Novel ini menceritakan tentang seorang pria bernama Raka yang berusaha untuk memperbaiki pandangan orang lain terhadap dirinya.
Raka yang sudah pernah mendekam di penjara, mendapat banyak cemoohan dari orang sekitar bahkan keluarganya sendiri.
Apakah mungkin Raka bisa memulihkan nama baiknya yang sudah buruk di pandangan orang-orang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arif C, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3
Tatapan Dewa sepertinya nampak merendahkan Raka. Tetapi Raka tidak peduli dengan apa yang dipikirkan Dewa saat itu.
Karena bagi Raka, Dewa bukanlah siapa-siapa baginya. Toh Raka juga tidak memiliki masalah apapun dengan Dewa.
Sarah hanya menganggukkan kepalanya saat dewa menanyakan tentang Raka. Dewa kemudian terkekeh seolah mengolok kehidupan Sarah sekarang.
"Kukira kamu akan menikah direktur, pengusaha, atau paling tidak sekelas manajer. Tetapi kamu memilih pria biasa ini untuk menjadi pendamping hidupmu," ledek Dewa.
Sarah sebenarnya merasa tersinggung dengan ucapan Dewa saat itu. Tetapi dia berusaha untuk mengendalikan emosinya.
"Tetapi aku tidak menyangka setelah berpisah denganku kamu secepat ini menikah lagi, Sarah," kata Dewa.
“Rupanya kamu juga tidak tahan hidup sendirian," Dewa terus saja meledek Sarah. Sehingga membuat Sarah menjadi naik pitam dibuatnya.
"Tutup mulutmu, Mas Dewa! Kehidupanku bukanlah urusanmu," balas Sarah.
Dewa terkekeh lagi seolah berhasil memancing amarah Sarah.
"Kasihan sekali hidupmu, Sarah. Setelah berpisah denganku kamu malah mempunyai suami yang tak berguna juga anak yang menambah beban hidupmu, hahaha," ejek Dewa lagi.
Sarah sebenarnya ingin menampar Dewa. Tetapi dia juga tak mau jika sampai aksi mereka diketahui banyak orang sehingga menjadi pusat perhatian.
Sarah kemudian menajamkan matanya seolah ingin menghabisi Dewa.
"Seharusnya kamu sadar diri dengan apa yang kamu lakukan padaku, Mas Dewa," balas Sarah.
"Kamu sudah membuat menderita dengan segala perangaimu. Lalu kamu mengambil alih semua harta bendaku," tuding Sarah. Dewa terperanjat mendengarnya.
Kemudian Sarah mengalihkan pandangannya kepada Mita.
"Seharusnya kamu jangan mau diperdaya olehnya. Selama menikah dengan Mas Dewa, aku diperlakukan kasar. Jangan sampai kamu menjadi korban berikutnya!" Sarah malah memberikan peringatan kepada Mita.
Dewa dan Mita terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Sarah. Bahkan mata Dewa kini membelalak tajam.
"Tutup mulutmu, Sarah! Dasar wanita lancang!" sahut Dewa. Tangannya terangkat tinggi untuk menampar Sarah.
Ketika tangan Dewa melayang, Raka dengan sigap menangkap dan mencengkram tangam Dewa dengan sorot yang tak kalah tajam.
"Jangan pernah sakiti wanita, apalagi istriku!" sahut Raka.
"Kamu tahu, pria yang suka memukul atau berlaku kasar pada wanita itu manusia hina," sambung Raka.
Raka merasa tidak terima saat Dewa ingin memukul Sarah. Bahkan Sarah juga kaget dan tidak menduga jika Dewa akan berlaku kasar lagi pada dirinya.
Beruntung ada Raka yang sigap membela sang istri. Saat itu Raka juga menahan amarah karena tingkah Dewa yang keterlaluan.
"Jika sampai kamu melakukan hal ini lagi pada wanita, terutama istriku. Aku akan menghabisimu," ancam Raka.
"Tidak peduli aku masuk ke jeruji penjara. Sebab aku tak akan membiarkan siapapun menyakiti istri dan anakku," lanjut dia.
"Orang berwatak sepertimu juga menurutku tak pantas hidup di dunia ini. Merusak kedamaian," sambung Raka.
Sontak Dewa kini semakin murka dengan apa yang dikatakan oleh Raka.
"Berani kamu ya mengancamku, dasar pria miskin!" bentak Dewa.
Dia merasa tersinggung berat mendengar apa yang dikatakan oleh Raka.
Sementara itu, Rama juga ikut merasa geram dengan sikap Dewa yang ingin berlaku kasar kepada ibunya.
"Om ini hatinya seperti setan, kenapa Om malah ingin memukul Mamaku?" seru Rama.
