NovelToon NovelToon
Ketika Salju Turun

Ketika Salju Turun

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / One Night Stand / Anak Genius / Anak Kembar
Popularitas:30.1k
Nilai: 5
Nama Author: hermawati

Lahir, dan besar, di negara yang terkenal karena budaya tolong menolong terhadap sesama, tanpa sengaja Reina menolong seseorang yang sedang terluka, tepat ketika salju tengah turun, saat dirinya berkunjung ke negara asal ayah kandungnya.

Perbuatan baik, yang nantinya mungkin akan Reina sesali, atau mungkin justru disyukuri.


Karyaku yang kesekian kalinya, Jangan lupa mampir dan tinggalkan jejak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Salju Pertama

Sudah lebih dari sebulan, Reina berada di negara asal mendiang Papanya, dia masih bertahan di sana guna menemani sang Mama Tiri. Tak banyak aktivitas yang dilakukannya, membantu Aiko menyiapkan sarapan, dan makan malam, bersih-bersih rumah, meski Aiko melarang, mengisi draf untuk novel yang dia buat, yang entah kapan akan publish, mumpung belum mulai bekerja. Karena rencananya setelah kembali ke tanah air, Reina akan memasukan lamaran ke pabrik, yang masih satu wilayah dengan rumah Mama kandungnya.

Ada alasan mengapa dia memilih bekerja di pabrik, meski tak ada kata santai, saat sedang bekerja, tapi gaji yang diterimanya setiap bulan, membuat tabungan di rekeningnya, semakin banyak, dan sedikit banyak, dia membantu perekonomian keluarga, meskipun Rita tak pernah memintanya, dan tentunya, dengan gaji yang diterimanya, Reina bisa membeli apapun, yang diinginkannya, tanpa perlu mengandalkan orang lain.

Kemarin saat kedua kakaknya berkumpul, mereka menawarkan, agar Reina bisa berkuliah di sana, dan mereka akan menanggung seluruh biayanya. Tapi dengan halus Reina menolak, dengan alasan, tak ingin terlalu lama jauh dari Rita. Tentu alasannya bukan itu saja, Reina malas untuk belajar, dalam arti mengerjakan tugas kuliah, karena dia tau, dari teman-teman SMA-nya, jika tugas-tugas dari dosen itu membuat pusing.

Lebih baik bekerja di pabrik, dan menjadi penulis, toh selama setahun kebelakang Reina menjalani hidupnya dengan bahagia, tanpa ada kekurangan.

Tak masalah jika dia harus menemani Aiko untuk sementara waktu, asal jangan suruh dia bersekolah lagi. Reina sudah pintar kok, dia menguasai tiga bahasa, Indonesia, Inggris, dan Jepang, baik bahasa ataupun tulisan kanji, yang katanya rumit.

Semasa kecil, saat Reina masih bersama Papanya, dia sudah diajari dua bahasa berbeda, dan saat mulai memasuki usia sekolah dasar, dia belajar huruf kanji, hingga Papanya kembali ke negara asal. Lalu menggenangi bahasa Inggris, Rita memintanya untuk belajar, saat dia menginjak usia remaja.

Dengan ketiga bahasa, Reina yakin, dia bisa mencari uang, jika nantinya, pabrik tak lagi menerimanya sebagai pekerja, karena faktor usia, atau status.

Sejak pulang dari bekerja, Aiko mengeluh, merasakan pusing di kepalanya, dan demam, alhasil Reina memasak sendiri, untuk mereka makan malam.

Reina memasakkan bubur, dan membuatkan wedang jahe instan, yang dibawanya. Rita yang menyuruhnya, karena Papanya sangat menyukai, minuman berbahan dasar salah satu rempah itu, sayangnya Papanya sama sekali belum mencobanya.

Selesai makan malam, dan membereskan dapur, Reina kembali ke kamar, usai memastikan keadaan mama tirinya.

Baru saja langkahnya, menjejak di anak tangga pertama, sesuatu yang lengket, keluar dari bagian bawah tubuhnya, Reina berdecak kesal, tamu bulanannya mendadak datang.

