Gema Tangkas Merapi, siswa tampan dan humoris di SMA Gajah Mada, dikenal dengan rayuan mautnya yang membuat banyak hati terpesona. Namun, hatinya hanya terpaut pada Raisa Navasya, kakak kelas yang menawan. Meski Gema dikenal dengan tingkah konyolnya, ia serius dalam mengejar hati Raisa.
Setahun penuh, Gema berjuang dengan segala cara untuk merebut hati Raisa. Namun, impiannya hancur ketika ia menemukan Raisa berpacaran dengan Adam, ketua geng sekolahnya. Dalam kegalauan, Gema disemangati oleh sahabat-sahabatnya untuk tetap berjuang.
Seiring waktu, usaha Gema mulai membuahkan hasil. Raisa perlahan mulai melunak, dan hubungan mereka akhirnya berkembang. Namun, kebahagiaan Gema tidak berlangsung lama. Raisa terpaksa menghadapi konsekuensi dari pengkhianatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
senang
Embusan angin menerpa, angin hari ini cukup kencang jika dirasakan diketinggian. Seorang pria sedang berbaring di sofa kulit yang sudah sobek-sobek.
Di sisi kanannya terdapat tiga teman sebayanya, mereka sibuk dengan ponselnya masing-masing, karena mereka sedang main game online bersama.
Keempat orang ini sedang berada di rooftop sekolah, meskipun bel pulang sekolah sudah berbunyi. Hanya untuk sekadar menghirup angin yang nikmat.
Matahari tertutupi oleh awan, membuat hawa siang kala itu tak terlalu panas.
“Itu dari tadi gak bangun-bangun, jangan-jangan udah dijemput malaikat Izrail di dalem tidurnya,” ucap Kian setelah selesai bermain game. Ia melirik ke Gema yang masih tertidur pulas.
“Bangunin sana, anak-anak kelas tiga udah pada balik,” titah Tara ketika melihat sudah jam 14.36 .
“Gema! Bangun Gem! Tidur mulu lu!” teriak Dava sembari menggoyangkan tubuh Gema.
Namun Gema tak bergeming, dan masih tertidur pulas.
“Dav, lu nggak kenal sahabat kita apa kalo lagi tidur,”
“Makanya lu bantuin gua, gua bingung ni anak kalo tidur nggak bisa dibangunin kecuali sama Tante Nita dan terompet sangkakala,”
Tara hanya bisa menghembuskan napas lelah, tiada hari tanpa pertengkaran bagi Kian dan Dava.
“Lu berdua disuruh bangunin orang malah berantem!” Tara berjongkok sembari memikirkan caranya.
“Kita harus gimana cok?” ucap Dava.
“Coba bawa-bawa beliau deh,” celetuk Kian.
“Beliau? Beliau siapa?” bingung Dava.
“Itu, kak Raisa. Gua bilang beliau karena takut dia marah,” Kian menunjuk Gema.
“Kita harus gimana ya?” Dava tampak berpikir, lalu ia menjentikkan jarinya.
“Kita jatohin aja dari atas,” ucap Dava, reflek Tara dan Kian menepuk jidatnya heran.
“Gini nih, akibat punya temen iq 78,” ucap Kian.
“Ah lama ayo bangunin, bilang aja kak Raisa kesini mau minta dianterin,” ucap Tara.
Mereka bertiga menarik napas dalam-dalam.
“GEM BANGUN! KAK RAISA MINTA DIANTERIN PULANG!” teriak mereka bertiga secara bersamaan.
“Hah?! Mana?! Dimana?!” sontak Gema terbangun. Saking semangatnya ia langsung merapikan seragamnya yang kusut.
Jika menyangkut senior bernama Raisa Navasya, Gema akan langsung datang.
Tawa jahil keluar dari ketiga sahabatnya. Otomatis Gema langsung menoleh kesal pada ketiga sahabatnya, ketika tidak melihat batang hidung Raisa. Ia hanya melihat sampah berserakan di rooftop bekas mereka.
“Anjing lu pada, ganggu orang lagi tidur aja,” Gema kembali merebahkan tubuhnya ke sofa.
“Bangun lu,” Tara mencolek tubuh Gema, membuatnya berbalik badan membelakanginya.
“Udah bel pulang, lu mau tidur disini?” tanya Tara.
“Emang udah jam berapa?” Gema sedikit menoleh.
“Udah jam tiga kurang dua puluh,” jawab Tara.
Gema bangkit, ia merenggangkan otot-ototnya yang pegal akibat tidur terlalu lama dan menguap.
“Woi ayo kebo! Udah setengah jam lu tidur,” Dava menepuk-nepuk punggung lebar Gema.
Gema berdiri, ia mengambil tasnya dan berjalan turun dari rooftop dengan wajah masih mengantuk.
“Heh! Mau kemana lu? Beresin dulu ini sampah! Gua kasih 9 ribu, mau kagak?!” tawar Tara.
Seketika Gema langsung mengambil kantung plastik di dekatnya, dan memasukkan nya satu persatu. Begitu pula dengan Kian dan Dava.
...
