NovelToon NovelToon
Clara : Si Pendiam Yang Di Inginkan Banyak Orang

Clara : Si Pendiam Yang Di Inginkan Banyak Orang

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Mafia / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

meski pendiam , ternyata Clara mempunyai sejuta rahasia hidup nya, terlebih dia adalah anak dari seorang petinggi di sebuah perusahaan raksasa,

namun kejadian 18 tahun silam membuat nya menjadi seorang anak yang hidup dalam segala kekurangan,

dibalik itu semua ternyata banyak orang yang mencari Clara, namun perubahan identitas yang di lakukannya , menjadikan dia sulit untuk di temukan oleh sekelompok orang yang akan memanfaatkan nya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

penelusuran yang sia sia

“Clara, lihat!” Ria terengah-engah, melongok ke dalam etalase berdebu. “Kau tahu ini?”

Clara mengalihkan perhatian, menemukan Ria memegang sebuah jam saku tua.

“Sepertinya jam ini berharga. Apakah kau yakin kita hanya untuk berburu gelang?”

“La la la!” Ria menggoyangkan tangannya. “Ini semua berhubungan, kau tidak mengerti? Jam ini mungkin milik seseorang yang mengenal gelang itu, atau—”

“Ria,” Clara menyela dengan sabar. “Kita tidak dalam misi pencarian barang antik. Kita harus fokus.”

Ria menyentuh gelang di tangannya, menunjukkan dengan semangat.

“Fokus? Bagaimana bisa fokus ketika dunia berkilau ini ada di depan kita?”

Clara menggigit bibir, menahan diri agar tidak tertawa. Perilaku Ria yang ceria mendebarkan suasana yang suram.

“Lihat, kita mencari tahu dari mana gelang ini berasal,” Clara menjelaskan dengan hati-hati. “Kalung tersebut adalah satu-satunya kenangan tentang orang tua—”

“Ah, yang kau sebut orang tua,” Ria memotong dengan anggukan. “Hanya secarik foto dan kalung itu. Kau akan menemukan mereka.”

Lengkung bibir Clara meremuk. “Bisa saja. Tapi aku lebih ingin menemukan kakek atau nenek, atau apalah yang bisa menjelaskan siapa diriku.”

“Mungkin kau sudah terlahir di dalam dunia yang terlalu terasing,” Ria berselancar di antara hiasan dan barang-barang antik yang menunggu untuk dikhayalkan kembali.

Clara mencela diri. “Terasing adalah satu kata yang tepat. Rasanya seperti pergi ke tempat asing tanpa peta.”

Ria menurunkan jam saku dan menempatkan sepasang kacamata di jari telunjuk. “Berani taruhan kita bisa melacak asal-usul gelang ini? Dengar, saat tanganku menggenggam ini, segala sesuatu mungkin terjadi! Ada satu tempat yang mungkin bisa membantu, aku mendengar Sky Corp juga terlibat dalam kembangkan aksesori.”

“Apa kau yakin ingin terlibat dengan mereka?” Clara melirik Ria, yang termotivasi lebih oleh semangat daripada akal sehat.

“Karena tidak ada pilihan lain, kita perlu cara untuk menemukan petunjuk. Lagipula, bisa jadi ada lebih dari sekadar gelang di dalam sana,” Ria menyentuh lengan Clara. “Coba saja.”

Clara tetap tidak bergerak. “Sky Corp bukan tempat main-main. Mereka punya jaringan luas dan bisa jadi mereka tidak senang orang luar mencampuri urusan mereka.”

“Lalu?” Ria menyentuh lehernya dengan beban. “Dalam hidup ini, kita tidak bisa terus menunggu. Melangkahlah, Clara! Kita hanya akan duduk dengan melankolis jika tidak mencoba.”

Clara merasakan ketegangan di antara keduanya. Kenangan ribuan rencana yang tak pernah diterima membuatnya merasa sakit. “Baiklah,” katanya. “Kita coba.”

***

Hari itu melingkupi kota dengan nuansa cerah, tapi langkah Clara berhati-hati. Ria seakan tarian penuh percaya diri di sisi kanannya, bersemangat bahkan saat mereka mendatangi gedung megah Sky Corp. Dinding kaca mencerminkan matahari, memberikan kesan dingin seakan dunia belum siap menyambutnya.

“Tuh kan? Sekilas mungkin tampak mengintimidasi,” Ria menuturkan.

“Language of power,” Clara menjawab sembari memandangi lawang depan. “Berbicara dengan suara yang tidak mau diajak bicara.”

Ria memukul lengannya dan menyalakan semangat. “Ayo! Tanya itu soal gelang!”

Mereka bersatu langkah, mengatur napas sebelum masuk. Lobi yang luas penuh dengan perabotan modern. Beberapa pegawai menatap dan mengesankan presisi melangkah, serupa robot.

“Ria…” Clara mengingatkan, menahan temannya yang hampir berlari menuju receptionist. “Ingat, kita tidak di sini untuk membuat goncangan. Kita mencari info, bukan masalah.”

“Yeah, yeah,” Ria menjawab, tetapi senyum cerah tetap menghiasi wajahnya.

“Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?” suara receptionist memecah keheningan.

