NovelToon NovelToon
Nabil Cahaya Hidupku

Nabil Cahaya Hidupku

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Anak Genius / Anak Yatim Piatu
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Nabil seorang anak berkepala besar
bayu ayahnya menyebutnya anak buto ijo
Sinta ibu bayu menyebuutnya anak pembawa sial
semua jijik pada nabil
kepala besar
tangan kecil
kaki kecil
jalan bungkuk
belum lagi iler suka mengalir di bibirnya
hanya santi yang menyayanginya
suatu ketika nabil kena DBD
bukannya di obati malah di usir dari rumah oleh bayu
saat itulah santi memutsukan untuk meninggalkan bayu
demi nabil
dia bertekad memebesarkan nabil seorang diri
ikuti cerita perjuangn seorang ibu membesarkan anak jenius namun dianggap idiot

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

nabil menulis

“Mamaaaah…”

Suara tangis itu menggema dari ruang tengah. Santi yang sedang mencuci bergegas menghampiri. Ia temukan Nabil duduk di lantai, kertas koran berserakan di sekelilingnya, dan matanya sembab.

“Nabil? Ada apa, Nak?” Santi mendekat, mengusap rambut anak itu.

“Aku… aku nggak bisa nulis kayak Mama,” ucap Nabil, tersendat. Tangannya masih menggenggam pensil, sementara coretan di koran terlihat berantakan.

Santi menarik napas dalam, lalu memeluk anak itu. “Sayang… kamu memang belum bisa nulis, tapi kamu sudah bisa membaca. Kamu juga jago berhitung. Itu luar biasa.”

Nabil menggeleng, air matanya menetes lagi. “Tapi… kalau aku nggak bisa nulis… nanti aku nggak bisa bikin sekolah, Mama.”

Santi tersenyum, meski matanya ikut berkaca. “Kenapa Nabil mau bikin sekolah?”

“Biar bisa ngumpulin uang banyak…” jawabnya polos.

Santi terkekeh pelan. “Hehehe… Mama nggak suka kalau tujuan kamu cuma itu.”

“Mama marah kalau Abil kaya?” Nabil bertanya, matanya terlihat bingung.

“Bukan, sayang. Mama suka kok kalau Abil punya banyak uang. Tapi sekolah itu bukan tempat buat cari uang. Sekolah itu tempat untuk berbagi ilmu. Kalau Abil besar nanti, bikinlah banyak sekolah supaya kamu bisa berbagi, bukan cuma mengumpulkan uang.”

Nabil terdiam. Matanya tampak berpikir. “Berbagi? Kayak aku berbagi ikan asin sama Jery?”

Santi tertawa kecil. “Siapa Jery, sayang?”

“Jerry itu meong, Mama. Musuhnya Tom. Tom itu tikus.”

“Dari mana kamu tahu, kita nggak pernah nonton TV?” tanya Santi, merasa heran.

“Itu ada di angkot hijau, Mama. Ada gambar Tom dan Jerry.”

“Ah, kamu pintar membaca ya, Nak?”

“Iya, Mama. Membaca itu menyenangkan. Aku sekarang tahu kalau tokoh Ko Ahong itu juga jual pulsa.”

Santi tersenyum, bangga dengan kecerdasan Nabil meskipun ia sering merasa cemas karena tidak ada sekolah yang mau menerima Nabil. “Nah, kebahagiaan itu datang bukan saat aku merasa memiliki, tapi kebahagiaan datang pada saat kamu berbagi. Kamu senang kan melihat Jery makan lauk asin?”

“Senang, Mama. Senang sekali, dan aku ingin terus berbagi.”

“Bagus, kalau begitu. Jadilah orang yang bahagia, Nak.”

Nabil terdiam, matanya menatap jauh. “Jadi, aku harus bahagia, Mama? Aku bahagia sama Mama, sama Mang Heru, sama Ko Ahong, sama Jery…”

“Dan kamu juga harus mulai bahagia dengan dirimu sendiri, Nak. Jangan hiraukan kata orang. Kalau menurut kamu itu bikin bahagia, lakukan. Kalau tidak, jangan.”

“Tapi aku nggak bisa nulis… aku nggak bahagia,” keluh Nabil.

Santi mengusap air matanya. “Dulu Mang Heru bilang, kamu suka berpikir dan berkata-kata. Sekarang, coba temukan cara menulis yang bikin kamu senang. Nggak perlu sama seperti Mama. Kamu punya caramu sendiri.”

“Bener ya, Mama?”

Santi mengangguk, “Bener, sayang. Sekarang… senyum dulu, ya. Jangan nangis lagi.”

......

"Bayu, aku sudah lelah sekali, Bayu," ucap Sinta dengan suara yang lemah, matanya tampak sembab karena kelelahan.

"Terus bagaimana, Bu? Nunik dan Nina juga kan bantu?" jawab Bayu, berusaha tetap tenang meski melihat ibunya kelelahan.

