

" Mas... Apa mas tidak butuh pegawai ya mas.untuk petuk sayur dan ikat sayur begitu?"

" Selama ini saya tidak pakai pegawai sih mbak. Semua ya saya sendiri yang kerjakan."

" Bolehkah saya jadi pegawai mas ya. Jika saya kost pun saya hanya punya uang untuk satu kali bayar. Jadi saya pikir saya mau cari pekerjaan saja. Karena saya sudah tidak tinggal dengan papa saya lagi kan mas. Jadi jika boleh... Apakah saya boleh bantu bantu mas?"

Pemuda itu terdiam sejenak berpikir dalam diamnya.

" Mbak tapi saya tidak bisa bayar banyak Lo mbak. Hasil sayuran ini juga tidak tiap hari panen mbak. "

" Tidak apa apa mas. Asal saya bisa kerja saja. "

" Tapi apakah mbak tidak apa apa upahnya kecil mbak?"

" Tidak apa apa mas. Asal saya ada yang bisa buat makan tiap hari."

" Hmmm baiklah. Dan selamat bekerjasama mbak mulai hari ini."

Kedua anak muda itu pun akhirnya tertawa bersama. Bagi Evoleth duka saat mengetahui pengkhianatan sang tunangan sudah tidak terlalu sakit lagi. Sebab tunangan itu juga dulu adalah kehendak sang papa yang mau kenalkan dan tunangkan dia dengan putra temannya. Tapi siapa sangka ternyata bibinya malah mendukung dan mengenalkan laki laki itu pada sepupunya. Walaupun mereka sudah tahu tapi tetap saja Evoleth merasa semua itu pasti rencana sepupunya dan bibinya. Sehingga di belakang Evoleth keduanya malah selingkuh.

Tapi hati ini tepat di dini hari ini, Evoleth akhirnya mengikhlaskan semuanya. Baik itu tunangan dia dan rumah mamanya karena masih ada papanya juga yang tinggal di rumah itu.

Hari itu Hati Evoleth menjadi lebih baik. Dia merasa dia sekarang bisa mandiri dan mencari hidupnya sendiri tanpa di perintah perintah dan di ejek setiap hari sama tetangga karena hasutan sang sepupu dan bibinya. Hingga para tetangga pun selalu meremehkan dan merendahkan Evoleth selama ini. Dia tidak lebih hanya pembantu di rumah mamanya sendiri.

Tiba di sebuah pasar tradisional yang selalu ramai penjual dan pembeli selama dua puluh empat jam setiap harinya.

Carya dan Evoleth pun mulai menurunkan sayur sayur yang menjadi pesanan pedagang di sana.

" Wah tumben nih dini hari sudah sampai sini mas? Dan berdua lagi. Kalian pengantin baru ya?"

" Hmmm bisa aja sih bapak ini. Kamu baru ketemu hari ini pak. Tapi dia cari angkutan umum kagak ketemu jadi saya tawarkan tumpangan sekalian."

" Waaah tapi kalian serasi Lo mas. Jika kalian pengantin baru cocok ini."

" Waaah iya benar. Cocok sekali sih."

Ucap beberapa pedagang lainnya. Kemudian bersama sama tertawa menggoda kedua anak muda itu. Carya memang sekitar usia 25 tahunan sedangkan Evoleth saat itu sudah usia 22 tahun. Beda 3 tahun sama Carya.

semuanya tertawa bahagia saat itu.

Tapi tanpa mereka sadari dari kejauhan tampak tiga pasang mata sedang memperhatikan kedua anak muda itu.

Carya yang sebenarnya tahu jika dia sedang diintai oleh beberapa orang pun mulai merasakan gelisah. sebab saat itu ada Evoleth bersama dia. Tapi Carya berusaha setenang mungkin.

Tiba tiba Carya langsung menarik tangan Evoleth untuk segera masuk ke mobil dan meninggalkan pasar tersebut.

" Ada apa mas? Kok tiba tiba mas jadi tegang begini?"

" Hmmm tidak tiba tiba saya teringat jika saya harus segera tiba di satu pasar lagi sebelum fajar menyingsing. Ada pesanan "

" Oooh saya kira ada apa?"

" Tidak ... Tidak ada apa apa."ucap Carya sambil tersenyum pada gadis manis di sebelahnya.

Tiba tiba dari arah depan ada tiga orang menghadang mobil mereka. Evoleth terkejut dan jadi ketakutan juga. Melihat penampilan tak biasa orang orang di depannya itu.

" Shit... Mereka sudah tahu. Aku di sini."

" Mas siapa mereka. Apakah mas kenal?"

" Mbak. Mbak tutup semua kaca jendela ya dan jangan keluar walaupun mereka mencoba membuka pintu mobil ini.

Carya langsung turun dari mobil dan menutup semua pintu dan jendela supaya ketiga orang itu tidak mengganggu gadis cantik tersebut.

Trang Trang Trang... bunyi senjata tajam saling beradu.

Dan tiba tiba dari dalam tangan sang pemuda tampan itu sudah tergenggam sebuah tombak panjang yang mengkilatkan cahaya dan membuat petir di sekitarnya. Berbunyi riuh bersahutan.

dengan sekali tebas ketiga orang tersebut langsung tewas. Gadis cantik itu terkejut dan terpana bersama sama. Melihat semua perisitiwa di depan matanya.

" Siapakah sebenarnya pemuda itu? Jika seperti itu dia seperti orang lain. Bukan pemuda ramah yang aku tahu tadi saat pertama bertemu. Wajah itu begitu serius dan dingin. sorot mata itu begitu tajam penuh ancaman dan membunuh semua musuhnya."

" Dan apa itu tadi? Senjata yang baru pertama kali aku lihat. Seperti pedang tapi berujung mata tombak dan panjang tanpa pegangan pedangnya. "

Saat dia masuk ke mobilnya lagi. Dia menghembuskan udara dingin di sekitar dalam mobil membuat sang gadis cantik itu pun tertidur dengan lelapnya. Dan tiga jasad itu pun sudah menghilang seperti telah di hisap oleh senjata aneh itu.

Sang pemuda pun menatap gadis cantik dan manis di sampingnya itu. Sambil tersenyum tipis. Tiba tiba dia menjadi dingin dan beku kembali. Ekspresi yang selama ini dia sembunyikan...

Dengan kecepatan tinggi dia melajukan mobil itu ke pasar tradisional satunya lagi. Ada tiga desa yang dia datangi. Panen sayuran kali itu memang berlimpah. Dan lumayan banyak. Jadi Carya menjual cukup banyak kali itu.

Beberapa jam kemudian sebelum fajar menyingsing, Carya sudah tiba di sebuah pasar Pring Sedeso yang sangat ramai itu .

" Hmmm hoam..... Lo mas sudah tiba saja di pasar lagi ya. Ini dimana mas?"

" Di desa satunya lagi . Jadi kita turunkan sayuran sisa itu untuk kita jual disini."

" Lo aku ketiduran ini toh kok tiba tiba saja aku sudah sampai sini aja. Aduh kagak enak aku sama mas e tadi ya... Aduh bodohnya." gunam Evoleth dalam hatinya.

Seketika itu juga Evoleth pun akhirnya turun dan membantu Carya yang sedang menurunkan sayur mayur yang akan di jual ke pedagang yang ada di sana.

" maaf ya mas. Aku ketiduran tadi."

" hmm tidak apa apa. Saya tahu mbak pasti capek." senyum tipis penuh arti terulas di bibir Carya.

" Bagus dia tidak ingat apa apa... " gunam Carya dalam hati.

Bersambung...