Seorang Nara Pidana yang di pindahkan ke Penjara angker di Pulau terpencil.
Ternyata tak hanya angker, penjara ini di salah gunakan untuk tindakan ilegal yaitu menjual organ-organ Para Nara Pidana.
Setelah mengetahui kebenaran tersebut, Prapto pun bertekad untuk keluar dari penjara sadis ini.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14
Setelah tugas nya selesai, ia bergegas untuk keluar dari ruangan itu. Tapi tiba-tiba dia menghentikan langkah nya, dia baru ingat bahwa arsip-arsip yang ia keluarkan dalam karung belum dia bereskan seperti semula. Spontan ia lari menuju pintu kecil yang tadi, yang letak nya di ujung ruangan itu.
Klek,ngiiiiit!
Sipir yang dari tadi menunggu nya di luar membuka pintu dengan wajah kesal.
"Prapto !!" Panggil nya yang masih berdiri di luar pintu, dengan tangan kanan nya memegang daun pintu dan mendorong nya ke dalam
Sedangkan Prapto baru saja akan membuka pintu kecil itu, dia bingung mematung sejenak, harus memilih membereskan terlebih dahulu atau membiarkan saja dan langsung keluar menghampiri sipir tersebut.
Akhirnya ia memutuskan untuk membereskan terlebih dahulu arsip-arsip yang sudah di acak-acak nya supaya tidak menimbulkan kecurigaan.
"Prapto! kau sudah tangkap ular nya apa belum?!!" Teriak nya dari pintu utama yang sudah setengah terbuka.
"Prapto !!!?" Panggilnya lagi, kali ini dengan suara lebih keras.
Dan tidak ada jawaban pula dari Prapto. Akhirnya sipir berwajah bopeng akut tersebut masuk ke dalam dengan langkah waspada.
Klek klek
kedua tangan nya mengokang senjata yang di bawanya
Tok,,,tok,,,tok,,,tok,,,tok,,,tok,,,
Bunyi sepatu pantofel nya melangkah pelan ke arah Prapto, sorot matanya penuh kewaspadaan dan kecurigaan, karena Prapto terlalu lama di ruangan itu.
"Prapto" panggilnya dengan nada tegas dan langkah kakinya semakin dekat ke arah pintu kecil itu
Sedangkan di balik pintu itu, Prapto sedang bergerak cepat membereskan arsip dan seperti nya waktu nya tidak cukup. Ia bergegas beranjak dan lari ke samping pintu.
Klek,ngiiiit!
Sipir itu menekan daun pintu dan mendorong nya ke dalam. Ia kaget melihat arsip-arsip yang akan di musnahkan berantakan di keluarkan dari karung. Dengan wajah marah ia menatap arsip-arsip itu dan kemudian menatap ke sekeliling ruangan itu, berharap menemukan keberadaan Prapto. Sipir itu melangkah masuk pelan dan melepaskan tangan kirinya yang dari tadi memegang erat daun pintu.
Tok,,,,,,tok,,,,,,tok,,,,,tok,,,,,,
Suara sepatu pantofel nya melangkah masuk pelan ke dalam ruangan itu dan...
"Aaaagrrrrrrr !!!!!" Sipir itu mengerang kesakitan
Ternyata dari arah belakang di balik pintu, Prapto menggigitkan ular king kobra itu ke leher sipir tersebut. Reflek tangan kiri nya mencoba membekap kepala king kobra yang masih menempel di leher nya dan dengan mata melotot menjelang sakaratul mautnya, sipir itu menoleh ke belakang dan melihat Prapto di belakang nya.
Spontan ia mengarahkan senjata nya ke arah Prapto, tapi dengan sigap Prapto merebut senjata nya kemudian melemparkan nya ke sisi lain, dan dengan mudah menjatuhkan tubuh sipir yang sedang sekarat itu ke lantai. Kemudian tangan kanan Prapto dengan cepat menarik karung yang ada di sebelah kanan nya
"Aaggrrrr..agrrrrr..agrrrr"
Sipir itu mengerang kesusahan bernafas, karena Prapto menindihkan karung itu tepat di wajah nya serta menekan kuat dengan kedua tangan nya. Akhirnya sipir itu mati lemas, kedua tangan nya sudah tidak lagi memberontak, tapi Prapto menekan nya lebih kuat lagi untuk memastikan dia memang sudah benar-benar mati.
Bergegas ia membereskan semua nya, merapikan arsip-arsip itu seperti semula dan mengeluarkan mayat itu dari ruangan tersebut.