Karin, seorang editor buku yang sibuk, terbangun dalam tubuh Lady Seraphina Ashbourne, seorang karakter antagonis dalam novel percintaan terkenal yang baru saja ia revisi. Dalam cerita asli, Seraphina adalah wanita sombong yang berakhir tragis setelah mencoba merebut perhatian Pangeran Leon dari tokoh utama, Lady Elara.
Berbekal pengetahuannya tentang plot novel, Karin bertekad menghindari takdir suram Seraphina dengan mengubah cara hidupnya. Ia menjauh dari istana, memutuskan untuk tinggal di pinggiran wilayah Ashbourne, dan mencoba menjalani kehidupan sederhana. Namun, perubahan sikapnya justru menarik perhatian banyak pihak:
Pangeran Leon, yang mulai meragukan perasaannya pada Elara, tiba-tiba tertarik dengan sisi "baru" Seraphina.
Duke Cedric Ravenshade, musuh terbesar keluarga Seraphina, yang curiga terhadap perubahan sifatnya, mendekatinya untuk menyelidiki.
Sementara itu, Lady Elara merasa posisinya terancam dan memulai rencana untuk menjatuhkan Seraphina sebelum hal-hal di
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Achaa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Bab 2: Jalan yang Tak Tertulis
Karin terbangun keesokan paginya dengan rasa lelah yang luar biasa. Pesta tadi malam meninggalkan banyak pertanyaan dan kekhawatiran. Lady Elara ternyata jauh lebih manipulatif daripada yang ditunjukkan di novel, dan Pangeran Leon tampaknya memiliki ketertarikan yang tidak semestinya pada dirinya.
Ia duduk di depan meja rias besar, menatap wajah cantik Lady Seraphina yang memantul di cermin. "Apa sebenarnya yang terjadi di dunia ini? Kenapa segalanya terasa lebih rumit daripada versi buku?" gumamnya.
Belum sempat ia merenung lebih jauh, pintu kamarnya diketuk. Maria, pelayan pribadinya, masuk sambil membawa nampan berisi sarapan.
“Lady Seraphina, Tuan Duke meminta Anda untuk datang ke ruang kerja beliau pagi ini,” kata Maria dengan sopan.
Karin menghela napas panjang. Dalam novel, hubungan Seraphina dan ayahnya, Duke Ashbourne, jauh dari hangat. Duke itu adalah pria dingin yang hanya peduli pada reputasi keluarga, bukan kebahagiaan putrinya.
“Baiklah, aku akan segera ke sana,” jawab Karin akhirnya.
---
Di ruang kerja Duke Ashbourne, suasana terasa menekan. Sang Duke duduk di balik meja besar yang dipenuhi dokumen, tatapannya tajam. Karin berdiri di hadapannya, mencoba menahan rasa gugup.
“Aku mendengar bahwa kau bertindak... tidak biasa tadi malam,” katanya tanpa basa-basi.
“Apa maksud Ayah?” Karin mencoba menjaga suaranya tetap tenang.
“Pangeran Leon terlihat tertarik padamu. Itu hal baik, tapi sikapmu yang terlalu diam malah membuat orang berbicara,” kata sang Duke. "Kau tahu bahwa posisi keluarga kita bergantung pada bagaimana kau membawa dirimu di hadapan kerajaan."
Karin menghela napas pelan. Dalam novel, Duke Ashbourne mendorong Seraphina untuk terus mendekati Pangeran Leon demi kepentingan politik keluarga. Namun, itu justru mempercepat kehancurannya. Kali ini, ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
“Maafkan aku jika mengecewakan Ayah,” katanya. “Namun, aku tidak yakin mendekati Pangeran Leon adalah langkah terbaik. Ada cara lain untuk menjaga nama baik keluarga kita.”
Duke Ashbourne memandangnya tajam, tapi Karin tidak mundur. Baginya, menghindari keterlibatan dengan Pangeran Leon adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri.
---
Setelah percakapan tegang itu, Karin memutuskan untuk menghabiskan waktu di taman belakang. Ia butuh udara segar untuk menjernihkan pikirannya. Namun, kedamaian itu tidak bertahan lama.
“Lady Seraphina,” sebuah suara berat memanggilnya dari belakang.
