NovelToon NovelToon
Nadif - Casanova Time Traveler

Nadif - Casanova Time Traveler

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Time Travel / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Kaya Raya / Romansa
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: Fernicos

Nadif, seorang pria tampan berusia 30 tahun yang hidupnya miskin dan hancur akibat keputusan-keputusan buruk di masa lalu, tiba-tiba ia terbangun di Stasiun Tugu Yogyakarta pada tahun 2012- tahun di mana hidupnya seharusnya dimulai sebagai mahasiswa baru di universitas swasta ternama di kota Yogyakarta. Diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan masa lalunya, Nadif bertekad untuk membangun kembali hidupnya dari awal dan mengejar masa depan yang lebih baik.

Karya Asli. Hanya di Novel Toon, jika muncul di platform lain berarti plagiat!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernicos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nadif - Bab 26: Shining Beyond on the Stage!

Pagi itu, Jakarta terasa berbeda. Ada antisipasi di udara yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Bagi Nadif, hari ini adalah titik balik yang sudah lama dia tunggu-tunggu. Setelah bangun dari tidur yang nyenyak di rumah Jessy, ia tahu bahwa hari ini akan menjadi salah satu hari terpenting dalam hidupnya.

Jessy sudah sibuk sejak pagi, memastikan segala sesuatu berjalan lancar. Ia telah mengatur agar seorang makeup artist profesional datang untuk memastikan penampilan Nadif benar-benar sempurna. Nadif sendiri tampak tenang, tetapi ada kilatan kecemasan yang terselip di matanya. Hari ini dia akan tampil di depan ribuan orang—lebih banyak dari yang pernah dia bayangkan sebelumnya.

"Sayang, semuanya sudah siap. Kamu hanya perlu rileks dan biarkan mereka bekerja," kata Jessy sambil memegang tangan Nadif dengan lembut.

Nadif mengangguk.

"Aku nggak sabar, tapi juga agak gugup. Ini pertama kalinya aku tampil di hadapan begitu banyak orang."

“Tenang aja sayang, aku yakin kamu bakal bersinar namti. Aku percaya sama kamu,” balas Jessy dengan senyum meyakinkan.

Ada sesuatu dalam cara Jessy mengatakan itu yang membuat Nadif merasa lebih tenang. Dia selalu tahu bagaimana memberikan dorongan yang tepat di saat yang paling dibutuhkan.

Sang makeup artist dan hairstylist mulai bekerja, mengikuti arahan Nadif untuk menciptakan tampilan yang dia inginkan. Nadif meminta rambutnya ditata dengan gaya 'comma haircut', sebuah gaya yang baru akan populer beberapa tahun ke depan oleh aktor K-pop. Meski di tahun 2012 gaya ini belum banyak dikenal, Nadif yakin bahwa tampilannya akan memancarkan aura yang modern dan berani.

Setelah semuanya selesai, Nadif memandang dirinya di cermin. Dengan gaya rambut baru, wajah yang dipoles sempurna, dan pakaian yang dipilih dengan cermat—setelan serba hitam dengan jaket kulit modern dan jam tangan Rolex yang elegan—Nadif tampak lebih dari siap untuk menghadapi tantangan hari ini. Tubuh tingginya, yang atletis namun tetap elegan, semakin menonjol dalam balutan pakaian itu, membuatnya tampak berwibawa namun tetap approachable.

"Wow, kamu terlihat luar biasa, Sayang," Jessy berkata sambil tersenyum lebar.

“Aku yakin kamu bakal jadi pusat perhatian malam ini.”

Nadif menghela napas panjang.

“Semoga aja. Aku cuma ingin tampil maksimal.”

Saat sore mulai menjelang, Nadif dan Jessy menuju Gelora Bung Karno. Jalanan sudah mulai dipenuhi oleh penonton yang bersiap untuk festival musik tahunan itu. Di belakang panggung, suasana sangat hidup. Para musisi senior sedang melakukan persiapan terakhir, dan Nadif bisa merasakan adrenalin mulai mengalir deras dalam tubuhnya.

Bang Bona, manajer Nadif yang selalu setia, menemani Nadif selama persiapan. Dia tahu betul bahwa ini adalah kesempatan besar bagi Nadif untuk benar-benar menunjukkan siapa dirinya.

“Ingat, Nadif, ini adalah waktumu. Jangan terlalu dipikirkan, nikmati saja panggungnya,” kata Bang Bona sambil menepuk bahu Nadif.

