NovelToon NovelToon
Tabib Pilihan Langit : Ditemukan

Tabib Pilihan Langit : Ditemukan

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Spiritual / Pusaka Ajaib / Ilmu Kanuragan / Penyelamat
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mardi Raharjo

Pemuda tampan yang sakit-sakitan dan pengangguran di usianya yang telah 30 tahun meski bergelar sarjana, ia dicap lingkungan sebagai pengantin ranjang karena tak kunjung sembuh dari sakit parah selama 2 tahun.

Saat di puncak krisis antar hidup dan mati karena penyakitnya, Jampi Linuwih, mendapat kesempatan kedua.

Jemari petir, ilmu pengobatan, hingga teknik yang tak pernah ia pelajari, tiba-tiba muncul dalam pikirannya. Ia dipilih langit untuk mengemban tugas berat di pundaknya.

Mampukah ia memikul tanggung jawab itu? Saksikan perjalanan Jampi Linuwih, sang Tabib Pilihan Langit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardi Raharjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33_ Sindikat Kriminal

"Aku, Jampi, rakyat biasa, bukan anak konglomerat pak. Memangnya kenapa?", heran Jampi dengan respon pak Budi.

"Akar awang itu, tidak sembarang orang bisa mendapatkannya. Herbal itu hanya tumbuh di hutan larangan. Konon, hanya orang berkanuragan tinggi yang bisa mengambilnya", ungkap pak Budi.

" Kenapa harus begitu? ", tanya Jampi belum paham maksud pak Budi.

" Akar awang biasanya tidak bisa ditemukan oleh manusia tanpa kanuragan tinggi. Itu karena akar awang biasanya dijaga oleh jin yang kuat. Akar awang sangat berharga, bukan hanya bagi manusia, bahkan bagi bangsa jin", jelas pak Budi.

"Memangnya, apa kehebatan akar jelek ini?", tanya Jampi begitu polos sembari membolak-balik akar di tangannya.

" Kamu, dari mana kamu mendapatkannya?", pak Budi semakin heran. Jampi tidak membawa sejenis tas. Juga, saat ia pingsan, pak Budi dan Rani tidak menemukan apapun di bajunya selain kantong lusuh yang kosong. Makanya, pak Budi menganggap Jampi adalah pemuda malang yang miskin dan terluka hingga pingsan di tepi pantai.

"Em, saya juga tidak tahu. Ini ada di kantongku", ujar Jampi separuh berbohong. Ia tidak mengatakan bahwa kantong itu adalah kantong semar.

" Aneh! Apa yang kamu sembunyikan nak?", pak Budi jelas tidak percaya, benda sebagus itu bisa tiba-tiba saja ada di dalam kantong.

"Aku pun tak tahu. Jadi, apa fungsi akar awang ini pak?", tanya Jampi lagi karena penasaran dan mengalihkan pembicaraan.

" Aku sendiri tidak tahu pastinya. Aku hanya tahu kalau itu herbal yang sangat langka dan jelas mahal harganya", ujar pak Budi.

"Oh, kalau begitu lupakan saja. Saya akan pergi mengikuti ke mana mereka pergi. Ingat, bapak dan Rani di rumah saja agar aman", pesan Jampi tanpa menghiraukan larangan pak Budi.

Jampi pun mengeluarkan sarung tangan kulitnya dan meremas akar awang. Seketika akar itu terserap ke dalam tubuhnya.

" Ini, kenapa aku nggak merasakan apapun?", pikir Jampi yang hanya melihat sejenis uap air merasuk merata ke seluruh tubuhnya. Tapi, itu saja, tidak ada rasa atau keunikan lainnya.

"Ah sudah lah. Bismillah saja", gumam Jampi meneruskan langkah karena tak menemukan perbedaan siginifikan pada seluruh tubuhnya.

Jampi pun mengikuti mereka dengan sembunyi-sembunyi dan sukses menyamarkan langkah kaki dengan suara obrolan mereka.

Setibanya di tebing, Jampi terus mengikuti mereka. Di sana nampak batu padas telah dipahat menjadi anak tangga kecil terjal menuju puncak. Anehnya, mereka mendaki tanpa kesulitan seperti umumnya manusia biasa.

