Seorang Nara Pidana yang di pindahkan ke Penjara angker di Pulau terpencil.
Ternyata tak hanya angker, penjara ini di salah gunakan untuk tindakan ilegal yaitu menjual organ-organ Para Nara Pidana.
Setelah mengetahui kebenaran tersebut, Prapto pun bertekad untuk keluar dari penjara sadis ini.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16
Sipir yang memapah nya menurunkan badan teman nya yang sekarat itu, di susul Prapto. Ia mencoba memastikan ucapan Prapto dengan memegang urat nadi nya.
"Bener kata kau, sudah tak ada denyut nadinya" ucap sipir tersebut sambil menatap ke arah Prapto.
"Kalian, ambil tandu di ruang kesehatan!" Perintah nya sambil mendongakkan kepala nya setengah ke atas, ke arah kedua teman nya yang berdiri di depan nya.
"Dan kau! Bawa ular nya! Ikut saya ke kantor!" Perintah nya tegas kepada Prapto yang jongkok di depan nya dengan satu lutut bertumpu di lantai.
Mereka berjalan beriringan menuju gedung utama. Prapto mengikuti sipir itu dengan karung goni di tangan kanan nya yang berisi ular king cobra, dan di belakang nya di kawal seorang sipir lagi. Ia di bawa untuk menghadap kepala penjara.
Tok..Tok..
"Masuk" Jawab nya dari seseorang yang ada di dalam ruangan perkantoran itu
Sipir itu masuk di susul Prapto dan satu sipir lagi berjaga di luar depan pintu.
"Ada apa?" Tanya nya singkat dengan nada datar, sambil bermain golf dalam ruangan dan sepasang matanya masih dengan permainan nya tersebut.
"Bobby meninggal di .gigit ular cobra di ruang gudang dan napi ini yang menemukan nya" jawab nya dengan posisi tegap.
Mendengar laporan itu, ia sejenak menghentikan permainan nya, tapi kedua matanya masih tetap fokus ke bola golf nya.
"Ceritakan kronologi nya, Prapto" perintah nya dengan nada santai.
"Saya sedang membersihkan selokan, di panggil sipir itu, di suruh menangkap ular cobra yang masuk ke ruangan itu pak" jawab Prapto tenang.
"Lalu?" Tanya nya lagi, sambil kedua tangan nya fokus mengayunkan stik golfnya.
"Ia mencoba membantu mencari ular itu, dan saat dia merunduk ke lantai, ular itu tiba-tiba muncul di samping nya dan langsung mematuk leher nya dan...." jawab Prapto berbohong dengan gestur tubuh meyakinkan.
Lelaki tua berkumis tebal lurus horisontal itu sejenak menghentikan permainan nya dan langsung memotong keterangan Prapto
"Tunggu tunggu tunggu" sambil melangkah menghampiri Prapto dengan stik golf masih ditangannya.
"Tadi kau bilang, dia menyuruh mu masuk ke ruangan itu?" Tanya nya serius tapi dengan nada kalem dan kedua matanya menatap ke wajah Prapto.
PLaaaakkk!
Tiba-tiba kepala penjara itu menampar pipi kanan sipir yang berdiri di sebelah nya Prapto. Sipir itu pun kebingungan dengan perlakuan atasan nya tersebut, ekspresi wajah nya mencoba bertanya kepada atasan nya tapi mulut nya tidak berani bersuara. Prapto pun mulai ada rasa khawatir.
"Kenapa kau biarkan napi ini masuk ke ruangan itu?!" Tanya nya, kali ini dengan nada emosi dan ekspresi wajah mengintimidasi.
"Saya tidak tau pak !" Jawab nya tegas
"i iya, dia gak tau pak" sela Prapto mencoba membelanya.
Spontan pandangan nya di arahkan ke Prapto sejenak, lalu lelaki tua itu yang kisaran umur 60 tahun melangkah santai menuju kursi eksekutif nya kemudian duduk. Selanjutnya tangan kanan nya menghampiri rokok crutu yang yang masih menyala di atas asbak mejanya.
"Kau, keluar!" perintah nya kepada anak buahnya sambil kedua kaki nya di silangkan di atas meja direktur.
"Siap pak" jawab sipir itu singkat.
"Coba keluarkan ular yang kau tangkap" suruhnya sambil mulut nya menikmati cerutu cuba.