“Iya, Bang. Aku siap,” jawab Nadif dengan senyum tipis.

Sang mentari mulai tenggelam di ufuk barat, menandakan waktu bagi Nadif untuk mempersiapkan mentalnya sebelum tampil. Di ruang tunggu belakang panggung, ia duduk sendirian, merenungkan perjalanan yang telah ia tempuh hingga titik ini. Setiap detik yang berlalu semakin membuat degup jantungnya terdengar lebih keras di telinganya. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri, tetapi tak bisa menepis kegugupan yang perlahan merayapi pikirannya.

Di tengah lamunan, Jessy datang dengan segelas air mineral.

“Kamu kelihatan tegang banget yang,” katanya sambil duduk di sebelah Nadif.

“Ini minum dulu, biar nggak kering tenggorokannya nanti.”

Nadif mengambil gelas itu dan meminum seteguk.

“Aku takut gagal, Sayang. Ini panggung besar, dan aku... Aku cuma takut nggak bisa memberikan yang terbaik.”

Jessy tersenyum lembut, menatap mata Nadif dengan penuh pengertian.

“Kamu ingat waktu pertama kali kita ketemu? Waktu itu kamu juga pasti saat itu takut tampil di depan banyak orang saat di acara ospek fakultas, tapi aku lihat kamu tetap maju dan menyanyi dengan suara yang begitu indah. Semua orang terdiam saat itu, dan aku yakin malam ini pun akan sama.”

Nadif mengangguk, mencoba menyerap kata-kata Jessy yang menenangkan.

“Iya, aku ingat. Terima kasih karena kamu selalu kasih aku support. Aku nggak bakal berada di titik ini tanpa kamu.”

“Kamu bakal baik-baik aja kok. Ingat, ini adalah panggungmu. Kamu udah kerja keras buat ini,” kata Jessy sambil menggenggam tangan Nadif erat.

“Dan apapun yang terjadi, aku akan tetap bangga padamu.”

Kata-kata Jessy, disertai genggaman tangannya yang hangat, memberi Nadif kekuatan baru. Ia merasa lebih ringan, seolah-olah beban yang menekan dadanya perlahan menghilang. Ia tersenyum pada Jessy, penuh rasa terima kasih, lalu bangkit dari tempat duduknya.

“Aku siap,” katanya, lebih untuk dirinya sendiri daripada untuk siapa pun.

Saat malam tiba, festival itu sudah mencapai puncaknya. Para musisi senior sudah tampil dengan lagu-lagu andalan mereka, dan penonton terlihat sangat puas. Namun, antusiasme mereka belum surut; mereka menantikan penampilan penutup dari musisi pendatang baru yang belakangan ini namanya mulai banyak dibicarakan—Nadif.

Lampu-lampu mulai meredup, dan suasana stadion berubah hening. Kemudian, satu demi satu sorotan lampu mulai menyoroti panggung, menandakan bahwa penampilan penutup akan segera dimulai. Nadif melangkah ke atas panggung, dan seketika sorakan penonton memenuhi seluruh stadion. Meski merasa sedikit gugup, Nadif berhasil menahan rasa cemasnya. Dengan mengingat latihan dan dukungan dari orang-orang terdekatnya, ia mengambil napas dalam-dalam dan mulai menyapa penonton.

"Selamat malam, semuanya!" suara Nadif bergema di seluruh stadion.

"Terima kasih sudah hadir di sini. Malam ini, aku ingin berbagi sedikit dari hatiku melalui lagu-lagu ini. Mari kita nikmati malam ini bersama."

Musik mulai mengalun, dan Nadif membawakan lagu pertamanya dengan penuh emosi. Suaranya yang khas dan merdu langsung menghipnotis penonton. Mereka yang sebelumnya belum pernah melihat Nadif secara langsung, terkejut dengan betapa tampannya dia di atas panggung. Tidak hanya suaranya yang memukau, tetapi juga karisma yang terpancar dari penampilannya. Setiap gerakan Nadif di atas panggung terasa alami dan penuh perasaan, membuat penonton merasa seolah-olah mereka sedang diajak masuk ke dalam dunia musiknya.

"Wow, dia jauh lebih ganteng daripada di TV," terdengar bisik-bisik di antara penonton wanita yang tak bisa mengalihkan pandangan dari Nadif.