Dia kembali melangkah menuju lemari penyimpanan, dan sekali lagi Reina berdecak, dia mendapati, persendian pembalutnya habis. Reina memukul dahinya sendiri, bisa-bisanya dia lupa membelinya.

Reina melihat waktu pada gawainya, pukul sembilan malam, "Masih sore, nggak apa-apa kali ya, ke mini market depan," monolognya.

Sebelum keluar rumah, Reina menggunakan baju hangat, lengan panjang, di lapisi sweater bermotif garis, outer berwarna pastel, tak lupa syal berbahan wol, dan boots. Lahir dan besar di negara tropis, dan tinggal di daerah industri, membuatnya tak tahan dengan cuaca dingin.

Tak ingin menganggu istirahat mama tirinya, Reina keluar rumah, tanpa pamit, guna membeli keperluannya sendiri, semoga saja tak terjadi apa-apa.

Reina harus berjalan menuju minimarket, udara dingin yang menusuk, membuatnya mempercepat langkahnya, nyaris berlari, dia benar-benar tak tahan dengan yang namanya dingin.

Tadi sebelum berangkat, Reina sempat melihat prakiraan cuaca, katanya malam ini akan turun salju.

Meski penasaran dengan butiran putih yang turun dari langit, tapi mengingat cuaca dingin, dia tak ingin berlama-lama berada di luar, cukup menyaksikannya dibalik jendela kamarnya.

Tiba di minimarket, Reina langsung mengambil barang yang dia butuhkan, juga camilan, untuk menemaninya saat menulis ceritanya.

Dan sewaktu dirinya membayar, kasir yang berjaga, menoleh pada dinding kaca, terlihat butiran putih mulai turun.

Usai membayar, dan berterima kasih, Reina keluar dari minimarket, dan berdiam diri sejenak, menatap langkah orang-orang, yang berjalan di bawah butiran salju.

Reina memotret menggunakan kamera ponselnya, lalu tersenyum melihat hasilnya, "Indah banget," gumamnya.

Ingin rasanya mengirimkannya pada Rita, tapi pasti wanita berusia empat puluhan itu, akan mengomelinya panjang lebar, mengetahui dirinya keluar malam, tanpa ada yang menemani, "Emang gue anak kecil?" gerutunya.

Reina memasukan lagi ponselnya ke kantong dalam outer-nya, lalu ikut melangkah mengikuti langkah orang-orang yang lewat, menikmati salju pertama dalam hidupnya. Meskipun harus menerjang dingin, yang mulai menusuk kulitnya.

Terlalu asik menikmati butiran putih yang turun terus-menerus, tanpa dia sadari, dia semakin jauh dari tempatnya tinggal.

"Dasar ceroboh, kebiasaan Lo, Reina!" monolognya, sembari memukul dahinya sendiri. Dan bisa ditebak apa yang terjadi selanjutnya, Reina tersesat.

Apa yang harus dilakukannya? Dia pengingat yang buruk, dalam hal jalan yang jarang dilaluinya.

Ingin menghubungi Aiko, dirinya tak enak, karena mama tirinya sedang sakit, dan lebih tak mungkin dia menghubungi kedua kakaknya. Akhirnya, Reina putuskan untuk berbalik arah, dan mengikuti jalan yang diingatnya.

Setengah jam berlalu, Reina masih belum menemukan jalan menuju tempat tinggalnya, dia mulai putus asa. Salju semakin lebat, dan udara dingin, semakin menembus baju hangatnya.

Reina duduk bersandar, di gang tak jauh dari hotel kecil, "Gue harus kemana?" tanyanya pada diri sendiri. "Kenapa pake acara ngikutin orang-orang? Dasar dodol Lo, Reina!"

Dia berjongkok, setidaknya tadi dia membeli minum, dan camilan, sehingga sembari menunggu solusi untuknya sendiri, dia bisa makan. Biasanya dalam keadaan seperti ini, mulutnya harus mengunyah, agar bisa menemukan ide, agar dia bisa pulang ke rumah Mama tirinya.

