NovelToon NovelToon
Gadis Di Rumah Itu

Gadis Di Rumah Itu

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Hantu
Popularitas:53.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dela Tan

Sulit mencari pekerjaan, dengan terpaksa Dara bekerja kepada kenalan ibunya, seorang eksportir belut. Bosnya baik, bahkan ingin mengangkatnya sebagai anak.

Namun, istri muda bosnya tidak sepakat. Telah menatapnya dengan sinis sejak ia tiba. Para pekerja yang lain juga tidak menerimanya. Ada Siti yang terang-terangan memusuhinya karena merasa pekerjaannya direbut. Ada Pak WIra yang terus berusaha mengusirnya.

Apalagi, ternyata yang diekspor bukan hanya belut, melainkan juga ular.
Dara hampir pingsan ketika melihat ular-ular itu dibantai. Ia merasa ada di dalam film horor. Pekerjaan macam apa ini? Penuh permusuhan, lendir dan darah. Ia tidak betah, ia ingin pulang.

Lalu ia melihat lelaki itu, lelaki misterius yang membuatnya tergila-gila, dan ia tak lagi ingin pulang.

Suatu pagi, ia berakhir terbaring tanpa nyawa di bak penuh belut.
Siapa yang menghabisi nyawanya?
Dan siapa lelaki misterius yang dilihat Dara, dan membuatnya memutuskan untuk bertahan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dela Tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3. Ditinggalkan Oom Bernard

“Besok Oom harus berangkat ke Taiwan untuk negosiasi dengan beberapa pembeli baru di sana. Dara baik-baik di sini ya, belajar sama Tante Mir. Oom sayang sama Dara, yang betah di sini. Dua minggu lagi, Oom kembali ke Indonesia.”

Ini hari Minggu, baru hari kedua Dara tiba di tempat Oom Bernard. Belum ada kiriman belut karena yang di bak-bak penampungan belum diekspor. Kata Oom Bernard, Pak Haji Mamat baru akan mengirim satu ton minggu depan.

“Hari ini Dara jalan-jalan saja ke mal diantar Ari ya. Beli apa yang perlu.” Ari adalah nama sopir pribadi Oom Bernard.

Oom Bernard menyelipkan beberapa lembaran seratus ribu ke tangan Dara, tepat saat Siti melangkah ke dalam ruang kantor. Siti langsung keluar lagi tanpa mengatakan apa-apa.

Dara merasa salah tingkah, tapi tidak mau menolak, karena ia memang butuh membeli beberapa barang. Malam pertama tidur di kamarnya, ternyata exhaust fan itu berbunyi berisik dan banyak nyamuk yang masuk.

Nyamuk kebun yang jika menggigit sangat perih, dan gatalnya tidak hilang meski telah digaruk hingga lecet. Baru satu malam, kaki Dara sudah penuh bentol-bentol gigitan nyamuk. Dara tidak berani mengeluh. Ia hanya mengingatkan diri, jika ada kesempatan keluar, harus membeli Autan atau Baygon. Juga pewangi ruangan untuk mengusir bau udara lembab di kamar.

Dan sekarang adalah kesempatannya, mumpung Oom Bernard masih di sini, dan seolah bisa membaca pikirannya, ia menyuruh Dara ke mal untuk berbelanja, Dara memanfaatkan waktu ini.

‘Toh ini masih hari Minggu, anggap saja aku baru resmi bekerja hari Senin besok,’ Dara berkata dalam hati.

Dan pergilah ia seorang diri naik mobil sedan hitam Oom Bernard, diantar sopirnya Pak Ari. Dia menghabiskan waktu di mal sampai tengah hari, makan kentang goreng dan burger, serta minum jus alpukat susu coklat kesukaannya.

Selain Baygon dan Autan, Dara juga membeli beberapa keripik dan biskuit, berjaga-jaga jika ia kelaparan saat Oom Bernard tidak di rumah dan tidak berani meminta makan pada Tante Mir.

Sepulang dari mal dengan menenteng dua kantong kresek, Tante Mir menatapnya tajam.

“Berapa uang yang diberi Oom?” Suara Tante Mir ketus, memandang Dara sambil mengernyitkan dahi.

Sial. Rupanya si Siti itu pengadu.

“Lima ratus ribu, Tante.”

“Kerja belum juga seminggu, masa sudah terima uang. Nanti akhir bulan, Tante akan potong dari gaji kamu.”

“Iya, Tante.”