Karin menoleh, dan di hadapannya berdiri seorang pria berambut hitam dengan aura dingin. Mata abu-abu tajamnya menatap lurus padanya, seolah menilai setiap inci dirinya. Ia mengenakan jubah gelap dengan lambang keluarga Ravenshade di dadanya. Karin langsung mengenalinya—Duke Cedric Ravenshade, musuh politik keluarga Ashbourne.
“Duke Ravenshade,” jawab Karin dengan suara setenang mungkin.
Dalam novel, Cedric adalah tokoh pendukung misterius yang membantu Elara melawan Seraphina. Namun, Karin tidak mengingat adanya interaksi langsung antara Cedric dan Seraphina pada titik ini dalam cerita.
“Kuakui, aku tidak menyangka bisa bertemu langsung dengan wanita yang sering dibicarakan di istana,” kata Cedric, suaranya dingin namun penuh rasa ingin tahu.
Karin merasakan tekanan yang aneh dari ucapan Cedric, tetapi ia tidak menunjukkan kegugupan. "Semoga apa yang Anda dengar tidak hanya rumor kosong," balasnya dengan senyum tipis.
Cedric mengangkat alis, tampak terkejut oleh jawabannya. "Menarik. Kau tidak seperti yang kubayangkan."
Karin hanya tersenyum tanpa berkata apa-apa. Ia tidak tahu apa tujuan Cedric, tetapi ia sadar bahwa pria ini tidak boleh diremehkan.
“Semoga kita bisa berbicara lebih banyak di lain waktu,” kata Cedric sebelum pergi, meninggalkan Karin dengan berbagai pertanyaan.
---
Malam harinya, Karin duduk di kamarnya, mencoba menghubungkan semua kejadian hari itu. Duke Ashbourne yang mendesaknya, Pangeran Leon yang terlihat tertarik, Lady Elara yang tampaknya menyembunyikan sesuatu, dan kini Duke Cedric yang tiba-tiba muncul dalam hidupnya.
"Novel ini tidak hanya tentang cinta segitiga. Ada intrik yang lebih besar," pikirnya. Ia sadar bahwa ia tidak hanya perlu menghindari nasib tragis Seraphina, tetapi juga harus berhati-hati agar tidak terseret dalam konflik politik yang berbahaya.
Namun, sebuah ketukan di jendela kamar membuatnya tersentak. Ketika ia membuka tirai, ia menemukan sebuah surat yang diikat dengan pita hitam tergantung di sana. Tidak ada tanda pengirim, tetapi kata-kata di surat itu membuatnya merinding:
"Jangan berpikir kau bisa mengubah takdir. Pengkhianatan akan selalu dihukum."
Karin terdiam lama setelah surat misterius itu terjatuh di tangannya. "Pengkhianatan akan selalu dihukum." Kata-kata itu terus berputar-putar di benaknya. Surat itu tampaknya mengancam, tetapi yang lebih menakutkan adalah siapa yang bisa menulisnya—dan mengapa mereka tahu tentang dirinya.
Ia membuka surat itu lebih teliti, berharap ada tanda atau petunjuk lain, namun tidak ada apapun selain kata-kata itu. Tidak ada nama, hanya aura misterius yang terasa begitu nyata.
“Ini tidak bisa terjadi sekarang,” bisiknya, mencoba menenangkan diri. “Aku tidak akan terjerumus dalam permainan ini.”
Namun, saat ia menatap cermin lagi, wajah Lady Seraphina yang cantik, namun penuh kecemasan, menatapnya kembali. Seolah memperingatkannya bahwa dia sedang berperang dengan kekuatan yang jauh lebih besar dari dirinya.
---
Keesokan harinya, Karin memutuskan untuk menemui Lady Elara. Dia merasa harus memahami lebih banyak tentang ambisi wanita itu dan apakah Elara berperan lebih besar dalam takdir Seraphina daripada yang terlihat.
Elara sedang duduk di ruang tamu pribadi, dikelilingi oleh buku-buku dan ukiran seni, tampak lebih santai dan anggun dari yang dibayangkan Karin. Ketika Karin masuk, Elara memberi senyum lembut.
