NovelToon NovelToon
The Story Of Jian An

The Story Of Jian An

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:571
Nilai: 5
Nama Author: NinLugas

Pada abad ke-19, seorang saudagar China yang kaya raya membawa serta istri dan anaknya menetap di Indonesia. Salah satu anak mereka, Jian An, tumbuh menjadi sosok yang cerdas dan berwibawa. Ketika ia dewasa, orang tuanya menjodohkannya dengan seorang bangsawan Jawa bernama Banyu Janitra.

Pada malam pertama mereka sebagai suami istri, Banyu Janitra ditemukan tewas secara misterius. Banyak yang menduga bahwa Jian Anlah yang membunuhnya, meskipun dia bersikeras tidak bersalah.

Namun, nasib buruk menghampirinya. Jian An tertangkap oleh orang tidak dikenal dan dimasukkan ke dalam sumur tua. berenang di permukaan air sumur yang kini tidak lagi berada di abad ke-19. Ia telah dipindahkan ke kota S, tahun 2024. Dalam kebingungannya, Jian An harus menghadapi dunia yang jauh berbeda dari yang ia kenal, berusaha menemukan jawaban atas misteri kematian suaminya dan mencari cara untuk kembali ke masa lalu yang penuh dengan penyesalan dan rahasia yang belum terungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NinLugas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31

Jian An duduk di tepian ranjang Saka, menatap wajahnya yang tampak tenang dan damai saat tidur. Dalam keheningan malam itu, pikirannya melayang, mencermati setiap detail dari pria di depannya. Wajah Saka yang tampan, dengan fitur keturunan Jawa dan Jerman yang begitu menonjol, membuat Jian An sejenak lupa akan kegelisahan yang membelenggunya. Tangan Saka yang terletak di atas selimut, tubuhnya yang tampak rileks, semua itu membuat Jian An merasa ada sesuatu yang sulit diungkapkan.

Meskipun hubungan mereka hanya berdasarkan perjanjian, ada perasaan yang mulai tumbuh dalam diri Jian An. Perasaan yang membuatnya ragu, tetapi juga sulit untuk diabaikan. Ada daya tarik yang tak dapat dijelaskan yang ia rasakan setiap kali bersama Saka, meskipun pria itu jarang menunjukkan perhatian atau kasih sayang secara langsung.

Jian An menggigit bibir bawahnya, berusaha menenangkan diri, tetapi hatinya terus berdebar. Sejak pertama kali bertemu Saka, ada sesuatu yang membuatnya merasa nyaman dan juga cemas. Dia tahu ini adalah pernikahan yang tidak biasa, tetapi terkadang perasaan tak terduga ini membuatnya ragu apakah hubungan ini hanya sekedar perjanjian semata.

Saka tiba-tiba bergerak sedikit, mengubah posisinya saat tidur, dan Jian An terkejut. Dia dengan cepat menundukkan kepalanya, merasa malu telah mengganggu tidur Saka. Namun, saat itu juga, dia sadar bahwa perasaannya semakin rumit. Apakah ini hanya rasa ingin dekat karena kesendirian, ataukah ada sesuatu yang lebih dalam yang mulai tumbuh di dalam dirinya?

Setelah beberapa saat, Jian An memutuskan untuk berdiri dan meninggalkan kamar Saka, melangkah perlahan ke pintu. Namun sebelum menutupnya, dia sempat menoleh kembali ke arah ranjang Saka sekali lagi. Ada sesuatu dalam dirinya yang ingin ia sampaikan, tetapi dia tahu tidak bisa, setidaknya untuk saat ini. Dengan langkah pelan, Jian An kembali ke kamarnya, mencoba tidur meskipun pikirannya masih terjaga.

Saka terbangun dalam keheningan malam yang hening, tubuhnya terasa kaku dan pikirannya bercampur aduk. Ketika matanya membuka, ia langsung melihat Jian An yang berdiri di dekat pintu, wajahnya dipenuhi kebingungan dan keraguan. Tanpa sadar, tangan Saka yang terulur dengan lembut menggenggam tangan Jian An, menariknya lebih dekat ke tubuhnya. Sebuah dorongan yang kuat, lebih dari sekedar keinginan, membuatnya bertindak tanpa berpikir panjang.

Jian An terkejut, namun tak bisa menarik tangannya. Tubuh Saka yang lebih tinggi dan kuat menariknya dalam pelukan yang penuh kehangatan. Jian An merasa detak jantungnya berdegup cepat, begitu dekat dengan tubuh Saka, rasanya seperti ada kekuatan yang tak bisa ditolak. Dalam pelukan itu, ada perasaan yang datang begitu tiba-tiba, perasaan yang selama ini terpendam dan baru muncul dalam momen seperti ini.

“Jian An…” suara Saka terdengar rendah, seperti menggumam, namun cukup untuk membuat Jian An terdiam. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi ada rasa nyaman dan aman yang luar biasa saat berada di pelukan Saka. Saka yang biasanya tampak keras dan tertutup kini seperti seseorang yang terjebak dalam perasaan yang sama rumitnya.

Jian An bisa merasakan tangan Saka yang memeluknya dengan kuat, seolah menahan sesuatu yang rapuh. Tanpa sadar, ia merespons pelukan itu, perlahan menempatkan kepalanya di dada Saka, mendengarkan detak jantungnya yang juga semakin cepat. Tak ada kata-kata yang terucap di antara mereka, hanya keheningan yang terisi oleh desahan napas masing-masing.