" Wah, hebat sekali mereka. Bisa seimbang menaiki tangga kecil seterjal ini", batin Jampi yang melihat para pria bersenjata itu mendaki dengan tetap menenteng senjata, bahkan tubuh mereka tetap seimbang.

Tap

Mata Jampi melebar. Ia terkejut dengan kemampuannya yang tak kalah dengan mereka.

"Woah, sejak kapan aku sesakti ini?", takjub Jampi dalam hati. Ia bisa mendaki tangga terjal tanpa kesulitan, seakan sedang berjalan di jalanan datar saja.

" Apa mungkin karena aku telah menyerap intan itu dengan sempurna?", pikir Jampi. Ia baru sadar kalau dirinya sudah tidak lagi pusing, berkunang-kunang, apalagi muntah darah.

Jampi yang bersemangat pun lupa bahwa ia sedang mengikuti sekelompok orang bersenjata dan tapak kakinya menimbulkan suara. Saat ia menghadap ke depan, ia sudah ditodong dengan belasan senjata api.

"Ada anak bebek masuk sarang. Hahaha, anak muda selamat datang. Ajalmu telah ditentukan. Ikut kami sekarang!", ujar pria berkepala botak dengan satu mata kiri memutih buta. Di tangannya terlihat senjata rakitan sejenis AK47 dengan magazine pendek.

" Waduh! Payah! Selalu ketahuan di awal misi!", gumam Jampi sembari mengangkat tangan tanda menyerah. Jampi mengingat saat ia ketahuan di istana ratu waktu itu.

Segera, seorang pria mendekat dan mengikat kedua tangan Jampi ke belakang dan menutup kepalanya dengan kain hitam. Saat malam, meski ada cahaya rembulan, jelas manusia biasa akan kesulitan melihat. Namun, Jampi masih bisa melihat jelas.

"Woah, keren juga ini intan. Tapi, kenapa aku tak bisa melihat tembus pandang? Kan lumayan itu", pikir Jampi yang masih sempat berhayal di saat genting seperti itu karena pandangannya hanya bisa menembus kain hitam saja.

" Jalan bocah!", perintah pria botak itu sembari memukul pundak Jampi dengan gagang senapan.

"Aduh, sabar om! Kalau mau cepat, lepaskan ikatan dan tutup kepalaku", kelakar Jampi.

Bugh

" Ugh!", dengus Jampi karena perutnya dipukul dengan gagang senapan. Sebenarnya, itu tidak terlalu sakit. Gagang senapan itu tidak benar-benar bisa menyentuhnya.

Ada satu medan energi yang menolak senjata itu menyentuh langsung tubuh Jampi. Layaknya medan magnet berbeda kutub yang saling dipertemukan di satu poros.

"Lumayan juga efek akar awang ini", pikir Jampi yang baru menyadari perubahan dalam dirinya.

Segera, Jampi didorong agar mengikuti arah yang mereka mau. Setelah mendaki tebing, mereka menuruni bukit dan menaiki sebuah kapal bertenaga listrik dengan kipas besar di belakang perahu. Di sana, sudah ada 2 orang bersama tawanan lainnya.

Segera, mereka menaiki perahu dan menjalankannya.

" Apa ini? Barang baru? Memangnya masih ada ya orang bodoh yang menyerahkan diri untuk dicincang?", pemegang kemudi perahu menanyai si botak.

"Hahahaha, selalu ada orang bodoh yang berlagak mau menjadi pahlawan!", ujar si botak.

"Dicincang? Apa mereka kelompok penjual organ?", batin Jampi saat mendengar percakapan mereka sembari berakting sakit perut karena pukulan di perutnya tadi.

Tak lama, perahu itu sampai di sebuah perahu besar dengan beberapa kontainer sebagai muatan. Di atas kapal, Jampi digiring menuju sel yang terbuat dari kontainer berlubang.

" Dok, periksa dia, apakah layak atau tidak!", si botak membawa Jampi ke ruangan khusus sebelum dimasukkan sel.