Dara menghela napas. Merasa bahwa dua minggu selama Oom Bernard pergi nanti akan menjadi neraka.

Benar saja, hari pertama tanpa Oom Bernard, Tante Mir memberinya makan dari makanan sisa yang dibekukan dalam freezer entah sudah berapa lama.

Dara menatap makanan yang tersaji di meja. Ia tak berselera menyentuhnya. Tadi ia melihat Tante Mir memilih-milih bungkusan makanan beku dari freezer, memanaskan, menyajikan, lalu jika tidak habis, membungkusnya kembali untuk dibekukan lagi dalam freezer.

Dara berpikir, entah usia makanan itu sudah berapa bulan, bahkan mungkin ada yang menahun. Semiskin-miskin keluarganya, Mama tak pernah menyimpan makanan sisa untuk dipanaskan dan dibekukan berkali-kali.

Melihat freezer berbentuk kotak berukuran sekitar satu kali satu meter itu, entah mengapa Dara membayangkan tubuhnya terbujur kaku tertimbun bungkusan plastik besar kecil, tanpa pernah ada yang menemukannya. Ia bergidik.

“Hari ini belut-belut di belakang akan dikemas untuk dikirimkan ke Taiwan. Jadi di sana nanti Oom Bernard sendiri yang akan terima, untuk ditunjukkan kepada calon pembeli baru. Kamu belajar yang benar, dari Siti nih, dia kerja udah lama.” Tante Mir menepuk pundak Siti.

Yang ditepuk tersenyum sinis dengan raut puas. Meskipun merasa gondok karena Tante Mir memperlakukannya seolah gadis tolol yang tidak mengerti apa-apa, Dara hanya bisa mengangguk sambil membisu. Dia seperti Cinderella yang dirundung saudara tiri buruk rupa dan ibu tirinya.

Dara tidak mengira dunia pekerjaan akan sedemikian tidak ramah, tapi ia menelan rasa sedihnya, lalu berjalan ke tempat bak-bak penampungan belut di belakang.

Setibanya di sana, Dara berjongkok di tepi bak dan mengulurkan tangan, memberanikan diri meraih seekor belut, dan mencoba menangkapnya dengan sia-sia. Itu sangat licin. Tidak salah jika ada pepatah 'licin seperti belut'.

“Hei, siapa kamu?!” Suara bentakan hampir membuatnya terjerembab ke dalam bak. Dara menoleh terkejut.

Seorang lelaki gempal berkulit gelap berdiri di hadapannya. Matanya yang bulat kemerahan melotot, hampir keluar dari rongganya. Ia mengenakan kruk. Sebelah kakinya buntung hingga ke lutut.

“Sa… saya, Dara.” Ia mengulurkan tangan untuk menyalami lelaki itu.

“Pak Wira,” itu suara Siti, berteriak dari jendela kantor yang terbuka ke arah lokasi bak. “Dia Dara, dibawa Tuan kemari untuk mengurus pembukuan. Tidak ada urusan dengan belut.”

Pak Wira menatap Dara lama, seolah menilainya, mengabaikan uluran tangannya. Lalu ia mendengus, mengibaskan tangan. Dara melihat beberapa buku jari tangannya tidak utuh.

Hanya punya sebelah kaki, mengenakan kruk, gerakannya tidak cekatan, bahkan jari-jarinya tidak lengkap, pasti dia tidak bisa menulis. Dan tampangnya galak dengan ekspresi mengejek. Orang seperti pak Wira tak akan diterima bekerja di tempat lain.

Tapi Oom Bernard mau memberinya pekerjaan. Diam-diam Dara mengagumi Oom Bernard yang mau mempekerjakan seseorang dengan kekurangan seperti Pak Wira.

Meskipun yakin Oom Bernard memiliki alasannya sendiri untuk menjadikannya sebagai karyawan, namun ada sesuatu pada Pak Wira, yang membuat Dara merasa takut padanya.

“Aku dengar kamu itu calon sarjana. Pernah kuliah katanya?” Pak Wira tiba-tiba bertanya, suaranya berat.

Dara mengangguk tanpa berani memandangnya.

“Pekerjaan ini bukan buat kamu. Kalau kamu pintar, lebih baik kamu pulang.” Ia melengos sebelum Dara sempat menjawab.

Sekarang Dara benar-benar heran. Dia direkrut oleh bos besar, sang empunya perusahaan, tapi para bawahannya, bahkan istrinya, malah seolah berlomba-lomba ingin mengusirnya.

