NovelToon NovelToon
Dibalik Topeng Sang Brandal

Dibalik Topeng Sang Brandal

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: xy orynthius

Di kota kecil bernama Harapan Senja, beredar cerita tentang sosok misterius yang dikenal sebagai "Sang Brandal." Sosok ini menjadi legenda di kalangan warga kota karena selalu muncul di saat-saat genting, membantu mereka yang tertindas dengan cara-cara yang nyeleneh namun selalu berhasil. Siapa dia sebenarnya? Tidak ada yang tahu, tetapi dia berhasil memenangkan hati banyak orang dengan aksi-aksi gilanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xy orynthius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 3

Pagi yang cerah di Harapan Senja terasa seperti biasa bagi kebanyakan orang. Namun, di dalam hati Zed, awan gelap terus bergelayut. Meskipun malam tadi dia dan Kai sudah membahas rencana untuk menghadapi situasi yang semakin rumit, perasaan waswas tetap tak bisa hilang.

Kampus mulai ramai saat Zed tiba dengan hoodie abu-abu yang sama seperti biasanya. Matanya bergerak waspada, mengamati sekitar, memastikan tak ada yang memperhatikan dia terlalu dekat. Namun, ada sesuatu yang aneh pagi ini. Cassie, yang biasanya selalu ceria dan penuh semangat, kini tampak sibuk dengan ponselnya, alisnya berkerut seolah membaca sesuatu yang serius.

Zed berusaha bersikap biasa saja saat Cassie mendekatinya. "Pagi, Cass," sapanya ringan. Namun, Cassie hanya mengangguk pelan, tanpa senyuman yang biasanya selalu hadir.

Zed mencoba menahan rasa ingin tahunya, namun akhirnya menyerah. “Lo keliatan beda hari ini, ada apa?”

Cassie berhenti sejenak, menatap Zed dengan mata yang penuh dengan pemikiran. "Zed, gue nemu sesuatu yang aneh."

Jantung Zed berdetak lebih cepat. "Apa itu?"

Cassie mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah artikel. “Gue nemu ini pas lagi browsing pagi ini. Ini artikel dari blog investigasi kecil, dan mereka bilang kalau ada bukti baru soal siapa sebenarnya Sang Brandal.”

Zed merasakan darahnya berdesir. “Buk... bukti? Maksud lo, bukti kayak gimana?”

Cassie menatap layar ponselnya dengan serius. “Gue nggak tahu seberapa valid ini, tapi katanya mereka punya rekaman CCTV yang nunjukin seseorang yang mencurigakan, keluar dari gang tempat Sang Brandal terakhir kali muncul. Dan...”

Cassie menghentikan kalimatnya, terlihat ragu untuk melanjutkan.

“Apa, Cass? Terusannya gimana?” tanya Zed dengan nada yang mencoba tenang, walau hatinya cemas setengah mati.

Cassie akhirnya menatap Zed dengan penuh kekhawatiran. “Orang itu pake hoodie abu-abu... kayak punya lo.”

Zed merasakan dunia seakan berputar lebih cepat. “Sial!” batinnya. “Mereka udah nemu jejak gue.”

Namun, Zed berusaha tetap tenang di hadapan Cassie. “Banyak orang yang pake hoodie abu-abu, Cass. Itu kan warna yang umum. Gue yakin orang-orang di kampus ini juga banyak yang punya hoodie kayak gini.”

Cassie mengangguk, meskipun terlihat tidak sepenuhnya yakin. “Iya sih, mungkin cuma kebetulan. Tapi tetap aja, gue nggak bisa berhenti mikirin ini. Kalau bener ada bukti kayak gitu, kita harus hati-hati.”

Zed mencoba tertawa, meskipun terdengar sedikit dipaksakan. “Cass, lo terlalu mikirin ini. Lagian, kita nggak punya alasan buat khawatir. Bukannya lo juga bilang kalau lo nggak bakal gegabah?”

Cassie tersenyum lemah. “Iya, bener juga. Mungkin gue cuma terlalu banyak mikir.”

Mereka berdua berjalan menuju kelas, namun pikiran Zed terus-menerus teralihkan oleh kemungkinan terburuk. “Kalau rekaman CCTV itu beneran ada, bisa gawat. Gue harus gerak cepat.”

***

Sepulang kuliah, Zed langsung menemui Kai di tempat biasa mereka nongkrong, sebuah kafe kecil yang tidak terlalu ramai di pinggir kota. Kai sudah menunggu di sana, dengan secangkir kopi hitam di tangannya.

“Bro, lo harus liat ini,” kata Zed tanpa basa-basi, sambil menunjukkan artikel yang ditunjukkan Cassie pagi tadi.

Kai membaca cepat, kemudian mengangkat alis. “CCTV? Mereka beneran udah punya rekaman?”

Zed mengangguk. “Itu yang bikin gue khawatir. Kalau beneran ada rekaman yang nunjukin gue keluar dari gang itu, semua bakal hancur.”

Kai terdiam sejenak, merenungkan situasi mereka. “Kalau gitu, kita harus nyari cara buat ngilangin rekaman itu sebelum mereka bisa ngecek lebih jauh.”

Zed menatap Kai dengan serius. “Tapi gimana? Blog itu bilang mereka nggak punya akses langsung ke rekamannya, cuma dapat info dari sumber anonim. Berarti rekamannya masih di tangan orang lain.”