Tak ada jawaban dari pria yang dipanggil 'dok' itu. Ia hanya memeriksa dengan stetoskop, alat penghitung tensi darah, gula darah, kemudian mengambil sampel darah untuk uji kesehatan lainnya.

Awalnya, dokter itu nampak kesulitan memasukkan jarum ke lengan Jampi. Itu karena medan energi yang ada di tubuh pemuda ini.

Jampi yang menyadari itu pun mencoba mengendalikan medan energi itu dan membuka sedikit celah sementara agar dia tidak cepat dicurigai.

Usai mengambil sampel darah, Jampi digiring masuk ke dalam sel. Di sana, ia melihat beberapa orang lainnya. Hanya anak muda dan anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, semua dikurung di sel yang sama.

Semua mata tertuju kepada Jampi saat pertama kali masuk ke dalam sel. Hanya ada ruangan tanpa fasilitas apapun selain lampu dan lubang udara.

Ruang kontainer itu begitu pengap, pesing, dan sedikit berbau darah haid. Mereka semua duduk tanpa alas. Nampak tubuh mereka begitu kotor dan lesu. Wajah mereka seakan telah kehilangan harapan dan pasrah saja.

Tak lama, pintu kontainer kembali dibuka.

Gledek

"Tono!", panggil seorang penjaga setelah membuka pintu. Ia menenteng senapan laras panjang tanpa binokular dengan dua moncong, sejenis shotgun.

Seorang pria berusia 25 an pasrah saja berjalan ke arah penjaga. Namun, itu tak seperti dugaan, Tono tiba-tiba menghantam kepala penjaga dengan kepalan tangan dan sikunya sekuat tenaga.

Nampak penjaga itu sempoyongan dan mencoba mengarahkan senjatanya ke tubuh Tono namun berhasil ditepis.

"Wah, lumayan juga nih mental pendekar Tono", gumam Jampi memuji gerakannya yang sigap dan cepat.

Sayangnya, penjaga lainnya segera mengeroyok dan memukul tengkuk Tono dengan gagang pistol hingga pingsan.

Jampi mengepalkan tangan, geram melihat itu semua di depan matanya. Namun, ia harus menahan diri atau seluruh tawanan akan dibantai karena dirinya.

"Sialan! Beraninya keroyokan", gumam Jampi. Ia melihat penjaga itu menendang kepala Tono yang tengah pingsan sembari mengumpat dan meludahinya.

Segera, mereka berdua mencengkeram kaki Tono.

" Tunggu!", ujar Jampi sembari melangkah mendekati tubuh Tono. Kedua penjaga yang hendak menyeret Tono pun menoleh ke arah Jampi.

"Siapa kamu? Jangan ikut campur! Tunggu saja giliranmu bocah!", jawab penjaga yang tadi dipukuli Tono sembari melepaskan tubuh Tono.

" Biarkan aku menggantikannya!", ujar Jampi. Penjaga satunya menghampiri Jampi dengan wajah berkumis yang garang.

Bugh

Pria itu memukul wajah Jampi dengan gagang pistol. Jampi berakting seolah terpukul. Tapi, tak ada bekas memar atau merah sedikit pun. Jelas itu membuat penjaga curiga.

Cklak

Penjaga itu sigap melepas pengaman pistol dan menodong kepala Jampi.

"Siapa kamu!", pekik penjaga yang nampak sedikit ketakutan.

1
ahmad nabawi
ceritanya menarik, original
Jimmy Avolution
hadir
Aman 2016
lanjut Thor 💪
Aman 2016
top top markotop lanjut Thor 💪
Aman 2016
mantab Thor 💪
anggita
hadiah iklan lagi buat thor.
anggita
like👍☝iklan, semoga novelnya lancar jaya.
Tabuut: aamin. terimakasih./Smile/
total 1 replies
anggita
si Jampi jadi Sakti👏💪
31_PUTU WIDIARTA
Keajaiban kata
Yoko Littner
Wah, gak kerasa sampe akhir. Makasih thor!
Alexo. ID
Keren abis, pengen baca lagi!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!