Sebenarnya, apa kesalahannya, mengapa semua orang tampak tidak menyukai dan memusuhinya?

1
Rina Indriani
bilang aja keguguran deh
Rina Indriani
owalah. Damar hantu rupanya
Rina Indriani
damar apa makhluk gaib
Rina Indriani
kok jd gitu???
kuaci
aku mampir thor
Rina Indriani
kenapa ya? penasaran deh...
Rehaan Aamir
Gilaaaa Bab Awal Aja Udah Se Misterius Ini Jln Crt Nya....Gmn Gk Bikin Penasaraaann Buat Ngikuti Alur Selanjutnya....
Kustri
g bs dipersingkat apa,
byk yg qu skip krn byk yg g penting
Kustri
tak skip, maaf yo
estycatwoman
nice
Astuti Puspitasari
Alur maju mundur di cerita ini dikemas dengan sangat apik, keren banget novelnya. Semangat terus berkarya thor 🥰
Dela Tan: terima kasih 🙏
total 1 replies
Kustri
Luar biasa
Ridho Widodo
pp Dara go blok
Kustri
misteri nih, knp anggota badan pa wira hilang 1-1

karyawan baru emg hrs byk belajar g salah jg mirna menyuruh bangun dini hari
αʝιѕнαкα²¹ᴸ
good, rekomended!
αʝιѕнαкα²¹ᴸ
Dari sinopsis, alur utama cerita MC-nya Dara, tapi Dara malah diceritakan hanya sampai bab 19. Sedang bab 20-57 menurut saya hanya cerita pendukung. Disajikan terpisah seperti itu membuat novel ini seperti dua cerita yang berbeda, bukan kesatuan. Andaikan saja bab 20-57 disajikan sebelum bab 19 seiring dg perjalanan cinta Dara dan Damar, dan novel diakhiri dengan kematian Dara, mungkin damage yg didapat ketika mengikuti cerita ini menjadi luar biasa. Btw, thanks untuk hiburannya. Sehat dan sukses selalu. Salam kenal 🙂
Dela Tan: Kamu benar, mulai bab 20 memang bagian 2 dari novel, dan yang menggabungkan kedua cerita itu adalah 4 bab ekstra "Benang Merah" di akhir.

Kenapa dibubat begitu, karena menurut pemikiranku, jika dibuat runut mulai dari kisah Damar & Qing Qing, tidak akan ada kesan misteri & pertanyaan-pertanyaan yang memancing rasa ingin tahu.

Tapi tentu saja setiap orang bisa mendapat kesan yang berbeda. Terima kasih sudah memberi pendapat :)

Salam kenal juga.
total 1 replies
Natalia Susi
ulasan apa ya, kl saya suka gaya bahasa nya yg ringan dan mudah dimengerti sehingga tidak bolak balik ke atas mecerna maksud nya...ceritanya bagus, selain masuk akal , nyambung dan yg pasti buat penasaran/Drool/
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
dan bwt wira sendiri aku rasa apapun alasannya dia juga salah, mungkin klo wira tak membunuh Damar, nyawa Damar tak ganggu yaak... tapi pak Wira main hakim sendiri, kna dia cemburu, sakit hati Damar yg jadi cinta pertamanya memilih Qing Qing.

Kejutannya di karya ini adalah ternyata Qing Qing dan Dara Sepupuan.


ahh terpaksa komentar di bagi bbrpa kna kepanjangan wkwkwkwk

semangatt ka Dela👍👍👍
Dela Tan: Terima kasih banyak. Komentar yang panjang & komprehensif :)
total 1 replies
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
bab yang aku suka bab 46, 47, 48, 49 bab bab saat Qing Qing tewas dan gimna perasaan bersalah Damar melihat Qing Qing tewas kna terpeleset dan kehabisan darah... itu bab yg bikin wow.
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
sebenernya tak ada yang salah sama Cinta, cinta itu Fitrah manusia. setiap manusia berhak dicintai dan mencintai cuma mungkin yg salah adalah cara mengekspresikan cinta itu.

spt cinta Damar dan Qing Qing, tak ada yg salah sama Cinta mereka, wlpn Qing Qing 14 thn dan Damar 19 thn, mereka iya salah kna terpancing gelora muda hingga MBA... tapi jika spt ungkapan ada hukum sebab akibat bkn kah Damar dan Qing Qing sudah mendapatkan nya?
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩: 😂 sama sapaa yaak
αʝιѕнαкα²¹ᴸ: termasuk cinta sama si anu ya😄
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!