Lagu-lagu yang dibawakan Nadif malam itu, yang sebagian besar adalah aransemen ulang dari lagu-lagu masa depan, begitu segar dan berbeda. Penonton terpukau oleh keindahan melodi dan lirik yang dibawakan Nadif dengan penuh penghayatan. Setiap nada yang keluar dari mulutnya terasa seperti mantra, membuat semua orang di sana terpaku pada penampilannya.

Penonton di barisan depan tidak dapat menyembunyikan kekaguman mereka. Mata mereka terpaku pada sosok Nadif yang tampak bersinar di bawah sorotan lampu panggung. Desahan penuh kekaguman terdengar dari segala penjuru stadion, sementara suara Nadif menggema kuat, menembus jiwa setiap orang yang hadir.

"Ini dia, bintang masa depan!" seru seorang penonton di barisan depan, disambut dengan sorakan setuju dari yang lainnya.

Di belakang panggung, Jessy tidak bisa menahan air matanya. Melihat kekasihnya tampil begitu sempurna di hadapan ribuan orang membuatnya merasa sangat bangga. Nadif, yang tadinya begitu gugup, kini terlihat sangat percaya diri, dan berhasil menguasai panggung dengan gemilang. Jessy tahu betapa pentingnya malam ini bagi Nadif, dan melihatnya bersinar seperti ini adalah kebahagiaan terbesar yang bisa ia rasakan.

1
Azis
Ceritanya relate banget, si author jadi kaya cenayang yg bisa tau ini itu
Kita sebagai pembaca seolah dibawa oleh penulis buat ngerasain apa yg Nadif alamin. Keren bangettt 🌟🌟🌟🌟🌟
Fernicos: makasih mas aziz 🥰
total 1 replies
... Silent Readers
Luar biasa
Anna🌻
aku mampir thor, Ceritanya menarik
semangat berkarya ya thor🙏🏽
Fernicos: Hai kak Anna salam kenal, makasih dah mampir yaa
total 1 replies
Aurora79
"Dif....Nadif!" jiwa dari MASA DEPAN, tapi kenapa NAIF banget sich?! Katanya mau memperbaiki diri???? Koq malah mendekat ke.perempuan2 yang HAUS HARTA?!

#Gemes aku bacanya klw MC-nya Naif kaya gini.

Harusnya MC lebih Cool dan benar2 fokus memperbaiki diri, bahagiain keluarga, memantapkan karirnya. Jangan diajak2 RUSAK, malah mau...🙄
Aurora79: oke..👍
Fernicos: Hehe udah nikmatin aja ya alur ceritanya, bakal makin seru kok. Ini cerita udah sampe bab 80 loh, tapi sengaja aku update sehari satu aja /Smile/
total 4 replies
Fa🍁
gak tau ya kesini gak suka tuh sama Jessy. kalau ada aku empat mata nih maki maki ni orangnya biar mikir !! seru Cerita nya tapi lelah aku.
Fa🍁
ya jelas dong dia suka cinta ama Vonzy gimana sih pikiran lu, gak mungkin si Nadif mau mencuri? kalu gak mencuri perhatian nya neng
Fa🍁
jelas terganggu lah Nadif, helo gak mungkin gak akan terganggu tau tau dia hamil aja kan lucu
Fa🍁
bacot lu Jessy kalau gue jadi Nadif tinggalin dia salah sendiri, bjir bgt ada cewek kek gitu dasar
Fa🍁
hahaha kok gini sih? lu gak mesti ngerasa bersalah kalau si Jessy yg bilang dia menyesal, lu nyeselin apa Dif heran gue. tapi sekarang gue paham.
Fernicos: Nyeselin ilang perjaka wkwkw
total 1 replies
Fa🍁
cinta gak mikir 2 kali, sama kayak udah kerasukan setan mana sadar
Fa🍁
ciaaaa nyalahin diri sendiri, ngaku ya neng
Fa🍁
waw aku terkejut mamah
Fa🍁
hahaha
Fa🍁
tuh kan si Alex nih kayak gini, bikin minta dipukul tau gak sih Elx
Fa🍁
terus semangat Dif bukan km yg salah kok,
Fa🍁
aku baru tau kalau cowok bisa gini, sekarang paham kenapa banyak odgj cowok,
Fa🍁
namanya kek nama anabul aku Vino Vony
Fa🍁
punten, tolong doang pake otak neng mikir nya, udah di jelasin gak suka masih aja kek gitu heran cinta Lo mati ya neng!! kebawa emosi wkwk
Fa🍁
jadi ini toh, hmm
Fa🍁
Dasar lu cewek!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!