Saka merasakan perasaan yang semakin sulit dikendalikan. Biasanya, ia bisa mengendalikan emosi dan perasaannya, namun saat ini, Jian An ada di dalam pelukannya, dan segala yang dia rasakan seperti pecah begitu saja. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi kata-kata itu seakan tertahan di tenggorokannya. Saka hanya bisa memeluk Jian An lebih erat, merasa ada sesuatu yang mengikat mereka lebih dari sekadar perjanjian pernikahan.

Malam itu, keduanya terdiam dalam pelukan yang penuh makna, sebuah kebingungannya yang hanya mereka yang bisa pahami.

***

Pagi itu, sinar matahari menyelinap masuk melalui celah tirai, menyentuh wajah Saka yang terjaga lebih dulu. Ketika ia membuka matanya, ia terkejut melihat Jian An terbaring di pelukannya. Ingatan semalam datang begitu mendalam. Ia ingat bagaimana ia menarik Jian An dalam pelukannya, bagaimana perasaan yang begitu kuat dan tak terkendali menguasai dirinya. Momen itu terasa begitu nyata, namun kini, dengan Jian An tertidur dalam pelukannya, Saka merasa bingung dan cemas.

Dengan perlahan, ia mencoba melepaskan diri dari pelukan itu tanpa membangunkan Jian An. Setiap gerakan terasa hati-hati, seolah ia takut melukai ketenangan yang tercipta malam itu. Namun, saat ia bergerak, Jian An perlahan membuka matanya, terkejut melihat dirinya berada begitu dekat dengan Saka. Wajahnya yang semalam tampak bingung kini dipenuhi kebingungan yang lebih besar.

Jian An menarik napas panjang, tubuhnya terasa lelah dan sedikit kaku. Saat ia mengingat kejadian semalam, dia merasa jantungnya berdebar cepat. "Saka…" suara Jian An terdengar lirih, masih mencoba mengatur pikirannya. Ia merasa tidak tahu harus berkata apa.

Saka menatapnya, wajahnya tegang, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. "Jian An… aku—" kata-kata itu sulit keluar. Apa yang baru saja mereka alami semalam, apakah itu hanya dorongan sesaat, atau sesuatu yang lebih dalam?

Jian An merasa canggung, mengalihkan pandangannya ke tempat lain. "Aku… aku tidak tahu harus bagaimana," jawabnya pelan, merasa kebingungannya menguasai dirinya. Semalam terasa begitu kuat, begitu penuh perasaan, tetapi kini, semua terasa kacau. Ia takut Saka akan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak seharusnya terjadi.

Saka menatapnya dengan mata yang lebih lembut. "Aku juga tidak tahu apa yang terjadi semalam, Jian An. Tapi aku," ia berhenti sejenak, berusaha mencari kata-kata yang tepat, "Aku hanya ingin memastikan kalau kita tidak salah paham."

Jian An mengangguk perlahan, merasa sedikit lega dengan pengertian Saka. Namun, di dalam hatinya masih ada banyak pertanyaan yang belum terjawab.

Di galeri, suasana terasa sedikit canggung bagi Jian An. Meskipun dia berusaha untuk bersikap profesional, perasaan yang masih mengambang tentang semalam terus menghantuinya. Setiap kali dia melirik Saka, ada rasa tidak nyaman yang terpendam, seolah-olah dia sedang berusaha menutupinya, tapi gagal.

Ketika mereka sampai di galeri, Jian An berusaha fokus pada pekerjaannya. Ia berjalan dengan cepat ke ruangannya, berusaha mengalihkan perhatiannya dari ketegangan yang ada di antara dirinya dan Saka. Namun, rasanya sulit sekali untuk tidak memikirkan peristiwa semalam—bagaimana semuanya menjadi begitu rumit dalam sekejap mata.

Saka pun sepertinya menyadari suasana yang tegang, tetapi memilih untuk tidak mengungkitnya. Dia hanya memberikan tatapan singkat kepada Jian An saat mereka berpapasan di lorong, tetapi tak ada kata-kata yang keluar. Bagi Jian An, ketenangan itu justru terasa semakin berat. Tidak ada pembicaraan, hanya kesunyian yang menggantung di antara mereka.

Di ruangannya, Jian An mencoba untuk tetap produktif, tetapi pikirannya selalu melayang kembali ke kejadian semalam. "Apa yang sebenarnya aku rasakan?" pikirnya. Semua perasaan itu datang begitu mendalam dan membingungkan. Apakah semalam hanya sebuah dorongan sesaat, atau ada sesuatu yang lebih besar yang sedang berkembang? Dia tidak tahu, dan itu membuatnya merasa bingung dan cemas.

Sementara itu, Saka juga merasa sama. Ia tidak tahu harus berbuat apa, tetapi dia merasakan sesuatu yang aneh ketika berada dekat dengan Jian An. Rasa itu sulit untuk dijelaskan, tetapi jelas ada ketegangan yang mengarah pada perasaan yang lebih dari sekadar keinginan fisik semata.

Hari itu berjalan dengan lambat, dan Jian An merasa seakan-akan waktu tak bergerak. Dia ingin segera menyelesaikan pekerjaan dan melupakan semua yang terjadi, tetapi dalam hati, dia tahu bahwa perasaan itu takkan hilang begitu saja.

1
yanah~
Mampir kak, tulisannya rapi, enak dibaca 🤗
¶•~″♪♪♪″~•¶
semangat kk/Determined//Determined/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!