Sayangnya, hingga camilannya habis, ide itu tak kunjung muncul, astaga, mengapa jadi begini? Apakah dia harus terjebak dalam hujan salju semalaman, dan mati membeku?

Reina bangkit, berusaha untuk berjalan kembali, menuju jalan yang tadi dilaluinya, dia berusaha mengingat kembali. Lalu saat langkahnya melewati gang gelap, dia terkejut, ketika terdengar barang jatuh, dari arah sana.

"Apaan tuh?" monolognya. Lalu terdengar suara mendesis dari arah yang sama, mendadak bulu kuduknya berdiri. "Masa iya ada setan di sini? Nggak mungkin banget deh, tapi kok gue penasaran, lihat dikit, nggak apa-apa kali ya!"

Reina melangkah masuk, sembari merapal doa-doa, yang dihafalnya, sayangnya tempat itu cukup gelap. Dia sendiri heran, mengapa di tengah kota, ada tempat yang sama sekali tak ada lampu.

Reina mengambil ponselnya, dia menyalakan senter, untuk membantu penglihatannya, ketika suara itu semakin jelas terdengar. Lalu cahaya senternya menyorot sesosok yang sedang bersandar di dinding.

"Tolong matikan lampunya, Saya mohon!" pinta orang itu, dengan bahasa penduduk setempat.

Tadi sebelum mematikan senter, Reina sempat melihat wajah babak belur, yang dia yakini sebagai manusia berjenis kelamin laki-laki, terlihat dari bentuk wajahnya, dan suaranya.

Sebagai orang asli Indonesia, yang terkenal dengan budaya tolong menolong, Reina jadi iba, "Ada yang bisa saya bantu, Tuan? Sepertinya ada terluka." Sepertinya Reina lupa petuah Kakak laki-lakinya, saat mereka terakhir bertemu, sebelum tahun baru, agar Reina tak usah pedulikan urusan orang lain.

"Mendekat lah,"

Reina menurut, dia menunduk, hanya satu meter, dari laki-laki itu. "Apa yang bisa saya bantu, Tuan?" tanyanya lagi.

"Mendekat lah,"

Rasanya Reina mulai kesal, padahal jarak mereka sudah dekat, apa lelaki itu bermaksud jahat padanya? Meski berat, dia tetap mendekat. "Sudah Tuan,"

Dan lelaki itu, membisikan beberapa kalimat padanya. Dari jarak yang hanya beberapa senti, Reina bisa mencium wangi parfum, bercampur, amis darah, jangan lupakan aroma nafas berbau mint segar.

***

Reina berjalan cepat, setelah membeli beberapa keperluan, yang diminta oleh lelaki itu, panik, tentu saja, lelaki asing itu mengatakan jika dia tertusuk pisau.

Sempat Reina ingin menghubungi rumah sakit, dan polisi, tapi lelaki itu justru melarangnya, dan memintanya untuk membelikan beberapa barang yang dibutuhkan.

Kembali ke gang gelap tadi, Lelaki itu, meminta untuk dipapah masuk lebih dalam. Dan barulah Reina sadari jika lelaki itu sangatlah tinggi, dan memiliki tubuh kekar.

Dengan susah payah Reina melangkah, dia sampai terengah-engah, dia lelah luar biasa, tenaganya terasa habis.

Cukup jauh dari mulut gang, Lelaki itu mulai meminta segala hal, yang tadi dimintanya.

"Apa kamu punya sapu tangan, atau apapun yang bisa untuk menyumpal mulut saya?" bisik lelaki itu, sembari terengah-engah.

Otak Reina berpikir cepat, dia tak pernah memiliki sapu tangan, lalu dia ingat sesuatu. "Maaf Tuan, saya hanya memiliki ini," Reina membuka bungkus pembalutnya, dan mengambil salah satunya, lalu memberikannya pada lelaki itu.

