Raisa terpaksa menikah dengan Adam, bodyguard dari Papanya sendiri, karena insiden di satu malam yang telah di rencanakan pesaing partai Papanya.
Posisi Papanya yang menjadi orang momor satu dari sebuah partai politik membuat Raisa terpaksa menerima pernikahan yang sama sekali tidak pernah ia inginkan itu demi menyelamatkan Papanya juga nama baiknya sendiri karena foto-foto vulgarnya itu telah di sebar luaskan oleh orang tak di kenal.
Namun bagaimana Raisa yang keras kepala dan sombong itu menerima Adam sebagai suaminya sedangkan Raisa sendiri selalu menganggap Adam hanyalah penjilat dan pria yang mengincar harta Papanya saja.
Rasa bencinya pada Adam itu tanpa sadar telah menyakiti hati pria yang menurutnya kaku dan menyebalkan itu.
Bagaimana juga Raisa berperang melawan hatinya yang mulai tertarik dengan sosok Adam setelah berbagai kebencian ia taburkan untuk pria itu??
mari ikuti perjalanan cinta Raisa dan Adam ya readersss...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Syarat
"Hey lihat, dia kan Raisa anak politikus itu??"
Raisa yang masih berada di depan cafe langsung menunjukkan wajahnya karena malu.
"Bener banget, masih berani keluar setelah videonya tersebar ternyata"
Dengan sangat jelas Raisa mendengar gunjingan itu di telinganya.
Bukan hanya satu atau dua, kini bahkan beberapa orang mulai mendekati Raisa dengan kamera ponsel mereka yang sama-sama menyala.
"Gimana mbak rasanya?? Enak kan, apalagi pacarnya kekar gitu badannya. Pasti mantap kan servicenya"
Raisa rasanya ingin menampar mulut wanita yang mengatakan kalimat menjijikkan itu. Tapi banyaknya orang yang merekamnya saat ini membuat Raisa diam tak berkutik. Untuk bergerak keluar dari kerumunan itu pun kaki Raisa rasanya tak bisa. Tiba-tiba Raisa seperti mengalami panik attack yang belum pernah ia rasakan. Jantungnya berdetak dengan keras, dadanya juga semakin terasa sesak. Seluruh tubuhnya mulai gemetar.
"Nggak malu videonya tersebar kaya gitu mbak?? Kok masih berani keluar??"
Raisa semakin mencengkeram erat tali sling bang miliknya. Seketika dia menyesal karena tidak keluar dari cafe bersama Stevi dan Fany tadi.
"Jawab dong Mbak, klarifikasi dong!!"
"Iya, masa diam aja"
Suara-suara itu terdengar sangat jauh dari telinga Raisa, padahal mereka semua berdiri melingkari Raisa dengan jarak yang sahabat dekat. Kepalanya mulai terasa pening di bagian pangkal hidungnya.
Di saat keringat dingin sudah keluar dari pori-pori kulitnya, hingga badannya sudah tak mampu lagi berdiri, Raisa merasakan sesuatu menutupi wajahnya.
Kepalanya di tarik menempel pada sesuatu yang keras namun begitu harum. Dan dalam fase keterkejutannya itu, Raisa di tuntun untuk menjauh dari kerumunan itu hingga suara riuh teriakan kekecewaan terdengar mulai jauh dari telinganya.
"Huuu...." Teriak mereka bersamaan.
Raisa mendongak ke atas, melihat dengan jelas siapa orang yang membawanya keluar dari situasi menakutkan yang belum pernah ia bayangkan itu.
"L-lo!!" Raisa ingin mendorong Adam yang sedang memeluknya dengan menyembunyikan wajah Raisa ke dalam jasnya yang rapi itu.
"Diam, mereka masih merekam mu!!" Ucap Adam seperti biasanya, dengan suara berat dan dingin yang begitu di benci Raisa.
Membayangkan hal seperti tadi akan terulang lagi membuat Raisa akhirnya hanya bisa menuruti Adam yang membawanya ke mobil.
Brakk..
Adam menutup pintu mobil Raisa dengan sedikit keras setelah Raisa berhasil masuk ke dalam mobilnya. Sementara pria kaku itu berputar menuju pintu lainnya untuk mengemudikan mobil milik Nona mudanya itu.
Raisa dan Adam sama-sama diam selama perjalnan hingga mobil Raisa memasuki gerbang rumahnya yang tinggi. Raisa yang masih syok atas kejadian tadi, sementara Adam yang memang irit bicara membuat keduanya sama-sama bungkam. Terlebih Raisa yang memang tak pernah sudi membuka suaranya untuk Adam.
