Kemala adalah seorang wanita mandiri yang masih memiliki suami. Namun karena suami yang sangat pelit ia terpaksa bekerja sambil membawa anak nya yang masih kecil. setiap hari Burhan suaminya hanya memberi uang sebesar 10.000 rupiah beserta uang jajan untuk nya. Selama menikah dengan Burhan ia hanya tahu bahwa Burhan adalah seorang supir truk pengangkut sawit, tanpa ia ketahui suaminya itu adalah manajer di perusahaan kelapa sawit terbesar di kota itu. bagaimana kah kelanjutan rumah tangga Kemala? akan kah badai itu terus menerus datang ataukah akan ada pelangi setelah hujan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Jamur Sawit
Kami pulang setelah beberapa jam mencari rejeki di perkebunan sawit. Pemilik sawit biasanya tidak mengambil berondolan itu. Mereka mengikhlaskan berondolan di ambil oleh kami orang pinggiran perkebunan.
Aku berharap pemilik nya sehat selalu agar aku bisa terus bekerja dan mencari nafkah disana.
"Baru pulang kau Kemala!"
Suara bang Burhan membuatku terkejut. Aska bahkan sampai bersembunyi di balik tubuhku. Tidak biasanya ia pulang ketika siang. Karena pekerjaan nya akan selesai di sore hari.
"Iya bang."
"Cepat buka pintunya, aku sudah lapar."
Tidak pernah ada basa basi diantara kami. Ku lihat bang Burhan menenteng plastik yang didalamnya pasti nasi bungkus.
Aku meletakkan berondolan disamping rumah, dan tidak lupa pula jamur yang kami petik tadi di dapur.
Ku lihat bang Burhan membuka bungkusan nasi itu, yang ku tebak pasti nasi Padang. Aroma nasi itu membuat cacing dalam perut ku meronta-ronta. Bukan hanya aku, disana Aska menatap ayah nya yang sedang asyik menyantap makan siang nya.
Seketika air mataku menetes, anak ku sedang menatap Ayah nya yang sedang menggigit daging rendang.
"Apa kau lihat-lihat! Buat selera makan ku hilang saja!"
Ucapan bang Burhan membuat Aska terkejut. Aska pun langsung berlari ke arah ku.
"Nanti kita masak jamur kesukaan Aska ya nak. Pasti rasanya lebih enak." Ucapku sambil berbisik.
Aku terpaksa menyembunyikan jamur yang kami dapatkan di kebun tadi. Kalau bang Burhan sampai tahu, pasti ia akan mengambil dan memberikannya kepada Tika anak nya Tiwi.
Terkadang apapun yang di inginkan anak ipar ku itu, harus selalu di turuti seperti waktu itu. Padahal Aska sudah sangat lelah dan lapar ketika mencari jamur di kebun sawit tetangga. Namun dengan enak nya bang Burhan mengambil paksa.
"Jamur ini lebih baik kita berikan ke Tika. Tika itu anak yatim. Banyak pahala kau nanti Aska."
"Bang, Aska belum makan dari pagi demi mencari jamur kesukaannya. Boleh lah di bagi dua jamur itu bang." Ucapku kala itu.
"Dasar kau pelit Mala! Apa begini cara mu mengajarkan anak ku? Ingat! Tika itu keponakan ku yang sudah menjadi yatim. Kewajiban kita untuk memberikan apa yang kita mampu."
Aku langsung terdiam dan memeluk Aska yang hampir menangis. Setiap kali Aska memiliki sesuatu yang di inginkan Tika, Aska harus mengalah.
Iya. Abang Ipar ku yang tak lain adalah Abang nya bang Burhan telah meninggal dunia. Namun Tiwi istrinya banyak di tinggalkan harta warisan yang tidak akan ada habisnya.
Ibu mertuaku pun sangat menyayangi Tika, karena hanya dia satu-satunya cucu perempuan di keluarga suamiku. Tiwi ipar ku bahkan masih tinggal dirumah mertua ku.
Yang di pikirkan bang Burhan hanyalah Tika dan Tika saja. Bahkan selama menjadi seorang Ayah, tidak pernah ia membelikan apa yang Aska inginkan.
Pernah bang Burhan mengajak Tika dan Tiwi pergi liburan ke kolam renang, dan saat itu aku protes kenapa tidak mengajak serta Aska.
"Kenapa kami tidak di ajak bang? Bukankah Aska anak Abang yang harus Abang perhatikan?"
"Pintar sekali mulutmu itu bicara Mala . Buat apa aku mengajak kau. Bisa diketawain orang-orang aku dikira mengajak orang-orangan sawah."
"Kalau Abang malu membawa Mala, apa Abang nggak bisa mengajak Aska?"
" Untuk apa? Aska kan bisa mandi di kali. Tidak cocok dia mandi di kolam renang seperti Tika. Sudah, jangan banyak sekali mau mu."
Terkadang aku merasa heran dengan keadaan, Tika atau anak ku yang sudah menjadi yatim.