Ria menggigit bibir, seakan mempersiapkan permainan kata yang licin. “Kami ingin menanyakan tentang—”

Clara menekankan, “Gelang kuda laut.”

“Gelang kuda laut?” receptionist angkat alis. “Tidak begitu umum.”

“Kami menemukan yang ini,” Clara mengeluarkan gelang, menawarkannya.

Tampaknya receptionist meragukan keaslian gelang itu. Dia bergeser sedikit, memandang gelang seakan berusaha melakukan psikometri. “Kami tidak menyimpan riwayat untuk barang-barang individual kecuali mungkin terkait dengan riset atau koleksi.”

“Fakta-fakta yang bernilai,” Ria menambahkan ceria, “tidak pernah ada yang sia-sia. Apakah kalian pernah melakukan colaborasi dengan designer yang berfokus pada aksesori laut?”

Clara mengatur napas, menyetujui Ria dalam benak.

“Sepertinya, kami baru meluncurkan beberapa rancangan yang terinspirasi oleh tema pantai. Saya tidak tahu lebih jauh. Namun, jika Anda ingin mendaftar, kami perlukan berkas-berkas,” receptionist menjelaskan sambil dengan sigap menyiapkan selembar formulir.

“Berkas pekerjaan?” Clara saling lirik dengan Ria.

Ria sudah mengatur rencana. “Disini! Sudah siap!” Dia menepuk bahu dengan semangat, seolah bait bait yang penuh canda.

“Ria, kamu tidak memikirkan ini—”

“Kita harus mendaftar,” Ria memotong. “Ini salah satu cara terbaik untuk mencari tahu! Kita bisa menyusup di dalam.”

Clara pelek otaknya berpikiran cerdas dengan Ria di sampingnya. “Baiklah, tapi kita juga harus menjejaki gelang.”

“Genggaman di tangan kita," Ria menjawab cepat sambil meraih lembaran formulir. "Kau siapkan dokumen kita dan aku akan mengisi formulir ini.”

Clara bisa merasakan semangat disiplin Ria. “Ayo. Sekarang.”

Ketegangan bergetar seiring langkah mereka. Clara meletakkan gelang kuda laut di atas meja, mengamati segalanya dengan waswas; harap-harap cemas membayangi pikirannya.

“Jika kita tidak menangkap kabel ini,” Clara menandaskan fokus, “berita ini bisa hilang begitu saja.”

Ria menoleh seakan sudah tak sabar. “Apa pun yang terjadi, kita akan melakukannya bersama!”

Clara mengangguk, ada semangat yang diciptakan oleh harapan meski ketidakpastian menyelimuti. Seakan jelas dalam hati, mereka harus menemukan jawaban.

Saat jam berdentang, Clara dan Ria melangkah keluar dari gedung Sky Corp, formulir pendaftaran tergenggam erat di tangan Ria. Sirene kebisingan kota menandakan bahwa mereka kembali ke dunia nyata.

“Ini adalah langkah pertama, Clara! Kita akan mencari tahu siapa yang membuat gelang itu.” Ria bersorak, wajahnya bersemangat.

“Tapi kita tidak tahu apa-apa tentang mereka. Apa yang seharusnya kita lakukan dengan formulir ini?” Clara mengamati kertas yang terlipat di tangan Ria.

“Isi, kirim, dan lihat apa yang terjadi! Sementara itu, aku perlu menjelajahi lebih banyak tentang Sky Corp. Mereka mungkin punya rahasia lain yang belum terpecahkan.” Ria tersenyum lebar saat memikirkan strateginya.

“Bagaimana kita bisa menemukan informasi itu?” Clara bertanya, tidak yakin.

“Gampang! Kita cari tahu siapa yang biasa bekerja di sana, lalu kita dapat guakan media sosial atau situs mereka untuk menyelidikinya. Mungkin ada pesan tentang tema aksesori laut yang mereka bahas, atau bahkan acara peluncuran yang bisa kita datangi.” Ria bersikeras, matanya berbinar.

Clara merasa tidak nyaman dengan cara Ria mengalirkan energi. “Kau tahu, mengakses informasi tidak sedemikian mudah. Jika mereka memiliki penyaring yang ketat, kita bisa terpaksa menabrak dinding. Dan itu bisa berbahaya bagi kita.”

“Tapi kau sendiri bilang, ini adalah satu-satu peluang menjelajahi identitasmu. Dan untuk itulah kita harus berjuang!” Ria mengangkat bahu, terlihat ceria meski tantangan menanti.

Clara menghela napas, pikirannya berputar. “Kau benar. mungkin ada orang yang tahu lebih banyak. Paling tidak kita bisa menggali informasi lebih jauh daripada sekadar mendaftar.”

“Yup! Kita harus ke acara peluncuran produk!” semangat Ria menggebu.

“Apakah kita bisa mendapatkan akses?” Clara ragu, meragukan suara mantap Ria.

“Kalau kita bisa masuk, kita bisa jadi bagian dari banyak orang yang ingin tahu!” Ria menepuk bahunya. “Mari kita rencanakan semua ini.”

Clara membayangkan kerumunan di acara peluncuran. Senyuman kolega dan pembicara yang akrab akan muncul di hadapan mereka sementara dia terjepit di sudut ruang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!