“Lu pulang bareng siapa Indah?” tanya Raisa pada teman sebangkunya, Indah.
Kini sudah jam pulang, mereka sedang membereskan buku-buku ke dalam tas.
“Di jemput nyokap, hari ini nyokap gua pulang lebih cepet,” jawab Indah.
“Kalo lu Git?” tanya Raisa pada Gita yang tempat duduknya di depannya bersama Andra.
“Biasa, sama taksi kalo nggak ojek,” jawab Gita sembari menengok ke belakang.
“Kalo Andra gak usah ditanya lagi, diakan bareng Tara mulu,” ucap Indah, Andra menoleh dan tersenyum
salah tingkah. “Biasalah, bucin,” sambung Indah.
“Terus lu sama siapa Ra? Eh gua lupa, lu kan udah punya Adam, jadi pasti dianter jemput sama Adam,” ucap Indah.
Namun Raisa menggeleng, “Adam ada acara keluarga, jadi dia nggak bisa anter gua pulang,”
“Anjir, kasian banget lu. Parah banget si Adam,”
“Iya ih, gak kasian apa pacarnya pulang sendiri,”
“Kalian pikir, Adam itu dilan? Dia punya kehidupannya sendiri, bukan cctv yang harus pantau gua 24 jam,” ucap Raisa membela pacarnya.
Ia langsung pergi meninggalkan teman-temannya yang diam membisu dan merasa menyesal.
Andra mengejarnya, “Ra, lu marah sama Gita dan Indah?”
“Nggak, siapa yang marah,” ucap Raisa yang tidak sesuai dengan wajahnya yang cemberut.
“Lu bisa pulang bareng sama Gema sih,” ucap Andra.
Raisa melirik dan mengangkat sebelah alisnya, “Bukannya kelas dia pulangnya setengah jam sebelum kita ya?”
“Bener, tapi biasanya Tara, Gema, Kian sama Dava gak langsung pulang, mereka paling ngaso di rooftop sampe gua pulang,” jelas Andra.
“Tapi itu kalo lu nggak mau naik taksi sih dan Adam ngizinin sih,” lanjut Andra.
....
Langkah Gema terhenti ketika matanya menangkap sosok seorang gadis berdiri sendirian di depan gerbang. Itu Raisa, dengan rambutnya yang terurai lembut serta poni dan wajah yang terlihat termenung di balik layar ponselnya. Gema merasakan detak jantungnya semakin cepat. Tanpa pikir panjang, ia berlari ke parkiran, masuk ke dalam mobilnya, dan melaju menuju tempat Raisa berdiri. Mobil Gema berhenti perlahan di samping Raisa. Gadis itu tersentak, menoleh, dan bertemu pandang dengan Gema yang tersenyum lebar dari dalam mobil mewahnya.
Seketika Raisa langsung menunduk pura-pura sibuk dengan ponselnya.
“Hai kak Raisa, kok masih disini? Mobilnya mana?” tanya Gema dengan halus, namun Raisa tidak menjawab dan langsung membelakanginya.
Gema tersenyum. “Pacar kak Raisa mana?” tanya Gema lagi, membuat Raisa menoleh kaget.
“Mobil aku rusak, Adam lagi ada acara. Jadinya aku disini nunggu taksi,” jawab Raisa cuek.
“Yaudah, kalo gitu bareng gua aja,” ucap Gema menawarkan tumpangan.
Raisa menghembuskan napas berusaha menghilangkan kegugupannya.
“Makasih, tapi aku maunya naik taksi,” tolak Raisa. Padahal sudah 30 menit ia menunggu taksi yang belum datang juga.
“Taksi di jam segini mana ada sih kak. Gua ikhlas kok bantuin lu kok, ayo masuk, udah mendung gini, yakin lu masih mau nungguin taksi?”
bener juga sih, daripada nungguin taksi sampe lumutan. Gua minta izin sama Adam kali ya.
Raisa membuka kontak Adam
“Gimana kak? Mau nggak? Kalo nggak mau sih gua gak apa-apa,” ucap Gema lagi.
“Oke deh, aku mau,” Raisa membuka pintu mobil di bagian penumpang dan langsung duduk. Gema tersenyum senang.
Mungkin kalian berpikir kalau Gema merupakan perusak hubungan orang, tapi itu bukan hal yang ingin Gema lakukan, ia hanya ingin dekat dengan Raisa. Tidak lebih.
Setelah Raisa duduk, Gema menjalankan mobilnya.
Belum begitu jauh, Gema langsung menepikan mobilnya, membuat Raisa mengerutkan dahinya bingung. Tiba-tiba Gema mendekat, reflek Raisa terpekik.
“Ka-kamu mau ngapain?!” tanya Raisa dengan gugup, membuat Gema menaikan satu alisnya.
“Menurut lu, gua mau ngapain?” tanya Gema dengan nada berat. Mendengar itu, membuat wajah Raisa pucat sekali. Ia bingung harus menjawab apa, apa ia harus menjelaskan kalau Raisa berpikir Gema akan melakukan-
......................
Diwantara Putra Jayawardhana
Kiandra Darmansyah
Dava Basmati
bagus kok nevelmu
aku suka