"Kerjaan mereka nggak ada yang benar, semua, Bayu. Ibu jadi harus kerja dua kali lipat," kata Sinta dengan nada putus asa.

"Aku harus gimana, Bu?" tanya Bayu, merasa terjebak dalam keadaan yang semakin rumit.

"Kamu harus bawa Santi ke sini, Bayu. Ibu sudah capek," jawab Sinta dengan tegas, meski ada kelelahan yang tersirat di suaranya.

"Jadi, ternyata Santi berguna, ya, Bu? Tidak seperti yang ibu katakan selama ini," ujar Bayu, nada suaranya terdengar sedikit sinis.

"Iya, dia berguna... hanya sebagai pembantu, paham kamu?" jawab Sinta, tak bisa menutupi rasa kesalnya.

"Jadi, sekarang siapa yang jadi pembantu, Bu?" Bayu menantang, meski ia tahu itu bukan pertanyaan yang bijak.

"Jangan kurang ajar, kamu, Bayu!" ucap Sinta dengan tajam, matanya melotot ke arah anaknya.

"Ya, kita harus akui, Bu, Santi sudah melakukan banyak hal untuk keluarga kita. Saat Santi tidak ada, ibu lihat sendiri. Bahkan si Nunik, kamarnya sudah kayak bau toilet, baju numpuk, bekas makanan ringan di mana-mana. Apalagi si Nina, padahal dia sudah punya suami, tapi kok pemalas banget, Bu?" ujar Bayu dengan nada yang lebih keras, seperti mengungkapkan kekecewaan yang sudah lama terpendam.

"Enak saja kamu nyalahin aku, Bayu. Kamu yang nggak becus jagain Santi, harusnya kamu didik Santi dengan keras, kalau perlu kamu pukul dia biar tunduk sama kamu!" terdengar suara Nina dari dalam kamarnya, mendengus kesal.

"Aku memang menceraikannya, tapi kalian juga yang menyuruhku, bukan? Sekarang lihat sendiri akibatnya. Baju kakak sudah berapa hari nggak dicuci, si Nina apalagi. Aku heran, bosan sekali dengan yang kotor. Aku saja, laki-laki, nyuci sendiri," ujar Bayu dengan nada frustrasi.

"Bayu, kita ke kampungnya, kita bawa paksa si Santi!" Sinta tiba-tiba mengusulkan dengan nada penuh tekad.

"Ragu, Bu. Dia galak sekali," jawab Bayu, merasa takut jika Santi akan melawan.

"Ya, terus solusinya apa dari kamu?" Sinta bertanya dengan nada yang semakin kesal.

"Ya paling aku nikah lagi, Bu," jawab Bayu, tanpa berpikir panjang, berharap itu bisa menyelesaikan masalah.

"Alah, nanti salah pilih lagi, repot lagi ibu," ujar Sinta dengan sinis, merasa putus asa menghadapi sikap Bayu yang tampaknya tidak pernah belajar dari kesalahan sebelumnya.

....

“Mamah!” teriak Nabil dengan kegembiraan yang tak terbendung.

Santi, yang sedang duduk di dapur, langsung berlari menuju ruang tengah mendengar suara Nabil. "Ada apa, sayang?" tanyanya, khawatir melihat kegelisahan di wajah anaknya.

“Mamah, aku bisa menulis, Mah!” Nabil melompat-lompat dengan wajah berseri-seri, matanya bersinar penuh kebanggaan.

Santi sedikit terkejut. “Mana, sayang?” jawabnya sambil mendekat, penasaran dengan apa yang anaknya maksudkan.

Dengan penuh semangat, Nabil menunjukkan selembar kertas yang dipegangnya. Tetapi, bukan tulisan yang Santi harapkan, melainkan bentuk-bentuk yang lebih mirip lukisan abstrak daripada huruf-huruf yang biasa ia kenal. Di atas kertas itu, coretan-coretan yang membentuk pola-pola tidak beraturan namun tetap tampak seperti sebuah gambaran yang indah. Bentuk-bentuk yang penuh warna dan makna, meskipun tidak dapat dibaca.

Santi terdiam sejenak, lalu memeluk Nabil dengan penuh kasih sayang. “Kamu bukan nggak bisa menulis, Nak… tulisanmu terlalu indah, Nak,” ucapnya dengan lembut, suaranya dipenuhi kebanggaan.

Nabil menatapnya dengan mata yang penuh harap. “Ter-lalu bagus ya, Mah?” tanya Nabil, ingin memastikan apakah yang dilakukannya itu benar-benar bagus.

“Bagus banget, Nak,” jawab Santi, tak bisa menyembunyikan rasa bangga di hatinya. “Apapun yang kamu buat, bagi Mamah itu adalah hal yang terbaik. Mungkin ini tidak akan dimengerti oleh orang yang penuh kebencian, tapi orang yang penuh cinta akan mengerti bahwa Nabil berpikir sudah jauh melebihi mereka,” gumam Santi dalam hati. Ia merasa bahwa Nabil bukan anak biasa. Kecerdasannya begitu unik, bahkan tidak dapat dimengerti oleh banyak orang di sekitarnya.