Kai mengangguk pelan. “Kemungkinan besar rekaman itu ada di tangan pemilik CCTV atau mungkin udah dikasih ke polisi. Kita harus tau siapa yang punya rekaman itu dan gimana cara kita ngilanginnya.”

Zed menunduk, merenung dalam-dalam. “Kalau gue samperin tempat itu sekarang, gue bisa ketahuan. Tapi kalau kita nggak ngelakuin apa-apa, risiko gue terbongkar makin besar.”

Kai tersenyum tipis. “Gue punya ide, tapi lo harus percaya sama gue.”

Zed menatap Kai dengan pandangan penuh harap. “Apa itu?”

“Kita lacak sumber info yang bocorin soal rekaman itu. Kalau kita bisa nemuin orang yang nge-blog ini, kita bisa dapet petunjuk soal siapa yang punya rekaman sebenarnya. Setelah itu, kita atur strateginya.”

Zed merasa ada sedikit harapan. “Lo bener. Tapi gimana caranya kita bisa ngelacak orang yang nge-blog ini? Dia pasti jaga anonimitasnya rapat-rapat.”

Kai tersenyum licik. “Gue tau beberapa trik buat ngelacak jejak digital. Biar gue yang urus bagian itu. Lo tetap tenang aja, oke?”

Zed mengangguk, merasa lega memiliki Kai di sisinya. “Oke. Gue percayain ini ke lo.”

Kai segera mengeluarkan laptopnya dan mulai bekerja, sementara Zed duduk di seberang, memandangi layar laptop Kai dengan cemas. Waktu terasa berjalan lambat, dan Zed terus-menerus merasa gelisah, takut kalau sewaktu-waktu polisi bisa datang menjemputnya.

Setelah beberapa jam, Kai akhirnya berhenti dan menatap Zed dengan senyum puas. “Gue nemu sesuatu. Blog ini ternyata diurus oleh satu orang yang cukup aktif di forum-forum gelap. Namanya… *Rico Feraldino Arkanes*. Dia suka nulis artikel investigasi, tapi lebih sering nyebarin gosip liar.”

Zed menatap Kai dengan penuh antusias. “Lo tau di mana dia tinggal?”

Kai mengangguk. “Ya, gue tau. Dia tinggal di apartemen di pusat kota. Kalau kita buru-buru, mungkin kita bisa samperin dia sebelum dia nyebar lebih banyak informasi soal rekaman itu.”

Zed segera berdiri. “Ayo kita kesana sekarang.”

Mereka berdua segera bergegas keluar dari kafe dan menuju pusat kota. Perjalanan yang biasanya terasa biasa saja kini dipenuhi ketegangan, seolah setiap detik adalah penentu antara keselamatan dan kehancuran.

***

Matahari sudah hampir terbenam ketika mereka sampai di apartemen tempat Rico tinggal. Zed dan Kai memandang bangunan tua itu dengan waspada, berusaha memastikan bahwa mereka tidak menarik perhatian.

Kai menatap Zed. “Gue masuk dulu, lo tunggu di sini. Kalau ada sesuatu yang mencurigakan, lo kabur aja.”

Zed menggeleng. “Nggak, gue ikut lo. Ini juga urusan gue.”

Kai tersenyum tipis, mengangguk. “Oke, kita masuk bareng.”

Mereka melangkah masuk ke dalam gedung, menaiki tangga yang berderit, dan berhenti di depan pintu apartemen Rico. Kai mengetuk pintu dengan tenang, namun tidak ada jawaban. Dia mengetuk lagi, kali ini lebih keras.

Setelah beberapa detik, pintu akhirnya terbuka sedikit. Seorang pria kurus dengan rambut acak-acakan dan wajah lelah muncul di balik pintu. “Siapa kalian?” tanyanya dengan suara serak.

Kai langsung berbicara. “Kami butuh bicara soal blog lo, Rico. Tentang artikel yang lo tulis tentang Sang Brandal.”

Mata Rico membesar, dan dia segera mencoba menutup pintu. Namun Zed dan Kai dengan cepat menahan pintu itu dan mendorongnya masuk ke dalam apartemen.

“Lo nggak bisa kabur, Rico,” kata Zed dengan suara rendah. “Kita cuma mau ngomong.”

Rico terlihat panik, namun tidak punya pilihan selain membiarkan mereka masuk. Apartemennya berantakan, dengan kertas-kertas berserakan dan beberapa monitor komputer yang menyala di sudut ruangan.

“Kalian mau apa? Gue cuma nulis artikel, itu aja,” Rico mencoba membela diri.

Zed menatap Rico dengan tajam. “Kita tahu lo dapet informasi tentang rekaman CCTV yang nunjukin seseorang mirip gue. Gue perlu tahu siapa yang kasih info itu ke lo dan gimana caranya kita bisa dapet rekamannya.”

Rico menelan ludah, tampak semakin gugup. “Gue… gue dapet info itu dari seorang informan anonim. Dia ngirimin gue email, bilang kalau ada rekaman CCTV yang nunjukin seseorang mirip Sang Brandal keluar dari gang itu. Tapi gue nggak tahu siapa dia, sumpah!”

Kai menghela napas panjang.

1
Ana@&
lanjut thor
anggita
kenshin... 😁kya nama kartun samurai.
anggita
ok Thor👌moga novelnya lancar banyak pembacanya.
xy orynthius: Aamiin
total 1 replies
anggita
like👍buat Zed brandal.☝iklan utk author.
anggita
namanya panjang banget.. dowo tenan yoh🤔.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!