Dewa makin marah ketika mendengar penuturan Rama. Bahkan Sarah dan Raka pun ikut kaget ketika mendengar Rama akan bicara demikian.
"Jangan bicara seperti itu, Rama," tegur Sarah. Dia kemudian menggendong Rama sekaligus melindungi putranya agar terhindar dari amarah Dewa.
"Kalian ini keluarga sampah, dari yang kecil sampai yang dewasa semuanya berkata lancang seperti sampah," amuk Dewa.
"Termasuk mulut anak kecil ini, ingin kurobek mulutnya dan kutarik lidahnya sampai dia tak bisa bicara lagi," tuding Dewa kepada Rama.
Raka dan Sarah terperanjat mendengar perkataan Dewa.
Plak!
Raka kemudian menampar pipi kiri Dewa. Dia tak peduli jika harus berkelahi dengan Dewa.
Raka begitu merasa marah dengan ocehan Dewa yang menyakiti anak dan istrinya.
"Sebelum kamu melakukannya, akan kutarik dan kupotong lidahmu supaya kamu tak lagi mengoceh seperti radio rusak," amuk Raka. Matanya kini berkilat menunjukkan amarah yang bergejolak.
Sarah kaget ketika Raka begitu murkan dengan sikap Raka. Dia begitu merasa khawatir jika akan terjadi perkelahian antara Dewa dan Raka.
Apalagi saat itu Raka baru saja sembuh, tentu Sarah tak ingin terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada sang suami.
"Sudahlah, Raka! Jangan pedulikan dia, lebih baik kita pulang daripada jadi pusat perhatian banyak orang," kata Sarah yang berusaha meredam emosi Raka.
Raka mengucapkan istigfar sebanyak mungkin untuk meredakan amarahnya. Dia setuju pergi menjauh dari Dewa dan pasangannya.
Namun Dewa merasa tak terima dengn perlakuan Raka yang mempermalukan dirinya.
"Hei, kamu mau ke mana? Kalau kamu berani hadapi aku secara jantan!" tantang Dewa.
"Sudah, Raka! Jangan pedulikan dia, Mas Dewa nampaknya sudah tak waras," kata Sarah sambil merangkul lengan Raka untuk segera pergi.
Dewa masih saja mengoceh ketika Sarah, Rama, dan Raka sudah pergi dari hadapannya.
"Sudah, Mas Dewa! Jangan permalukan dirimu sendiri! Kamu jadi pusat perhatian sekarang!" tegur Mita.
"Diam kamu! Seharusnya tadi kamu membelaku, jangan diam saja seperti patung!" bentak Dewa yang membuat Mita tersentak mendengarnya.
Dewa meluahkan amarahnya kepada Mita. Mata wanita itu langsung berkaca-kaca.
"Mas Dewa tega membentakku? Aku ini sedang hamil, Mas," tangis Mita. Dewa terdiam, giginya masih gemerutuk dengan amarah yang masih menggelagak di dalam dadanya.
Sementara itu, Sarah merasa lega ketika mereka sudah keluar dari rumah sakit itu dan tidak ada lagi adu mulut antara Raka dan Dewa. Sehingga nantinya bisa terjadi perkelahian.
Mereka bertiga kemudian segera menaiki angkutan umum untuk membawa ketiganya pulang ke rumah.
Namun Raka saat itu banyak diam karena dia masih menahan kesal dengan sikap Dewa terhadap anak dan istrinya.
Sarah pun memahami dengan apa yang dirasakan oleh Raka.
Sudahlah, Raka! Jangan pikirkan soal kejadian tadi, lupakanlah seolah kita tidak bertemu dengan Mas Dewa," nasihat Sarah, yang berusaha menenangkan emosi sang suami.
Raka berusaha untuk tersenyum kepada Sarah, walaupun di hatinya masih ada perasaan marah yang bergelora.
"Kalau Papa bertemu dengan Om Galak itu lagi, hajar saja sampai dia babak belur agar Om Galak itu merasa jera! Karena sudah berlaku kasar kepada Mama," Rama malah memancing kembali emosi Raka.
Sontak celotehan anaknya membuat Sarah terkejut mendengarnya.
"Jangan bicara seperti itu, Sayang! Kalau tadi terjadi peralihan antara papamu dan Om itu pasti papamu akan kesakitan lagi," tegur Sarah.
"Swbab luka jahitan Papamu masih belum sembuh," imbuh Sarah. Rama terdiam mendengarnya.
Raka malah merasa Rama saat ini sudah sangat membenci Dewa, yang tak lain adalah ayah kandungnya.
'Astaga, seharusnya Rama tidak membenci ayah kandungnya sampai seperti ini, Raka kini malah mencemaskan hubungan darah antara Rama dan Dewa.