"Bagaimana Sa?? Apa kamu masih mah menolak pernikahan kalian?? Meski sebenarnya penolakan kamu itu tetap tidak ada artinya buat Papa. Pernikahan kalian akan tetap di laksanakan besok pagi!!"
Baru saja memasuki rumahnya, Raisa sudah di hadang oleh Papanya. Situasi yang sangat jarang terjadi di mana Papanya itu berada di rumah siang hari seperti saat ini.
Raisa masih saja diam tak menyahut Satya yang sejak tadi marah karena putrinya di hujat banyak orang seperti tadi.
"Ayolah Sa, coba mengertilah. Semua ini juga bukan untuk kebaikan Papa sendiri. Tapi untuk masa depan kamu juga. Kamu sudah berbuat dosa besar"
Mata Raisa mulai mengeluarkan cairan bening untuk keuda kalinya di hadapan Adam yang memang sejak dulu pantang sekali menangis di hadapan pria kaku itu.
Masa depannya memang sudah hancur saat ini. Kehormatannya yang ia jaga sampai saat ini telah hilang terenggut oleh seseorang yang haram baginya.
Bahkan Rio, pria yang menjadi kekasihnya selama satu tahun ini tak pernah Raisa ijinkan untuk menyentuhnya lebih jauh. Hanya sebuah ciuman yang Raisa berikan, itupun hanya sebuah kecupan. Tapi pria itu juga entah di mana saat ini. Sejak berita itu muncul, Rio menghilang bak di telan bumi.
Sekarang mana ada pria yang mau menerimanya dengan keadaan yang seperti itu. Seandainya ada pun pasti akan memandang Raisa sebelah mata karena kasus ya itu. Atau hanya menginginkan Raisa demi menuruti n*fsu belaka.
"Papa mohon Sa, Papa yakin Adam akan menjadi suami yang baik untuk kamu. Papa bisa tenang melepaskan kamu kalau di tangan Adam. Terimalah dia menjadi suami kamu"
Raisa masih diam dengan tangisannya, dia tak mau mengangkat wajahnya sekalipun untuk menatap Satya apalagi Adam yang juga ada di ruang tamu itu.
"Sa, pikirkan baik-baik" Satya benar-benar menurunkan suaranya. Membujuk putrinya itu dengan selembut mungkin.
Lama mereka bertiga dalam suasana hening seperti itu hingga Raisa berani menatap mata Papanya yang sayu itu.
"Baiklah, aku akan menikah dengan dia" Raisa menatap Adam dengan penuh ketidaksukaan.
"Benarkah Sa?? Alhamdulillah" Satya mengucap sukur dengan mengusap dadanya.
"Tapi dengan satu syarat" Raisa masih menatap mata Adam dengan tajam.
"Katakan Sa, Papa akan menuruti semua permintaan kamu" Satya kembali bersemangat.
Raisa mengutuk dalam hatinya, jika bertemu dengan Adam adalah hal paling sial di dalam hidupnya. Baik dulu maupun sekarang yang akhirnya membuat dirinya harus terjebak bersama pria itu.
"Papa katakan pada bodyguard kesayangan Papa itu. Setelah kita menikah, jangan pernah mencampuri urusan pribadiku dan jangan pernah menuntut apapun kepadaku. Karena jika aku boleh memilih, aku lebih memilih menghilang dari dunia ini dari pada harus menikah dengan pria seperti dia"
Deg....
Raisa tak tau kenapa jantungnya berdebar-debar setelah mengucapkan kalimat itu. Seperti ada rasa menyesal atau sedikit rasa bersalah karena terlalu kasar kepada Adam.
Tapi Raisa tetaplah Raisa yang berhati batu jika kepada Adam. Dia langsung menepis semua perasaan itu.
"Jangan bicara seperti itu Raisa, suatu saat kamu bisa saja menyesalinya" Satya memperingati putrinya.
"Hanya itu permintaan ku, aku ke kamar dulu" Raisa tak peduli dengan apa yang Satya katakan, dia masih dengan pendiriannya. Membuat Adam menjadi orang nomor satu yang paling di bencinya.
"Maafkan Raisa Dam" Satya merasa tak enak hati dengan Adam. Pria tampan dan dewasa yang penuh tanggungjawab kepercayaan Satya.
"Tidak papa Pak"
Adam masih memandang punggung Raisa semakin jauh. Tak ada yang tau sama sekali apa yang dipikirkan Adam saat ini.