Dan beberapa saat kemudian, terdengar rintihan tertahan dari lelaki itu, Reina sendiri heran, bagaimana bisa, ada orang yang sedang menjahit lukanya sendiri, dalam keadaan gelap, bahkan tanpa anestesi terlebih dahulu? Luar biasa.

"Tolong beri saya, Obat pereda nyeri."

Reina menurut, dia membuka bungkus tablet, dan tutup air mineral, yang tadi dibelinya, lalu menyuapkan pada mulut lelaki itu, karena gelap, Reina hanya mengandalkan insting.

"Lalu bagaimana dengan luka di wajah anda, Tuan? Apa perlu saya bantu obati?"

"Tidak usah," tolaknya.

"Apa anda mau makan? Saya memiliki roti."

Lelaki itu berdehem, lalu Reina mulai membuka plastik berisi roti cokelat, yang tadi dibelinya, dan menyuapkannya.

"Siapa nama kamu?"

"Nama saya Rei ... " ponsel Reina berdering, dia lalu mengambilnya dari dalam outer miliknya, tertera nama Mama Aiko. "Ya Ma,"

" ... "

"Lagi di luar, sebentar lagi pulang,"

" ... "

"Iya Ma, tolong kirimkan ya!"

" ... "

"Oke Mama,"

Reina masih memegang ponselnya, "Tuan, sepertinya saya harus pulang, Ibu saya menelepon, apa perlu saya telepon ambulan?"

"Tidak usah,"

"Kalau begitu saya pulang, saya sarankan, anda pergi ke rumah sakit." Reina melepas outer-nya dan memberikannya pada lelaki itu, "Salju sedang turun, Tuan, dan anda, hanya memakai pakaian yang tipis, silahkan di pakai."

Sebelum beranjak, Reina berkata, "Semoga lekas sembuh, Tuan! Selamat tinggal."

Bayangin aja lagi pakai bahasa Jepang ya!

1
ayudya
😂... nah ryu cari noh ustadz..., biar paham.
ayudya
😂😂😂 kasihan si reina.. gak di izin kan plng.
ayudya
aduh Thor kira² dapat jatah gak si ryu tu
Mareeta: mode maksa, kayak pertama kali, mereka gituan
total 1 replies
LISA
Wah Reina g di ijinkan utk pulg jg
Nadila Nisa
kak herma paling suka ngegantung dan bikin penasaran.. lanjut kak 🥰
Ripah Ajha
hais nanggung kali thor
Mareeta: entar malah nggak lolos sama editor
total 1 replies
ayii
ceritanya menarik....
Mareeta: terima kasih sudah mampir
total 1 replies
FeVey
tuu kan firasatku bener. jangan2 hamil.
waktu itu kan masa subur reina? /Whimper/
Anton Batubara
bagus ceritanya /Good//Good//Good/
Anton Batubara
bagus ceritanya /Good//Good//Good/
LISA
Reina sabar y..pelan² lehermu masih belum sembuh lukanya
ayudya
up nya lama ya Thor, semangat wae lah.
Mareeta: bentar lagi di kerjain, semoga nggak sampai malam udah up
total 1 replies
Ripah Ajha
semangat ya kak, keren karyamu🥰
Nadila Nisa
hadir kak.. karya yg selalu ditunggu2
semangat 💪🏻👍🏻🥰🥰
beybi T.Halim
ceritanya bagus...,cuma up nya gak tentu .,semoga setelah ini Rheina bs mengerti dan memahami klo Ryu benar2 mau bertanggung jawab 👍
ayudya
ayo lah rei sekali² dengar lah kata papa nya anak² kamu biar gak di ganggu lagi.
ayudya
kk nya ryu ada urusan apa sama Reina, mass sama adik sendiri selalu ikut campur.
ayudya
REI keras kepala sekali jangan gitu lah.
ayudya
mengalah demi anak gak apa² toh ryu orang bertanggung jawab.
ayudya
ryu tu serius orang cuma Reina takut aja mengingat bagaimana kk nya ryu.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!