“Mamah, kenapa meluk aku terus?” tanya Nabil, bingung dengan perhatian dan kasih sayang yang begitu besar dari ibunya.

“Mamah bangga sama kamu, Nak,” jawab Santi sambil mengusap rambut Nabil. Senyumnya mengembang, menunjukkan betapa ia menyayangi anaknya dengan segenap hati.

“Aku hebat ya, Mah?” tanya Nabil dengan senyum lebar di wajahnya, merasakan kebanggaan yang tak terucapkan.

“Ya, kamu anak hebat,” jawab Santi dengan suara lembut, matanya bersinar penuh cinta.

“Aku bukan setan ya, Mah?” tanya Nabil, seolah takut jika dirinya dianggap buruk hanya karena cara berpikirnya yang berbeda.

“Bukan, kamu adalah malaikat berwujud manusia,” jawab Santi dengan penuh keyakinan. “Kamu memiliki hati yang baik, Nak. Itu yang membuat kamu luar biasa.”

“Tapi aku nggak punya sayap, Mah,” Nabil berkata pelan, matanya memandang ibunya dengan tatapan penuh harap.

Santi tersenyum, menatap Nabil dengan penuh kasih. “Sayapmu nanti akan tumbuh, Nak,” ucapnya lembut, “Sayap kasih sayang yang akan menerbangkan kamu kemana pun kamu pergi. Kamu tidak perlu sayap fisik untuk menjadi hebat. Kasih sayang yang kamu miliki sudah cukup untuk membuatmu terbang jauh.”

Nabil terdiam sejenak, lalu matanya kembali bersinar. “Mah, aku beli buku bekas, Mah. Aku bosan baca koran terus,” ujarnya, berharap bisa memiliki sesuatu yang baru untuk dipelajari.

Santi tertawa kecil, lalu mengelus kepala Nabil. “Oke, nanti kita ke toko buku bekas dulu ya, sayang,” ucapnya dengan senyum hangat. “Kalau itu yang membuat kamu bahagia, Mamah akan mendukungmu. Kita akan cari buku yang seru, yang bisa membuatmu semakin pintar.”

Nabil mengangguk dengan semangat. “Terima kasih, Mah! Aku pasti belajar banyak dari buku itu!”

Santi memeluk Nabil sekali lagi. Dalam pelukannya, ia merasa begitu bangga pada anaknya. Meskipun dunia mungkin melihat Nabil sebagai anak yang berbeda, bagi Santi, Nabil adalah anak yang istimewa—anak yang memiliki potensi luar biasa yang tak bisa dipandang sebelah mata.

1
Tata Hayuningtyas
suka dengan cerita nya
Tata Hayuningtyas
up nya lama sekali Thor...tiap hari nunggu notif dari novel ini...kalo bisa jgn lama2 up nya Thor biar ga lupa SM ceritanya
Wanita Aries
Nah yg bertamu ibu2 yg merasa trsaingi jualannya
Wanita Aries: Bner bgt ka sllu nungguin update
Vina Nuranisa: nagih bgt ceritanya wkwk
total 2 replies
Wanita Aries
Mantap santi mnjauhlah dari org2 dzolim
Vina Nuranisa
kapan up lagii dah nungguin bgt😁
Wanita Aries
MasyaAllah nabil hebat pinter
Wanita Aries
MasyaAllah nabil
Yurnalis
cerita yang bagus semangat terus di tunggu lanjitannya
Wanita Aries
Menguras emosi karyamu thor
Devika Adinda Putri
terima kasih atas cerita yang bagus ini, semoga bermanfaat untuk para pejuang di luar sana, untuk penulis tetap semangat, mungkin tulisan ini belum banyak peminatnya, tapi aku yakin akan banyak yang suka, dengan cerita yg mevotivasi untuk semua orang
Devika Adinda Putri
selalu di tunggu lanjutannya
Wanita Aries
Sama kyk kluarga arman ya ceritanya
Wanita Aries
Sukaaa
Lestari Setiasih
bagus ceritanya
Arlis Wahyuningsih
mantap shanti....maju terus...👍👍👍😘😘
Arlis Wahyuningsih
cerita yg menarik..perjuangan seorang ibu demi putranya ygtak sempurna fidiknys tp luar biasa kemampuanya...mantap thor..💪💪🙏🙏
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
SOPYAN KAMALGrab: makasih ka doakan lulus kontrak..kalau lulus lanjut
total 2 replies
ARIES ♈
jangan lupa mampir ya Kakak ke ceritaku. ☺️☺️☺️
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.
hih geram banget ma bayu.. kalau gua mah dah gua racun satu kluarga 🙄🙄
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.: iyaa sama"
SOPYAN KAMALGrab: terimakasih KA udah komen k
total 2 replies
.•♫•♬•LUO YI•♬•♫•.
ceritanya bagus, juga gak bertele-tele... semangat trus ya thor..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!