"Lady Seraphina, apa kabar hari ini? Aku mendengar ada beberapa pembicaraan di istana tentang tindakanmu kemarin malam."
Karin menahan diri untuk tidak menunjukkan kebingungannya. "Mungkin itu hanya rumor, Lady Elara. Aku hanya merasa sedikit lelah kemarin."
Elara mengangguk, namun ada sesuatu dalam senyumannya yang membuat Karin merasa tidak nyaman. “Tentu saja. Tapi aku merasa... kau dan aku memiliki banyak hal yang bisa dibicarakan.”
Karin duduk di kursi yang disediakan, tetapi perhatian Elara yang terus menerus tertuju pada dirinya membuatnya waspada. Ada ketegangan yang tak terucapkan antara mereka, sesuatu yang lebih dari sekadar rivalitas sosial.
“Aku mendengar bahwa kau tidak terlalu tertarik dengan Pangeran Leon,” Elara melanjutkan. “Kau tahu, Pangeran Leon adalah kunci bagi masa depan keluarga kita. Jika kau ingin menjaga kehormatan keluarga Ashbourne, kau seharusnya memanfaatkan kesempatan itu.”
Karin menatapnya tajam. Dalam cerita asli, Elara memang bersaing dengan Seraphina untuk mendapatkan perhatian Pangeran Leon, tetapi apakah ini hanya permainan atau ada agenda lebih besar?
“Aku tidak tahu apakah aku ingin menghabiskan waktu dengan Pangeran Leon,” jawab Karin dengan hati-hati. “Terkadang aku merasa... ada hal-hal lain yang lebih penting untuk dipertimbangkan.”
Senyum Elara semakin melebar. “Tentu saja. Tapi jangan sampai kesempatan itu terlewat begitu saja, Lady Seraphina. Waktu sangat berharga, dan masa depan kita sangat bergantung pada pilihan yang kita buat.”
Karin merasa tersudutkan, tetapi ia tahu bahwa sekarang bukan saatnya untuk berkonfrontasi lebih jauh. Jadi ia hanya tersenyum sopan. "Aku akan mempertimbangkannya, Lady Elara."
---
Malam itu, Karin kembali merasa terhimpit oleh takdir yang semakin mendekat. Meskipun ia berusaha menghindari keterlibatan lebih lanjut dengan Pangeran Leon, kenyataannya adalah ia tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa kehadirannya mulai menarik perhatian lebih banyak orang, baik dari pihak kerajaan maupun dari keluarga bangsawan lainnya.
Tidak hanya Duke Ashbourne yang menekan, tetapi kini Duke Cedric Ravenshade—yang terkesan begitu misterius dan cerdas—juga mulai mengamati gerak-geriknya. Apakah keduanya benar-benar hanya ingin menggunakan Seraphina untuk tujuan mereka, atau ada sesuatu yang lebih besar yang tengah bermain?
Karin teringat percakapan terakhirnya dengan Duke Cedric di taman. “Kau tidak seperti yang kubayangkan,” kata-katanya kembali terngiang di telinganya. Apa maksudnya?
Ia merasa semakin terperangkap dalam dunia yang tidak ia kenal, di mana setiap tindakan harus dipertimbangkan dengan hati-hati, dan setiap kata yang diucapkan bisa berbalik menghancurkan.
Saat itu, sebuah ketukan halus terdengar di pintu kamar tidurnya. Maria, pelayan pribadinya, masuk dengan ekspresi khawatir.
“Lady Seraphina, maaf mengganggu. Ada seseorang yang ingin berbicara dengan Anda di luar. Mereka mengatakan ini sangat penting.”
Karin mengerutkan kening. “Siapa itu?”
Maria tidak sempat menjawab sebelum suara lain terdengar dari luar. “Aku, Pangeran Leon.”
Karin merasa jantungnya berdebar cepat. Pangeran Leon? Mengapa dia datang ke sini, malam-malam begini?
Dengan perasaan campur aduk, Karin berdiri dan membuka pintu.
Pangeran Leon berdiri di luar dengan ekspresi serius. "Lady Seraphina," katanya, suara penuh ketegangan, "Aku ingin meminta waktu beberapa menit dari Anda. Ada sesuatu yang perlu kubicarakan."